Konflik Rusia Vs Ukraina
Konflik Rusia dan Ukraina Disebut Picu Perang Dunia III jika Berlarut, China Desak Perdamaian
Pihak China menegaskan pihaknya tak menginginkan terjadinya Perang Dunia III.
Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Lailatun Niqmah
Pasalnya, setelah konflik terjadi, dikabarkan saham produsen perusahaan terkait telah mengalami pertumbuhan signifikan.
Selain itu, AS juga mencari celah untuk menerima dividen geopolitik dari memanipulasi Eropa dan NATO dengan kedok ancaman Rusia.
"Kompleks industri militer AS adalah penerima manfaat langsung dan terbesar dari perpanjangan konflik," simpul tulisan tersebut.
Menurut ahli, Kyiv digunakan oleh Washington sebagai boneka.
AS dituding memasok negara itu dengan senjata dan amunisi untuk menciptakan preseden buruk, dan mendorong krisis Ukraina ke konsekuensi yang tidak terduga.
Diketahui, Presiden Joe Biden belum lama mengatakan bahwa Amerika Serikat akan memberi Ukraina paket bantuan militer baru senilai 800 juta USD (sekitar Rp 11 triliun) yang mencakup artileri, pengangkut personel lapis baja dan helikopter.
Sebagai tanggapan, Kementerian Luar Negeri Rusia mengirim peringatan ke semua negara, termasuk Amerika Serikat, karena pasokan senjata ke Ukraina.
Baca juga: Nenek di Ukraina Dapat Kotak Susu Berisi Jebakan Bom, Disebut Dibagikan oleh Tentara Rusia
Baca juga: Rusia Sebut AS Justru Tak Ingin Konflik di Ukraina Berakhir, Ajak Negara-negara Barat Ikut Terlibat
China Sebut AS sebagai Penjahat
Meskipun China mengaku netral dalam konflik antara Rusia dan Ukraina, namun media massa di negara tersebut menunjukkan fakta berbeda.
Media China kebanyakan memproyeksikan Amerika Serikat sebagai sosok penjahat dalam perseteruan dua negara tersebut.
Bahkan, banyak di antaranya mengulang-ulang cerita propaganda Rusia mengenai laboratorium senjata biologis, konspirasi perang dan lain-lain.
Dilansir TribunWow.com dari Aljazeera, Rabu (6/4/2022) kantor berita negara Xinhua menirukan Presiden Rusia Vladimir Putin yang menyebut perang Ukraina sebagai operasi militer khusus dan krisis.
Sementara, baru-baru ini, media China menggandakan teori konspirasi Rusia yang mengklaim AS mendanai pengembangan senjata biologis di Ukraina.
Termasuk kisah tentang burung migran yang dapat menyebarkan virus unggas di Rusia.
Bagaimana perang tersebut dibingkai di media adalah cerminan dari posisi pemerintah China.
China tidak mengutuk invasi Rusia yang memiliki ikatan ekonomi kuat dengan Beijing.