Breaking News:

Konflik Rusia Vs Ukraina

Drone, Radar hingga Helikopter, Ini Daftar Bantuan Senjata Senilai Rp 11 Miliar dari AS ke Ukraina

AS mengirimkan ratusan drone, kendaraan tempur lapis baja hingga belasan helikopter ke Ukraina untuk membantu berperang melawan Rusia.

Penulis: anung aulia malik
Editor: Rekarinta Vintoko
Kolase Aerovironment, AFP/ALAIN JOCARD, AFP/Kim Hong-ji, AFP/DELIL SOULEIMAN
Ilustrasi bantuan senjata dari AS ke Ukraina meliputi drone switchblades kamikaze, javelin, helikopter Mi-17, dan howtizer. 

TRIBUNWOW.COM - Sejak awal terjadinya konflik pada 24 Februari 2022 lalu, pemerintah Amerika Serikat (AS) telah menyuplai senjata ke Ukraina yang totalnya mencapai Rp 37 miliar.

Presiden AS Joe Biden berdalih bantuan ini diberikan kepada Ukraina agar Ukraina mampu bertahan dari serangan Rusia dan agar Ukraina tidak jatuh ke tangan Presiden Rusia Vladimir Putin.

Pada Rabu (13/4/2022), Kementerian Pertahanan AS mengumumkan paket bantuan senjata terbaru dari AS ke Ukraina.

Baca juga: Akui Tahan Diri Tak Serang Ibu Kota Ukraina, Rusia Kini Peringatkan akan Serang Kiev

Baca juga: Tentara Rusia Coba Hentikan Temannya yang Mabuk Ingin Rudapaksa Ibu Hamil di Ukraina

Dikutip TribunWow.com dari rt.com, bantuan terbaru AS diketahui memiliki total harga sebesar Rp 11 miliar.

Berikut ini daftar persenjataan yang dikirim oleh AS ke Ukraina:

- 500 Javelin (senjata penghancur tank)

- 300 drone tipe switchblade kamikaze

- 18 howitzers beserta 40 ribu amunisinya

- 10 radar anti artileri

- dua radar pengawas udara

- 200 kendaraan tempur lapis baja tipe M113

- 100 mobil jeep lapis baja

- 11 helikopter tipe Mi-17

- 30 ribu rompi pelindung badan beserta helm

Juru bicara Kemenhan AS, John Kirby menyampaikan, bantuan yang dikirimkan oleh AS sudah disesuaikan sedemikian rupa sesuai permintaan Ukraina.

Penasihat Keamanan Nasional Amerika Serikat (AS) Jake Sullivan menyampaikan pemerintah AS siap menyediakan apapun senjata yang diminta oleh Ukraina.

AS mengaku akan terus menyuplai senjata ke Ukraina untuk membantu dalam konflik melawan Rusia.

Sullivan mengatakan, pemerintah AS saat ini mengirim senjata ke Ukraina setiap hari.

Dikutip TribunWow.com dari rt.com, Sullivan sendiri mengaku telah berkomunikasi dengan petinggi pejabat militer Ukraina untuk mendiskusikan senjata apa yang dibutuhkan oleh Kiev/Kyiv.

Sullivan berdalih, senjata yang akan diberikan AS ke Ukraina nantinya akan memperkuat Ukraina di medan perang serta memperkuat posisi Ukraina ketika melakukan negosiasi dengan Rusia.

Sullivan menyampaikan, pemerintah AS saat ini juga tidak lagi membeda-bedakan senjata untuk bertahan dan menyerang untuk diberikan ke Ukraina.

Bagi AS kini yang terpenting adalah memberikan Ukraina senjata yang dibutuhkan.

Sullivan menjadikan dugaan kejahatan perang yang dilakukan oleh tentara Rusia sebagai justifikasi AS mengirimkan senjata ke Ukraina.

"Lakukan apapun yang kita bisa untuk membantu Ukraina sukses," ujar Sullivan.

"Pada akhirnya, kita ingin melihat Ukraina yang bebas dan independen."

"Rusia yang semakin lemah dan terisolasi."

"Dan negara-negara barat yang semakin kuat, semakin bersatu, dan bertekad."

AS meyakini ketiga hal tersebut bisa dicapai dengan cara membantu Ukraina melawan Rusia.

Korut Sebut AS Perparah Konflik

Sebelumnya, komentar pedas dilontarkan oleh media pemerintah Korea Utara (Korut) terkait isu konflik antara Rusia dan Ukraina.

Negara pimpinan Kim Jong Un itu menilai Amerika Serikat (AS) sebagai provokator yang semakin memperburuk situasi konflik antara Rusia dan Ukraina.

Bahkan media pemerintah Korut tersebut menyebut Presiden AS Joe Biden sebagai kakek tua yang ceroboh.

Dikutip TribunWow.com dari rt.com, pernyataan ini disampaikan oleh kantor berita milik pemerintah Korut yakni Korean Central News Agency (KCNA).

Korut menyoroti bagaimana AS berusaha untuk mendiskreditkan Rusia dalam konflik ini.

KCNA lalu mengungkit bagaimana AS telah membunuh jutaan orang tak bersalah di Afghanistan hingga Irak.

Kemudian KCNA mengungkit momen Biden menyebut Presiden Rusia Vladimir Putin sebagai penjahat perang dan tak bisa dibiarkan berkuasa.

"Memanggil kepala negara lain sebagai seorang penjahat perang dan diktator pembunuh tanpa alasan yang jelas adalah sebuah penghinaan terhadap negara lain dan pelanggaran nyata terhadap kedaulatan," ujar KCNA.

KCNA lalu menyatakan Biden mengucapkan hal tersebut karena pikun dan ceroboh.

"Ucapannya yang sembrono menunjukkan kecerobohan seorang kakek tua yang pikun," tulis KCNA.

Biden sendiri diketahui saat ini telah berusia 79 tahun.

KCNA lalu menyindir bagaimana masa depan AS berada di tangan seseorang ynag begitu lemah.

Selanjutnya KCNA mengomentari bagaimana sanksi yang diberikan oleh AS kepada Rusia justru pada akhirnya akan merugikan AS sendiri.

Sementara itu, media Rusia Radio Sputnik mengulas tentang kesehatan Presiden Amerika Serikat Joe Biden.

Dikatakan bahwa presiden 79 tahun itu mengalami penurunan kemampuan kognitif secara signifikan.

Hal ini menyebabkan Biden memiliki masalah mental yang bisa mengancam pertahanan nasional.

Dilansir TribunWow.com, Kamis (7/4/2022), kabar ini diklaim telah disampaikan oleh mantan staf dokter Gedung Putih, Ronnie Jackson.

Ia mengatakan penurunan kemampuan kognitif Presiden AS Joe Biden merupakan ancaman bagi keamanan nasional.

"Saya tidak mencoba untuk membuat diagnosis, tetapi saya pikir seluruh dunia melihat bahwa dia memiliki beberapa masalah mental," kata Jackson saat bercara kepada saluran TV One America News.

"Saya pikir sesuatu yang jelas terjadi padanya, ini adalah masalah keamanan nasional."

Jackson menyoroti fakta bahwa Biden baru-baru ini secara terbuka menunjukkan perilaku yang kurang pantas.

Menurut dokter, saat ini, ketika ada kemungkinan konflik langsung dengan Rusia, Presiden AS seharusnya sadar dan memahami sepenuhnya apa yang terjadi.

Dia juga mencatat bahwa Biden harus mengikuti tes untuk fungsi kognitif otak dan mempublikasikan hasilnya.

Hal ini menyusul berita tentang insiden pada bulan Februari di mana Joe Biden diduga telah menghina seorang jurnalis.

Sementara itu, sekitar 40 anggota Kongres dari Partai Republik mengiriminya surat yang merekomendasikan agar kemampuan kognitifnya diperiksa.

Penurunan kognitif tersebut juga terlihat dalam sejumlah pertemuan internasional di mana Joe Biden diklaim mengalami penurunan daya ingat.

Sebelumnya, Joe Biden kedapatan pernah lupa dengan nama mitranya, Perdana Menteri Australia Scott Morrison.

Momen ini terjadi saat AS, Australia dan Inggris mengumumkan pakta keamanan trilateral yang berfokus ke kawasan Asia-Pasifik dan disebut sebagai AUKUS pada Rabu (15/9/2021).

Ketika akan menyudahi acara, Biden menoleh ke Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson, untuk mengucapkan rasa terima kasih atas keberhasilan terbentuknya kerja sama baru antara tiga negara itu, dilansir dari The Guardian pada Kamis (16/9/2021).

“Terima kasih, Boris,” kata Biden.

Kemudian, Biden terlihat ragu-ragu saat melihat ke layar televisi yang menayangkan Scott Morrison dalam tautan video.

“Dan saya ingin berterima kasih kepada orang itu,” ungkap Biden sambil menunjuk ke arah Scott Morrison.

“Terima kasih banyak sahabat, saya menghargai itu, Pak Perdana Menteri,” tambahnya.

Sementara, Scott Morrison langsung mengacungkan jempolnya kepada Biden sambil tersenyum sebagai bentuk tanggapannya.

Meskipun pada akhirnya Biden dapat menyebut nama PM Scott Morrison, tetapi hal itu dianggap sudah terlambat karena kesalahannya telah lebih dulu mendapat perhatian.

 “Saya merasa terhormat hari ini untuk bergabung dengan dua sekutu terdekat, Australia dan Inggris, untuk meluncurkan fase baru kerja sama keamanan trilateral di antara negara-negara kita,” kata Biden.

“Seperti yang dikatakan Perdana Menteri Morrison dan Perdana Menteri Johnson, saya ingin berterima kasih atas kemitraan ini," tambahnya.

Baca juga: Rusia Klaim Serang Ukraina Justru untuk Cegah Bencana Nuklir dan Perang Dunia Ketiga

Baca juga: Jadi Bumerang Bagi Putin, Invasi Rusia ke Ukraina Justru Dorong Negara-negara Lain Gabung NATO

(TribunWow.com/Anung/Via)

Berita terkait Konflik Rusia Vs Ukraina

Sumber: TribunWow.com
Tags:
Konflik Rusia Vs UkrainaRusiaUkrainaVladimir PutinVolodymyr ZelenskyAmerika Serikat
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved