Konflik Rusia Vs Ukraina
Komandan Rusia Terpaksa Bius Anak Buah agar Tak Kabur, Terungkap dari WA dan Telepon yang Disadap
Para komandan Rusia yang putus asa dikabarkan telah nekat membius tentara mereka sendiri.
Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Tiffany Marantika Dewi
TRIBUNWOW.COM - Para komandan Rusia yang putus asa dikabarkan telah nekat membius tentara mereka sendiri.
Aksi ini dipicu akibat demoralisasi tentara Presiden Rusia Vladimir Putin selama berperang di Ukraina.
Adapun menurut pesan dan panggilan telepon yang disadap, pembiusan itu dilakukan untuk menghentikan mereka melarikan diri.

Baca juga: Ukraina Buru Komandan Rusia yang Beroperasi di Bucha, Tuding Sosok yang Bertanggung Jawab
Baca juga: Ukraina Rilis Foto dan Identitas Tentara Rusia Pelaku Rudapaksa dan Kekerasan di Bucha
Dilansir TribunWow.com dari The Sun, Jumat (29/4/2022), laporan mengenai isi pesan tersebut dibagikan oleh Dinas Keamanan Ukraina.
Diperlihatkan pesan seorang komandan Rusia yang jengkel pada anak buahnya.
Ia mengatakan kepada rekannya bahwa dia 'menyuntik' pasukannya yang hendak kabur untuk memaksa mereka berperang di Ukraina.
Video tersebut telah disulihsuarakan ke dalam bahasa Inggris oleh pengisi suara Ukraina, Ivan Doan.
Tayangan yang menampilkan hasil sadapan itu dibuka dengan percakapan teks yang dilaporkan antara dua komandan Rusia di aplikasi perpesanan.
"Ada apa?" yang pertama bertanya, kemudian dijawab oleh yang kedua: "Tidak bagus."
Rupanya keduanya mengacu pada kondisi tentaranya masing-masing.
"Mereka melarikan diri. Orang-orang saya juga sangat ketakutan sekarang. Semua orang lelah. Tidak ada kekuatan yang tersisa," ujar komandan kedua.
"Saya bahkan menyuntik mereka (dengan obat bius). Tidak membantu. Saya pikir mereka sudah sangat lelah."
Video itu kemudian berlanjut ke panggilan telepon yang disadap yang telah disulihsuarakan ke dalam bahasa Inggris, lagi-lagi konon antara dua tentara Rusia.
Yang satu bertanya kepada yang lain, "Bagaimana kabarnya?", yang dijawab oleh yang kedua: "Tidak apa-apa. Semua orang sudah apatis. Benar-benar kehilangan semangat."
Dalam referensi yang jelas tentang jumlah kematian atau tingkat desersi Rusia yang tinggi, dia melanjutkan keterangannya.
"Pasukan itu hanya memiliki 10-15 orang yang tersisa. Para prajurit sudah panik. Mereka ingin semuanya berakhir."
Dia juga mengatakan bahwa batalionnya telah berperang selama satu setengah bulan setiap hari.
Ia mengaku mengalami penyergapan oleh pasukan Ukraina yang sebabkan banyak orang merasa panik.
Komandan itu juga menggambarkan banyak dari rekrutan muda yang dibawa sebagai tambahan pasukan merupakan orang-orang pengecut.
"Semua orang muak dengan semua ini," kata komandan tersebut.
"(Saya ingin) pulang, peluk anak-anak, istri. Itu saja, saya tidak ingin apa-apa lagi".
Meski sudah dibagikan, namun tidak diketahui secara pasti kapan dan dari mana pesan dan panggilan itu disadap.
Baca juga: Ramai-ramai Menyerah, Tentara Rusia Akui Ditipu, Mengira akan Disambut Rakyat Ukraina dengan Bunga
Baca juga: Momen Tentara Rusia Nangis saat Telepon Ibunya, Warga Ukraina Bujuk dan Sajikan Teh, Videonya Viral
Komandan Rusia Perintahkan Bunuh Warga Sipil
Badan intelijen Ukraina mengklaim berhasil menyadap sebuah instruksi yang dikeluarkan oleh komandan pasukan militer Rusia.
Dalam rekaman suara yang disadap oleh intelijen Ukraina, komandan tentara Rusia itu meminta bawahannya untuk menembak mati semua warga sipil yang terlihat.
Instruksi ini disebut dikeluarkan oleh sang komandan ketika mereka beroperasi di Mariupol, Ukraina.
Dikutip TribunWow.com dari Thesun.co.uk, menurut keterangan seorang agen badan intelijen Ukraina, ketika instruksi itu dikeluarkan, masih ada 150 ribu warga sipil Ukraina terjebak di Mariupol.
Rekaman suara tersebut diketahui berasal dari panggilan radio.
Awalnya seorang tentara Rusia menjelaskan kepada komandannya bahwa ia melihat dua orang menggunakan pakaian warga sipil.
Komandan tentara Rusia itu lalu berteriak mengucapkan "Habisi mereka semua! Bunuh mereka semua!" ucap komandan tentara Rusia yang tidak diketahui namanya.
Tentara Rusia yang menerima instruksi tersebut menjawab "Dimengerti," ujarnya singkat.
Belum selesai di situ, komandan tentara Rusia itu kembali mengulangi instruksinya "Apa yang kau tunggu?" kata dia.
Informasi terkait instruksi ini muncul tak lama setelah pemerintah Rusia mengungkapkan adanya tentara Ukraina yang mengeksekusi mati tentara Rusia yang telah menjadi tahanan perang.
Sebelumnya diberitakan, di tengah konflik yang berlarut-larut, beberapa tentara Rusia dikabarkan berbondong-bondong membelot dan berpindah kubu ke Ukraina.
Bahkan para tentara Rusia yang membelot membuat divisi khusus di pasukan militer Ukraina.
Dalam foto yang beredar tampak para tentara Rusia yang membelot diajari oleh tentara Ukraina cara menggunakan senjata peluncur roket anti tank modern.
Dikutip TribunWow.com dari Thesun.co.uk, para tentara Rusia itu menamakan diri mereka Pasukan Kebebasan Rusia.
Kementerian Pertahanan Ukraina sempat menyampaikan pada Rabu (30/3/2022), komandan dalam pasukan ini rutin mengunjungi para tentara Rusia yang ditahan dan dipilih siapa yang mau membelot ke kubu Ukraina.
Para tentara Rusia yang ditahan disebut sehati ingin memerangi pasukan Chechnya yang dipimpin oleh Ramzan Kadyrov.
Di sisi lain, sejumlah tentara Rusia saat ini disebut tengah ramai-ramai melakukan pemberontakan terhadap komandan mereka atas konflik di Rusia-Ukraina.
Para tentara Rusia tersebut mulai tak mematuhi instruksi atasan mereka hingga menyabotase senjata mereka sendiri.
Informasi terkait tentara Rusia yang memberontak diungkapkan oleh Government Communications Headquarters (GCHQ).
Dikutip TribunWow.com dari Thesun.co.uk, GCHQ adalah sebuah organisasi yang bertugas menyediakan intelijen atau informasi untuk pemerintah Inggris.
Dugaan pemberontakan ini diperkuat dengan beredarnya sebuah video tentara yang frustasi karena hanya dibekali senjata buatan tahun 1940 yang sudah tak layak pakai.
Kepala GCHQ, Sir Jeremy Fleming mengungkap ada sejumlah pesawat tempur milik Rusia dijatuhkan oleh tentara Rusia sendiri.
"Komando dan kontrol berada dalam kekacauan," ujar Fleming.
GCHQ sendiri sempat menyadap sejumlah percakapan antara tentara Rusia yang berisi tentang rencana memberontak.
"Kami telah melihat tentara Rusia kekurangan senjata dan moral, menolak untuk menjalankan pemerintah, menyabotase peralatan mereka sendiri dan secara sengaja menembak pesawat mereka sendiri," jelas Fleming.
Fleming menyampaikan, pemerintah Rusia saat ini tengah menggunakan tentara bayaran untuk meminimalisir kerugian pasukan militer Rusia. (TribunWow.com/Via/Anung)
Berita terkait Konflik Rusia Vs Ukraina