Breaking News:

Konflik Rusia Vs Ukraina

Takut Dirudapaksa Tentara Rusia, Gadis di Ukraina Potong Rambut Mereka hingga Pendek

Sejumlah wanita di Ukraina memotong pendek rambut mereka untuk menghindari menjadi target rudapaksa para tentara Rusia.

Penulis: anung aulia malik
Editor: Rekarinta Vintoko
tribunlampung.co.id/dodi kurniawan
Ilustrasi tentara Rusia melakukan tindakan asusila terhadap perempuan di Ukraina. 

TRIBUNWOW.COM - Sambil menangis Walikota Ivankiv, Maryna Beschastna menceritakan bagaimana kehidupan para kaum wanita di tengah invasi pasukan militer Rusia.

Menurut cerita Maryna, para gadis di Ukraina memotong pendek rambut mereka agar tidak menjadi korban rudapaksa tentara Rusia.

Selama 35 hari, Maryna dan para warganya hidup di bawah kekuasaan pasukan militer Rusia.

Maryna Beschastna, Wakil Walikota Ivaniv, Ukraina, menangis menceritakan insiden rudapaksa oleh pasukan Rusia yang dialami anak-anak di kotanya, Rabu (6/4/2022).
Maryna Beschastna, Wakil Walikota Ivaniv, Ukraina, menangis menceritakan insiden rudapaksa oleh pasukan Rusia yang dialami anak-anak di kotanya, Rabu (6/4/2022). (Capture YouTube ITV News)

Baca juga: Obama Kaget Putin Invasi Ukraina, Akui Tak Bisa Prediksi Langkah Presiden Rusia meski Kenal Baik

Baca juga: Rusia Ungkap Tujuan Tersembunyi Viralnya Foto dan Video Pembantaian di Bucha

Dikutip TribunWow.com dari Thesun.co.uk, Maryna menangis saat menceritakan tentang nasib dua gadis remaja yang menjadi korban rudapaksa tentara Rusia.

"Terdapat sebuah kasus di sebuah desa, dua adik kakak berumur 15 dan 16 dirudapaksa," ujar Maryna.

Menurut cerita Maryna, para tentara Rusia menarik rambut para gadis yang bersembunyi di basemen lalu melecehkan mereka.

"Gadis-gadis mulai memotong pendek rambut mereka supaya menjadi semakin tidak menarik, supaya tidak ada orang yang melihat mereka lagi," jelas Maryna.

Sementara itu terungkap ada 25 wanita di Kota Bucha yang telah menjadi korban rudapaksa tentara Rusia.

Dikutip TribunWow.com dari bbc.com, informasi ini diungkapkan oleh Lyudmyla Denisova, seorang pejabat senior Ukraina.

Lyudmyla yang juga berstatus sebagai Komisaris Hak Asasi Manusia Parlemen Ukraina menjelaskan, korban rudapaksa yang paling muda adalah gadis berusia 14 tahun hingga wanita berusia 24 tahun.

Selain kejahatan rudapaksa, Lyudmyla menyatakan Ukraina saat ini juga memiliki bukti tentara Rusia melakukan genosida terhadap warga Ukraina.

Menurut keterangan Lyudmyla, rudapaksa difungsikan oleh tentara Rusia sebagai senjata dalam konflik melawan Ukraina.

"Ini terjadi selama sebulan. Kita akan terus melakukan dokumentasi kejahatan tersebut, dan seluruh penjahat akan dihukum," ujar Lyudmyla.

Rudapaksa sebagai Strategi Perang

Di sisi lain Ukraina menuding pasukan Rusia sengaja melakukan aksi rudapaksa sebagai bentuk instrumen perang.

Hal ini terlihat dari banyaknya kasus kekerasan dan pelecehan seksual yang terjadi di kota-kota Ukraina yang diserang.

Menurut pejabat Ukraina, kejadian yang serupa pernah dilakukan Rusia pada tahun 1945 ketika telibat perang dunia kedua.

Dilansir The Sun, Kamis (24/3/2022), Jaksa Agung Ukraina Iryna Venediktova membuka penyelidikan pemerkosaan resmi pertama setelah perang.

Dilaporkan dua tentara Rusia yang mabuk membunuh seorang suami dan berulang kali merudapaksa istrinya.

Dia mengatakan orang-orang biadab menyerang wanita itu di Brovary, di timur Kyiv, setelah membobol rumah keluarga itu.

Jaksa menambahkan bagaimana dua tentara itu bahkan melakukan perbuatan bejat tersebut di depan anak keluarga itu.

Mereka kemudian mengancam anak itu dengan senjata.

Wanita yang selamat dari serangan tersebut dikatakan telah memberikan bukti-bukti kepada penyelidik.

Seorang pelaku dilaporkan telah diidentifikasi dan tuduhan sedang diselidiki.

Sementara itu, Anastasia Taran (30), dari Irpin, mengatakan pasukan Rusia telah menyerbu ruang bawah tanah dan menembaki keluarga-keluarga yang ketakutan di kotanya.

"Mereka memperkosa wanita dan orang yang mati dibuang begitu saja. Mereka mendobrak ruang bawah tanah tempat orang bersembunyi dan menembak mereka," beber Taran dikutip TribunWow.com.

Menanggapi kasus-kasus tersebut, anggota parlemen Ukraina, Lesia Vasylenko mengambil kesimpulan.

Ia mengatakan pasukan Rusia sengaja menggunakan aksi rudapaksa sebagai alat perang untuk menciptakan trauma dan ketakutan.

"Dua juta orang diperkosa di Jerman oleh Rusia selama Perang Dunia Kedua," kata Lesia Vasylenko.

"Rusia kembali menggunakan pemerkosaan sebagai alat perang. Kali ini di Ukraina. Sejarah berulang."

Ia mengacu pada pendudukan Soviet di beberapa bagian Jerman pada tahun 1945 .

Saat itu tentara Rusia dicurigai melakukan serangan pemerkosaan tanpa ampun terhadap wanita.

Adapun Jaksa Venediktova sebelumnya mengatakan dia memiliki banyak data untuk membuktikan Presiden Rusia Vladimir Putin adalah penjahat perang.

Dia mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa saat ini ada daftar 127 tersangka yang ingin dibawa ke pengadilan internasional.

Di sisi lain, Menteri luar negeri Ukraina pun juga telah mengkonfirmasi ada laporan tentang tentara Putin yang melakukan pelecehan seksual terhadap wanita Ukraina.

Rusia Sebut Terjadi Perang Informasi

Sebelumnya, pada Rabu (16/3/2022) sebuah gedung teater di Mariupol, Ukraina yang difungsikan sebagai tempat penampungan warga sipil hancur seusai dibombardir.

Pemerintah Ukraina menyebut serangan dilakukan oleh pesawat tempur Rusia.

Sementara itu pemerintah Rusia tegas membantah telah melakukan serangan ke gedung teater tersebut.

Dikutip TribunWOw.com dari Sky News, bantahan ini disampaikan oleh duta besar pemerintah Rusia untuk Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), Vasily Nebenzya.

"Perang informasi sedang terjadi dalam skala yang lebih besar dibanding perang fisik," ujar Nebenzya.

Menurut Nebenzya siapa yang memenangkan perang informasi maka akan memenangkan peran secara keseluruhan.

Nebenzya lalu menyampaikan berdasarkan keterangan para warga sipil yang telah lebih dulu mengungsi keluar dari Mariupol, ada keterlibatan batalion Azov yang menyandera para warga sipil.

Nebenzya juga mengungkit bahwa pemerintah Rusia telah menyadari ada tulisan 'anak-anak' di luar gedung teater di Mariupol.

Seluruh pasukan militer Rusia telah diberitahu bahwa gedung teater tersebut adalah tempat yang dipenuhi warga sipil.

"Tidak pernah dijadikan target serangan," kata Nebenzya.

Nebenzya menyebut, pihak yang harus bertanggungjawab dalam hal ini adalah kelompok ultra nasionalis Ukraina batalion Azov.

Keterangan serupa disampaikan oleh juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova.

"Jelas ini adalah kebohongan. Semuanya tahu bahwa pasukan militer Rusia tidak membombardir kota. Tidak peduli seberapa banyak video yang disebar oleh struktur NATO dan berapa banyak foto dan video klip bohong disebar, kebenaran akan terungkap," jelas Zakharova.(TribunWow.com/Via/Anung)

Berita terkait Konflik Rusia Vs Ukraina

Sumber: TribunWow.com
Tags:
rudapaksaRusiaKonflik Rusia Vs UkrainaUkrainaVladimir PutinVolodymyr Zelensky
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved