Konflik Rusia Vs Ukraina
Tak Yakin Putin Berani Lawan NATO, Menhan AS Sebut Militer Rusia Bukan Tandingan Aliansi
Amerika Serikat tidak yakin bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin memiliki keinginan untuk melawan NATO.
Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Lailatun Niqmah
TRIBUNWOW.COM - Amerika Serikat tidak yakin bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin memiliki keinginan untuk melawan NATO.
Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin menilai Rusia bukanlah tandingan bagi aliansi gabungan tersebut.
Ia menyebut Putin sebenarnya tidak ingin ada gesekan dengan negara-negara NATO.

Baca juga: Di Pidato Hari Kemenangan, Putin Ungkap Negara-negara NATO Kirimi Ukraina Senjata sebelum Konflik
Baca juga: 3 Skenario yang Bisa Membuat NATO Akhirnya Turun Tangan Terlibat Perang Rusia dan Ukraina
Dilansir TribunWow.com dari Daily Mail, Rabu (11/5/2022), Austin memberikan pandangannya kepada anggota parlemen selama sidang kongres AS.
Saat ditanya apa yang akan terjadi jika Putin memutuskan untuk menyerang negara anggota NATO, Austin mengaku sangsi.
Ia yakin Rusia tak akan memulai perang dengan aliansi NATO yang terdiri dari gabungan puluhan negara.
"Ketika anda melihat kalkulus Putin, menurut pandangan saya, Rusia tidak ingin mengambil alih aliansi NATO," kata Austin kepada anggota Subkomite Pertahanan Alokasi DPR.
Menurut Austin, Rusia saat ini tengah mengonsentrasikan pasukan di Ukraina.
Meski memiliki kekuatan militer yang besar, Rusia tetap akan kewalahan jika juga harus menghadapi NATO.
Hal ini mengingat pasukan gabungan NATO memiliki jumlah yang begitu besar dengan persenjataan paling lengkap dan mutakhir.
"Dia memiliki sejumlah pasukan yang ditempatkan di perbatasan Ukraina. Dan dia memiliki beberapa di Belarus dan masih memiliki beberapa di sana," kata Austin.
"Tapi ada 1,9 juta pasukan di NATO. NATO juga memiliki kemampuan paling canggih dari aliansi mana pun di dunia, dalam hal pesawat terbang, shups, jenis persenjataan yang digunakan pasukan darat."
"Jadi ini pertarungan yang sebenarnya tidak dia inginkan," pungkasnya.
Diketahui, tiga bulan setelah invasi Rusia, Moskow pekan ini dilaporkan meluncurkan rudal hipersonik di kota pelabuhan Odesa.
Tetapi tujuan Putin untuk merebut ibu kota Kyiv telah gagal dan dia malah terpaksa memusatkan mesin perangnya di wilayah Donbas timur.
Namun pada kesempatan yang sama, Ketua Kepala Staf Gabungan Jenderal Mark Milley juga mengatakan penggunaan senjata hipersonik Rusia tidak memiliki efek yang benar-benar signifikan atau mengubah permainan.
Ia tampaknya menilai serangan Rusia saat ini belum menjadi ancaman global.
Baca juga: Rusia Peringatkan Potensi Skenario Suriah akan Berulang di Ukraina, Sebut Didalangi AS dan Barat
Baca juga: Minta Putin Berkaca, Presiden Finlandia Sebut Sikap Rusia dan Invasi Ukraina Justru Picu Gabung NATO
Lihat tayangan selengkapnya dari menit pertama:
Perang Dunia III Disebut telah Terjadi
Media massa milik pemerintah Rusia mengklaim Perang Dunia III telah terjadi.
Diberitakan oleh sebuah stasiun televisi milik pemerintah Rusia, saat ini Rusia sedang berperang dengan NATO.
Seperti yang diketahui, hampir tiga bulan konflik antara Rusia dan Ukraina berlangsung sejak 24 Februari 2022 lalu.
Dikutip TribunWow.com dari Thesun.co.uk, sejak awal terjadinya konflik, negara-negara barat khususnya Inggris dan Amerika Serikat (AS) rutin mengirimkan senjata dan peralatan militer kepada Ukraina.
Olga Skabeyeva, satu dari beberapa tokoh media pemerintah Rusia menyebut konflik antara Ukraina dan Rusia telah berkembang sedimikian rupa hingga saat ini telah menjadi perang antara Rusia dan NATO.
Skabeyeva lalu menjelaskan bagaimana warga sipil di Ukraina tidak melihat adanya genosida yang dilakukan oleh tentara Rusia.
"Di daerah Kharkiv, mereka (warga Ukraina) menyambut tentara kita layaknya pembebas," ujarnya.
Skabeyeva mengatakan, para warga sipil Ukraina justru mencurigai pasukan militer negara mereka sendiri lah yang melakukan kejahatan perang.
News anchor lainnya bernama Olesya Loseva menjelaskan kepada penonton bagaimana negara-negara barat melakukan aksi provokasi dengan cara mengirimkan banyak senjata ke Ukraina.
Seorang komentator militer bernama Dmitry Drozdenko yang hadir dalam acara TV pemerintah Rusia menjelaskan bahwa negara-negara barat sudah sejak lama bersiap untuk melakukan perang.
Dilansir TribunWow.com dari media Rusia RT, Jumat (15/4/2022), AS telah meningkatkan keterlibatannya dalam krisis Ukraina dengan lebih banyak memasok senjata ke Kiev.
AS juga dikabarkan telah memutuskan untuk memberikan laporan intelijen yang dapat membantu pasukan Ukraina menyerang sasaran di Krimea.
"Seiring konflik berkembang, kami terus menyesuaikan untuk memastikan bahwa operator memiliki fleksibilitas untuk berbagi intelijen rinci dan tepat waktu dengan Ukraina,” kata seorang pejabat intelijen AS kepada Wall Street Journal.
Surat kabar itu mengatakan Washington bergerak untuk secara signifikan memperluas pembagian intelijen dengan Ukraina.
Namun AS tetap akan menahan diri dari memberikan informasi intelijen yang akan memungkinkan Ukraina untuk menyerang target di wilayah Rusia.
Laporan tersebut, yang dikonfirmasi oleh New York Times, secara khusus menyebut Krimea sebagai wilayah yang tercakup dalam kebijakan baru.
Moskow tidak setuju dengan definisi AS tentang Krimea sebagai bagian dari Ukraina.
Pasalnya, wilayah dinyatakan Rusia telah itu memisahkan diri dari Ukraina dan bergabung dengan Rusia sejak 2014.
Moskow menganggap status semenanjung itu sebagai masalah yang sudah diselesaikan.
Outlet media mengatakan perubahan kebijakan datang sebagai tanggapan atas dugaan persiapan Rusia untuk serangan besar-besaran terhadap kontingen besar pasukan Ukraina di daerah Donbass.
AS juga telah meningkatkan pasokan senjata ke Ukraina, senilai 800 juta USD (sekitar Rp 11 triliun) dari Pentagon, termasuk senjata artileri, kendaraan lapis baja dan helikopter, serta senjata lainnya.
Tudingan keterlibatan AS itu diungkapkan setelah kapal penjelajah rudal Rusia Moskva, yang merupakan kapal utama Armada Laut Hitam, dilaporkan tenggelam.
Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan kapal itu tenggelam saat ditarik ke pelabuhan untuk menghindari badai di laut, Kamis (14/3/2022).
Menurut militer Rusia, lambung kapal perang itu telah rusak oleh ledakan amunisi, yang disebabkan oleh kebakaran di kapal.
Namun, pejabat Ukraina mengklaim pasukan mereka telah menyerang armada tersebut dengan rudal anti-kapal Neptunus.
Moskva dilaporkan berada sekitar 90 kilometer selatan Odessa pada hari Rabu ketika kebakaran terjadi di atas kapal.
Para kru dievakuasi oleh kapal Armada Laut Hitam di dekatnya, dan kapal tunda dikirim untuk menarik Moskva ke Krimea untuk diperbaiki.
Pada Kamis pagi, Moskow mengatakan bahwa ledakan di kapal telah berhenti dan api telah dipadamkan, dan bahwa kapal penjelajah itu sedang dalam perjalanan ke pelabuhan untuk diperbaiki.
Masalah ini tidak disebutkan lagi selama pengarahan rutin tentang operasi militer di Ukraina di kemudian hari.(TribunWow.com/Via/Anung)