Breaking News:

Konflik Rusia Vs Ukraina

Bantah Tolak Negosiasi, Rusia Sebut Keputusan Damai Kini Sudah Ada di Tangan Ukraina

Rusia menampik tudingan telah menolak melakukan negosiasi damai dengan Ukraina.

Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Rekarinta Vintoko
AFP/Alexei Druzhinin/SPUTNIK
Kolase potret Presiden Rusia Vladimir Putin (kiri) dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, Minggu (27/2/2022). Terbaru, Rusia sebut keputusan perundingan damai ada di tangan Ukraina, Rabu (20/4/2022). 

TRIBUNWOW.COM - Rusia menampik tudingan telah menolak melakukan negosiasi damai.

Alih-alih, perwakilan Presiden Rusia Vladimir Putin sudah menyerahkan draft perdamaian pada Ukraina.

Pihak Ukraina justru dinilai lamban dan menunjukkan keengganan untuk mengupayakan perdamaian.

Dmytri Peskov, juru bicara Presiden Rusia Vladimir Putin saat tampil dalam wawancara membahas perang Ukraina, Jumat (8/4/2022).
Dmytri Peskov, juru bicara Presiden Rusia Vladimir Putin saat tampil dalam wawancara membahas perang Ukraina, Jumat (8/4/2022). (Capture YouTube Sky News)

Baca juga: Jubir Putin Gelagapan saat Ditunjukkan Bukti Kejahatan Perang Rusia di Bucha Ukraina

Baca juga: Kadyrov Pastikan Mariupol Jatuh Hari Ini Juga, akan Jadi Kemenangan Besar Pertama Rusia

Dilansir TribunWow.com dari media Rusia Nezavisimaya Gazeta (NG), Rabu (20/4/2022), Dmitry Peskov, sekretaris pers presiden Rusia menyatakan Perwakilan Federasi Rusia telah menyerahkan draft dokumen perdamaian ke Kiev dengan formulasi yang sangat jelas dan terperinci.

Menurut dia, kemungkinan waktu respon tergantung pada negosiator Kiev.

Pada saat yang sama, Peskov menilai bahwa Ukraina tidak menunjukkan kecenderungan yang besar untuk mengintensifkan proses negosiasi.

Sebelumnya pada hari yang sama, juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova mengatakan dalam sebuah wawancara dengan saluran TV Rossiya-24 bahwa dia telah kehilangan kepercayaan pada perwakilan Ukraina.

Zakharova menilai, Kyiv menunjukkan ketidakkonsistenan bahkan selama implementasi perjanjian Minsk.

"Skema klasik, yang mengatakan bahwa rezim (Ukraina) tidak independen, dan dikendalikan. Kedua, negosiasi digunakan sebagai pengalih perhatian," kata Zakharova.

Dilihat dari laporan para pihak, negosiasi Rusia-Ukraina hampir tidak bergerak maju sejak awal April.

Salah satu alasannya adalah akibat ditemukannya bukti kekejaman di kota Bucha dekat Kyiv.

Sementara itu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, dalam pesan videonya, kembali mengajak Putin untuk bertemu di Donbass, tempat pertempuran berlangsung.

Dmitry Suslov, Wakil Direktur Pusat Studi Eropa dan Internasional Komprehensif di Sekolah Tinggi Ekonomi Universitas Riset Nasional, mengimbau bahwa tugas utama dari tahap baru operasi militer Rusia adalah memebebaskan wilayah Donest dan Luhanks.

Setelah itu, negosiasi dapat dilanjutkan lagi, dan kemajuannya akan tergantung pada hasil dari pertempuran yang diumumkan untuk Donbas.

Andrey Sidorov, Dekan Fakultas Politik Dunia di Universitas Negeri Moskow, baru-baru ini secara konsisten menganjurkan kelanjutan dialog antara para pihak.

Ia menegaskan bahwa pembicaraan akan mempengaruhi latar belakang diplomatik secara keseluruhan.

Menurut definisinya, pintu selalu terbuka untuk negosiasi terlepas dari situasi di zona perang.

Sidorov mengatakan proses negosiasi tidak mempengaruhi komponen militer sama sekali.

Ketika delegasi bertemu, ini tidak berarti bahwa operasi militer dihentikan atau ada pengelompokan kembali kekuatan.

Tetapi pada saat yang sama, semua konflik berakhir dengan negosiasi.

Itulah sebabnya ia menekankan perlunya dimulai kembali perundingan damai antara Rusia dan Ukraina.

Baca juga: Konflik Rusia dan Ukraina Memanas, PBB Turun Tangan Ajak Putin dan Zelensky Bertemu Muka

Baca juga: Turki Tuding Ada Sekutu NATO yang Ingin Konflik Ukraina terus Berlangsung demi Lemahkan Rusia

Hasil Pertemuan Pertama Ukraina dan Rusia

Dua pejabat tinggi dari Ukraina dan Rusia untuk pertama kalinya mengadakan pertemuan sejak Presiden Vladimir Putin mengumumkan operasi militer di Ukraina pada 24 Februari 2022 lalu.

Kini pada Kamis (10/3/2022), Menteri Luar Negeri (Menlu) Ukraina Dmytryo Kuleba dan Menlu Rusia Sergei Lavrov mengadakan pertemuan di Turki.

Pertemuan ini diketahui akan membahas tentang konflik yang saat ini terjadi di Ukraina.

Dikutip TribunWow.com dari BBC.com, pertemuan ini digelar di Antalya, Turki.

Seusai pertemuan, Kuleba menjelaskan pada intinya Rusia akan terus melakukan invasi sampai Ukraina mau memenuhi sejumlah permintaan dari Putin.

Kuleba menyampaikan, tidak ada perkembangan terkait kesepakatan gencatan senjata antara Ukraina dan Rusia.

Ia saat ini hanya berharap Rusia akan mengizinkan adanya ruang jalur kemanusiaan untuk ke luar kota.

Kuleba turut menyampaikan Ukraina tidak bisa berbuat banyak untuk menghentikan perang apabila pihak agresor yakni Rusia tidak memiliki keinginan untuk berhenti.

Di sisi lain, Menlu Rusia yakni Lavrov mengatakan, diskusi dengan Ukraina tadi membahas seputar isu kemanusiaan.

Lavrov turut mengungkit kelompok nasionalis Ukraina menggunakan warga sipil sebagai tameng manusia.

Ia juga membicarakan soal koridor kemanusiaan, hingga stabilitas suplai pangan di Eropa.

Ketika ditanya oleh wartawan soal kemungkinan gencatan senjata, Lavrov menjawab operasi militer spesial yang diperintahkan oleh Putin akan terus berjalan.

Kemudian Lavrov memperingatkan kepada negara-negara yang menyuplai senjata ke Ukraina melakukan tindakan yang berbahaya.(TribunWow.com/Via/Anung)

Berita terkait Konflik Rusia Vs Ukraina

Tags:
Konflik Rusia Vs UkrainaRusiaUkrainaVladimir PutinVolodymyr Zelensky
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved