Konflik Rusia Vs Ukraina
Tak Sebatas Donbas, Putin Diprediksi Terus Lakukan Penyerangan hingga Kuasai Kiev dan Moldova
Kepala intelijen AS mengatakan Presiden Rusia Vladimir Putin masih berusaha mencapai tujuan militer di luar Ukraina timur setelah gagal merebut Kyiv.
Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Lailatun Niqmah
TRIBUNWOW.COM - Kepala intelijen AS mengatakan Presiden Rusia Vladimir Putin masih berusaha mencapai tujuan militer di luar Ukraina timur setelah gagal merebut Kiev pada tahap awal perang.
Disebutkan bahwa tujuan Putin adalah untuk memperluas wilayahnya hingga mencaplok seluruh perbatasan laut Ukraina hingga Moldova.
Namun, presiden 69 tahun itu harus menghadapi adanya ketidakcocokan antara ambisinya dan kemampuan militer Rusia.

Baca juga: Sebar Propaganda Rusia, Media China Diduga Sengaja Salah Terjemahkan dan Manipulasi Berita Ukraina
Baca juga: Putin Ganti Kepala Intelijen Rusia dengan Jenderal Kelahiran Ukraina, Dikenal Kerap Pakai Cara Kotor
Dilansir TribunWow.com dari Aljazeera, Selasa (10/5/2022), direktur intelijen nasional AS Avril Haines, mengungkap hal tersebut kepada anggota parlemen AS.
Ia mengatakan pemindahan operasi militer Rusia ke wilayah Donbas Ukraina di timur hanya bersifat sementara.
"Kami menilai Presiden Putin sedang mempersiapkan konflik berkepanjangan di Ukraina di mana dia masih berniat untuk mencapai tujuan di luar Donbas," kata Haines, Selasa (10/5/2022).
"Kami menilai bahwa tujuan strategis Putin mungkin tidak berubah, menunjukkan bahwa dia menganggap keputusan pada akhir Maret untuk memfokuskan kembali pasukan Rusia di Donbas hanyalah perubahan sementara untuk mendapatkan kembali inisiatif setelah kegagalan militer Rusia untuk merebut Kiev."
Haines mengatakan intelijen AS telah menilai bahwa Putin ingin memperluas wilayah melintasi pantai Laut Hitam mungkin ke Transnistria, wilayah yang memisahkan diri dari Moldova yang didukung oleh Rusia.
Langkah seperti itu akan membantu Rusia mengamankan pasokan air ke Krimea, yang direbut dan dianeksasi pada 2014, dan berpotensi menghalangi akses Ukraina ke laut.
Haines mengatakan bahwa di awal invasi, Rusia ingin menguasai pasukan Ukraina dan dengan cepat merebut Kiev untuk mencegah AS dan NATO memberikan bantuan militer ke Ukraina.
"Rusia menghadapi lebih banyak perlawanan dari Ukraina daripada yang mereka harapkan, dan kinerja militer mereka sendiri mengungkapkan sejumlah tantangan internal yang signifikan, memaksa mereka untuk menyesuaikan tujuan militer awal mereka, mundur dari Kiev dan fokus pada Donbas," terang Haines.
Lantraran kedua pihak dalam konflik percaya bahwa mereka dapat membuat kemajuan militer, komunitas intelijen AS tidak melihat terjadinya jalur negosiasi yang layak ke depan setidaknya dalam jangka pendek.
"Sifat pertempuran yang tidak pasti, yang berkembang menjadi perang gesekan, dikombinasikan dengan kenyataan bahwa Putin menghadapi ketidakcocokan antara ambisinya dan kemampuan militer Rusia saat ini, kemungkinan berarti beberapa bulan ke depan dapat melihat kita bergerak ke arah yang lebih tidak terduga dan berpotensi adanya ekskalasi,” katanya.
Baca juga: Biden Sebut Putin Punya Keyakinan Konflik di Ukraina akan Memecah Uni Eropa dan NATO
Baca juga: Baru Mundur dari Kiev, Rusia Kini Terang-terangan Kembali Ancam Serang Ibu Kota Ukraina
Zelensky Yakin Putin akan Kembali Serang Kiev
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengklaim ancaman Rusia ke Ibu Kota Kiev belum sepenuhnya berakhir.
Ia percaya Rusia akan segera menghimpun kekuatan setelah fokus menyerang wilayah Donbas.
Apabila tentara Presiden Rusia Vladimir Putin berhasil menjalankan misinya, dikhawatirkan ekskalasi perang akan meningkat alih-alih berhenti.
Dilansir TribunWow.com dari Aljazeera, Senin (11/4/2022), Rusia memfokuskan kembali tujuan perangnya di provinsi timur Ukraina setelah gagal merebut ibukota.
Kini, Putin mengkosolidasikan pasukan dan memenuhi kebutuhan logistik para tentara yang sempat kekurangan di daerah Donbas.
Zelenskyy telah memperingatkan pertempuran di wilayah Donbas yang dikuasai pihak separatis akan menjadi faktor penentu yang penting.
"Jika pasukan kami di Donbas tidak dapat mempertahankan posisi mereka, maka risiko serangan berulang terhadap Kiev dan Oblast (provinsi) Kiev hampir mungkin terjadi," ucap Zelensky.
Rusia baru-baru ini menarik pasukan dan mengurangi serangannya setelah gagal merebut ibu kota Ukraina.
Mereka mengklaim bahwa fase pertama dari agresi militernya sebagian besar telah selesai dan bahwa mereka berfokus pada sepenuhnya 'membebaskan' wilayah Donbas di timur Ukraina.
Tetapi bagi pengamat di ibu kota Barat, pengumuman itu merupakan tanda bahwa Moskow tak mengantisipasi perlawanan Ukraina.
Rusia dikabarkan tak menyangka akan kalah dan gagal menguasai negara tetangganya.
Masa depan wilayah Donbas dan Krimea, yang diinvasi dan dicaplok Rusia pada tahun 2014, telah menjadi inti dari negosiasi yang sedang berlangsung.
"Kami ingin wilayah ini dikembalikan dan mereka (Rusia) tidak menganggap wilayah ini sebagai bagian dari Ukraina," kata Zelensky.
"Ini yang akan kita bahas."
Zelenskyy menambahkan bahwa, sementara dia siap untuk bertemu dengan Putin, dugaan kekejaman Rusia di Bucha, dan di kota-kota lain ditemukan.
Ia menganggap tidak akan ada iklim yang positif jika negosiasi itu benar terjadi.
Meski begitu, Moskow telah membantah tuduhan luas bahwa mereka berada di balik pembunuhan di Bucha.(TribunWow.com/Via)