Breaking News:

Konflik Rusia Vs Ukraina

Bantah Pidato Putin soal NATO, Inggris Sebut sang Presiden Rusia Justru Mendongeng

Menhan Inggris membantah pidato Presiden Rusia Vladimir Putin dalam perayaan hari kemenangan Rusia.

Penulis: anung aulia malik
Editor: Tiffany Marantika Dewi
YouTube South China Morning Post
Presiden Rusia Vladimir Putin saat menghadiri parade perayaan hari kemenangan di Moskow, Senin (9/5/2022). 

TRIBUNWOW.COM - Pada perayaan hari kemenangan Rusia, Presiden Rusia Vladimir Putin sempat menyatakan dalam pidatonya bahwa NATO lebih dulu memiliki rencana untuk melakukan agresi dan sudah sejak lama menyuplai senjata ke Ukraina sebelum konflik pada Februari 2022 terjadi.

Pernyataan Putin ini dibantah oleh Menteri Pertahanan Inggris Ben Wallace.

Wallace menyebut Putin mendongeng tanpa bukti.

Baca juga: Putin Pakai Selimut di Parade Hari Kemenangan, Eks Diplomat Inggris Ungkit Gosip soal Penyakit

Baca juga: Berhasil Raup Untung Besar, Pengusaha Asal India Manfaatkan Momen Konflik Rusia dan Ukraina

Dikutip TribunWow.com dari bbc.com, Wallace menegaskan klaim yang disampaikan oleh Putin tidak memiliki dasar yang jelas.

"Presiden Putin selama berbulan-bulan dan bertahun-tahun telah membuat beberapa klaim dongeng," sindir Wallace.

Wallace lalu mengungkit bagaimana Rusia saat ini tidak dikepung oleh NATO.

Wallace menyatakan bagaimana hanya ada enam persen negara-negara NATO di perbatasan Rusia.

"Dia (Putin) mengklaim ada markas NATO di Ukraina dan saya yakin duta besar Ukraina akan memberi tahu Anda tidak ada markas NATO di Ukraina," ujar Wallace.

Menurut Wallace, Putin hanya percaya hal yang diinginkannya.

Wallace menegaskan bahwa NATO, Inggris, dan Eropa timur tidak pernah berencana untuk menginvasi Rusia.

Isi Pidato Putin

Di sisi lain, Presiden Rusia Vladimir Putin turut memberikan pidato dalam parade perayaan hari kemenangan Rusia yang digelar di Moskow, Senin (9/5/2022).

Dalam pidatonya, Putin sempat membahas alasan mengapa Rusia melakukan operasi militer spesial di Ukraina.

Satu dari beberapa alasan tersebut, Putin mengungkit bahwa sebelum konflik terjadi, para negara-negara NATO sudah lebih dulu mengirimkan senjata ke Ukraina.

Dikutip TribunWow.com dari rt.com, diketahui Ukraina sendiri sampai saat ini belum menjadi anggota NATO.

"Kami melihat infrastruktur militer dibangun (di Ukraina) ratusan penasihat dari luar negeri memulai kerja mereka, terdapat pengiriman rutin senjata-senjata modern dari negara-negara NATO," ungkap Putin.

"Bahaya terus bertambah setiap harinya," ujarnya.

Putin mengatakan, kebijakannya melakukan operasi militer spesial bertujuan sebagai tindakan pendahulu menolak agresi, khususnya di daerah timur Donbass.

Putin mengungkit bagaimana Rusia sudah sejak dulu ingin menciptakan sistem keamanan yang setara.

Ia mengungkit bagaimana pada akhir tahun 2021, Rusia pernah mengusulkan sebuah perjanjian keamanan dengan negara-negara Eropa namun berakhir gagal.

"Negara-negara NATO tidak ingin mendengarkan kita, yang berarti mereka sebenarnya memiliki rencana lain yang berbeda, dan kita melihat itu," ujar Putin.

Putin lalu menyinggung bagaimana negara-negara NATO sudah memiliki rencana untuk menyerang Donbass dan Krimea.

Stok Senjata AS 7 Tahun Habis untuk Ukraina

Pemerintah Amerika Serikat (AS) diketahui telah menghabiskan stok senjata selama tujuh tahun untuk dikirimkan ke Ukraina yang kini berkonflik melawan Rusia.

Saat ini AS tengah mencari cara bagaimana melindungi Taiwan dari potensi konflik yang kemungkinan terjadi melawan China.

Informasi habisnya stok senjata di AS disampaikan oleh politisi Partai Republik dari Wisconsin, Mike Gallagher.

Dikutip TribunWow.com dari rt.com, Gallagher menyebut stok persenjataan AS kini tengah menipis.

"Kita baru saja menghabiskan stok (senjata) Javelin selama tujuh tahun," ujar Gallagher.

Gallagher menyampaikan, AS kini juga sedang berusaha untuk melindungi Taiwan dari agresi Partai Komunis China.

"Mereka akan membutuhkan akses yang sama untuk beberapa senjata tersebut dan kami tidak punya stok yang tersedia untuk menutupi apa yang kami habiskan di Ukraina," katanya.

Di sisi lain, seorang komandan Ukraina yang ditahan Rusia mengungkap bantuan senjata dari Amerika Serikat yang ternyata tak berguna.

Ia menyinggung sistem anti-tank kebanggaan AS, Javelin, yang ternyata kurang efektif digunakan dalam perang.

Selain itu, peluncur rudal yang dipasok Inggris juga memiliki kelemahan ketika digunakan.

Dilansir TribunWow.com dari media Rusia RT, Minggu (8/5/2022), sistem anti-tank Javelin buatan AS telah dipuji karena keefektifannya oleh pejabat Washington.

Senjata pertahanan ini telah diubah oleh Media Barat menjadi simbol perlawanan Ukraina dalam konflik dengan Rusia.

Tetapi seorang komandan marinir Ukraina, yang akhirnya ditangkap selama pertempuran untuk Mariupol, mengungkapkan perangkat keras itu tidak benar-benar sesuai dengan klaimnya.

"Javelin tidak terbukti berguna, terutama dalam perang perkotaan," kata Kolonel Vladimir Baranyuk, komandan Brigade Infanteri Angkatan Laut ke-36 Ukraina.

"Kami bahkan tidak bisa meluncurkannya. Saya pikir itu sama sekali tidak berguna di lingkungan perkotaan, karena selalu ada sesuatu yang menghalangi," jelasnya.

Unit Baranyuk juga dipersenjatai dengan Next-generation Light Anti-tank Weapons (NLAW), yang dipasok oleh Inggris.

Tetapi menurut perwira tersebut, senjata ini juga memiliki kekurangan.

"Mengenai peluncur rudal NLAW, kami lebih sering menggunakannya daripada Javelin, tetapi memiliki masalah tersendiri dengan baterai yang terkuras dalam kondisi dingin, sehingga tidak mungkin diluncurkan,” ungkap Baranyuk.

Rudal Javelin yang ditembakkan dari bahu dilengkapi dengan panduan inframerah dan dikatakan mengadopsi lintasan 'serangan atas' untuk menyerang atap tank, yang merupakan bagian yang paling rentan.

Sama seperti NLAW, mereka adalah senjata 'tembak-dan-lupakan', yang berarti bahwa rudal itu mengarahkan dirinya sendiri ke sasarannya.

Diketahui, Baranyuk dan marinirnya telah ditugaskan untuk menjaga pinggiran utara Mariupol, sebuah kota pelabuhan strategis di tenggara Ukraina.

Komandan itu ditangkap dalam upaya yang gagal untuk melarikan diri dari kota tersebut.

Ia mengaku mencoba lari bersama dengan beberapa orang yang setia setelah menyadari bahwa janji Kiev untuk mengirim bantuan kepada pasukannya yang dikepung adalah kebohongan.

Baca juga: AS Akui Bantu Ukraina Lenyapkan Jenderal-jenderal Perang Rusia dengan Cara Berikut Ini

Baca juga: VIDEO Tentara Ukraina Gunakan Meriam Canggih dari AS, Sekali Tembakan Butuh Biaya Rp 1,4 Miliar

(TribunWow.com/Anung/Via)

Berita terkait Konflik Rusia Vs Ukraina

Sumber: TribunWow.com
Tags:
Vladimir PutinNATOInggrisRusiaUkraina
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved