Konflik Rusia Vs Ukraina
Gelap hingga Pakai Ember untuk Toilet, Ini Penampakan Basemen Tempat Tinggal 4 Nenek di Ukraina
Empat orang lansia terpaksa hidup di basemen selama konflik Ukraina dan Rusia berlangsung.
Penulis: anung aulia malik
Editor: Lailatun Niqmah
TRIBUNWOW.COM - Empat nenek-nenek berusia lanjut di bagian selatan Kota Mykolaiv, Ukraina terpaksa tinggal di basemen selama pasukan militer Rusia melakukan invasi.
Tempat tinggal keempat lansia itu adalah satu dari beberapa tempat di Ukraina yang pertama kali diserang oleh Rusia.
Dalam liputan yang dilakukan oleh tim bbc.com, tampak basemen tempat tinggal para nenek-nenek tersebut begitu lembap, kotor, dan gelap.
Baca juga: Rudal Dibalas Rudal, Rusia Kembali Serang Kiev dan Kota Ukraina Lain Balas Tenggelamnya Kapal Moskva
Baca juga: Harga Minyak Dunia Naik di Tengah Kekhawatiran Pasokan karena Invasi Rusia ke Ukraina
Di sebuah ruangan tampak beberapa ember dan sejumlah botol berisi air yang ternyata digunakan sebagai toilet.
Kemudian di ruangan sebelahnya adalah tempat para lansia untuk beristirahat dan tidur.
Dalam sebuah basemen yang dikunjungi tim bbc.com, terdapat empat nenek-nenek yang merupakan penghuni basemen tersebut.
Pada awal perang basemen itu dihuni oleh sekira 20 keluarga namun terus berkurang seiring berjalannya waktu menyisakan empat nenek-nenek.
Keempat lansia itu bernama Anastasia, Ludmilla, Nna dan Galina.
Galina mengatakan, selama tinggal di basemen seluruh tubuhnya menjadi sakit-sakitan.
Mulai dari hatinya merasakan sakit, hipertensi hingga diabetes.
"Saya tidak bisa tinggal di sini untuk waktu yang lama," ujar Galina.
"Kaki saya sakit, saya butuh banyak jalan tetapi tidak bisa."
"Saya butuh diet yang bagus namun kini itu mustahil."
Galina bercerita, para warga sipil diberi instruksi oleh pemerintah agar segera pergi ke basemen begitu mendengar suara sirine serangan udara.
Galina mengaku tidak tahu apakah upaya melarikan diri ke basemen akan bisa menyalamatkan nyawanya atau tidak.
Ia mengatakan, dirinya dan para penghuni yang lain menghabiskan sebagian besar waktu di dalam basemen.
Waktu mereka keluar dari basemen digunakan untuk mencari makanan dan minuman namun hal tersebut juga tidak bisa dilakukan dalam waktu yang lama sebab sirine terus berbunyi.
Di sisi lain, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan tidak bersedia menyerahkan wilayah di bagian timur negaranya.
Meski hal itu memberikan kemungkinan mengakhiri perang dengan pasukan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Meski telah mendapat ultimatum, Zelensky mengatakan tentaranya siap memberikan perlawanan keras.
Dilansir TribunWow.com dari Aljazeera, Jumat (17/4/2022) serangan skala besar diperkirakan akan terjadi di timur negara itu.
Pasalnya pasukan Rusia telah mengklaim akan fokus pada penguasaan wilayah Donbas.
Bahkan sehari yang lalu, Rusia telah mendeklarasikan kemenangan di Mariupol dan mengultimatum tentara yang tersisa untuk menyerah.
Namun Ukraina menegaskan Mariupol masih dalam kendalinya.
Zelensky dalam sebuah wawancara eksklusif, menyatakan pihaknya akan berusaha keras mempertahankan wilayahnya.
"Kami tidak akan menyerahkan wilayah kami," tegas Zelensky, Minggu (17/4/2022).
Ia menambahkan bahwa perjuangan untuk wilayah Donbas timur dapat membentuk hasil perang secara keseluruhan.
Presiden Ukraina memperingatkan Rusia bisa mencoba untuk merebut Kyiv lagi jika telah menduduki Donbas.
"Inilah mengapa sangat penting bagi kami untuk tidak membiarkan mereka, mempertahankan pendirian kami, karena pertempuran ini dapat mempengaruhi jalannya seluruh perang,” kata Zelensky.
“Karena saya tidak mempercayai militer Rusia dan kepemimpinan Rusia."
"Itulah mengapa kami memahami bahwa fakta bahwa kami melawan mereka dan mereka pergi, dan mereka melarikan diri dari Kyiv, dari utara, dari Chernihiv dan dari arah itu, tidak berarti jika mereka sudah menguasai Donbas, mereka tidak akan datang lebih jauh ke arah Kyiv."
Diketahui, ultimatum Rusia yang berakhir kemarin pukul 6 pagi waktu Moskow, tak digubris Ukraina.
Hal ini bisa memicu serangan brutal lebih lanjut dari pihak Rusia.
Baca juga: Rekrut Tentara Anak-anak, Rusia Dituding Paksa Bocah di Bawah Umur Maju ke Medan Perang Ukraina
Rusia Ultimatum Tentara di Mariupol
Rusia mengatakan pasukannya telah berhasil membersihkan kota pelabuhan Mariupol, Ukraina.
Disebutkan hanya ada kontingen kecil pejuang Ukraina yang tetap berada di dalam pabrik baja di pelabuhan selatan yang terkepung.
Pihak Rusia pun mengimbau pasukan pertahanan itu untuk menyerah sebelum menjadi sasaran perang.
Dilansir TribunWow.com dari Aljazeera, Sabtu (16/4/2022), klaim Rusia untuk menguasai Mariupol belum dapat diverifikasi secara independen.
Namun jika benar, ini akan menjadi kota besar pertama yang jatuh ke tangan pasukan Rusia sejak invasi 24 Februari.
“Seluruh wilayah perkotaan Mariupol telah sepenuhnya dibersihkan. Sisa-sisa kelompok Ukraina saat ini sepenuhnya diblokade di wilayah pabrik metalurgi Azovstal,” kata Igor Konashenkov, kepala juru bicara kementerian pertahanan Rusia.
“Satu-satunya kesempatan mereka untuk menyelamatkan hidupnya adalah dengan sukarela meletakkan senjata dan menyerah.”
Konashenkov mengatakan total 1.464 prajurit Ukraina telah menyerah.
Kementerian pertahanan Rusia menyatakan jika pasukan Ukraina yang masih bertempur di Mariupol meletakkan senjata mereka mulai pukul 6 pagi waktu Moskow (03:00 GMT), hidup mereka akan selamat.
Di kota pelabuhan utama, wartawan di distrik yang dikuasai Rusia mendatangi pabrik baja tersebut.
Azovtal merupakan satu dari dua pabrik logam tempat para tentara Ukraina bertahan di terowongan bawah tanah dan bunker.
Baca juga: Tak Gubris Ultimatum Rusia, Zelensky Justru Ancam Tak akan Berdamai jika Warga Mariupol Dihabisi
Pabrik itu telah menjadi reruntuhan baja bengkok dan beton yang hancur, tanpa ada tanda-tanda tentara pertahanan.
Beberapa mayat warga sipil tergeletak berserakan di jalan-jalan terdekat, termasuk seorang wanita dengan jaket merah muda dan sepatu putih.
Tidak ada reaksi segera datang dari Kyiv untuk pernyataan Rusia.
Namun, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan kepada portal berita Ukrayinska Pravda, bahwa situasi di Mariupol sangat sulit.
"Tentara kami diblokir, yang terluka diblokir. Ada krisis kemanusiaan. Namun, orang-orang itu tetap mempertahankan diri," ujar Zelensky.
Ia pun menuduh Rusia mencoba memusnahkan penduduk kota dan mengancam akan menarik diri dari negosiasi perdamaian dengan Rusia jika pejuang Ukraina yang terperangkap di kota pelabuhan itu tewas.(TribunWow.com/Anung/Via)