Breaking News:

Konflik Rusia Vs Ukraina

5 Pembelaan Rusia soal Pembantaian di Bucha, Ungkit Keanehan Mayat hingga Rekayasa Ukraina

Pemerintah Rusia tegas membantah telah melakukan pembantaian warga sipil di Kota Bucha, Ukraina.

Penulis: anung aulia malik
Editor: Rekarinta Vintoko
Sergei Supinsky / AFP
Petugas melakukan evakuasi jasad-jasad warga sipil yang ada di Kota Bucha, 3 April 2022. 

TRIBUNWOW.COM - Bersamaan dengan mundurnya pasukan militer Rusia dari sejumlah wilayah di dekat Kiev/Kyiv, muncul kabar adanya insiden pembantaian di Kota Bucha.

Pemerintah Ukraina kemudian mengeluarkan foto dan video banyaknya mayat manusia dibiarkan begitu saja di jalan raya hingga di halaman rumah.

Ukraina menyebut, para mayat itu adalah warga sipil yang tewas dibunuh oleh para tentara Rusia.

Dilansir TribunWow.com, berikut ini adalah sejumlah bantahan Rusia terkait insiden pembantaian di Bucha:

Baca juga: Bocah 1 Tahun di Ukraina Meninggal akibat Sentuh Roket Rusia yang Terlempar ke Rumahnya

Baca juga: Lindungi Jasad Anaknya dari Anjing, Ibu di Ukraina Histeris Cerita Putranya Dibunuh Tentara Rusia

1. Keanehan Mayat di Bucha

Menanggapi insiden ini, pemerintah Rusia tegas membantah telah melakukan pembantaian.

Dikutip TribunWow.com dari rt.com, pemerintah Rusia kemudian menyoroti sejumlah kejanggalan dalam insiden ini.

Pemerintah Rusia menuding insiden ini justru dirancang oleh pemerintah Ukraina dan diamplifikasi oleh media-media barat.

Kementerian Pertahanan Rusia menjelaskan, pasukan militer Rusia telah menarik tentara mereka dari Bucha pada 30 Maret 2022.

Kemudian jasad-jasad manusia yang diklaim sebagai warga sipil baru muncul empat hari sesudah tentara Rusia mundur.

Seperti yang diketahui, informasi ditemukannya jasad-jasad manusia di Bucha pertama kali diumumkan oleh badan intelijen Ukraina.

"Seluruh foto dan video yang dipublikasikan oleh rezim Ukraina, berusaha menunjukkan kejahatan yang dilakukan oleh tentara Rusia di Bucha, Kiev, hanyalah bentuk provokasi," jelas Kemenhan Rusia.

Kemenhan Rusia juga mengungkit pernyataan Walikota Bucha Anatoly Fedoruk yang sempat menjelaskan bahwa per 31 Maret 2022 kemarin sudah tidak ada pasukan militer Rusia di Bucha.

Keanehan selanjutnya yang disoroti oleh Kemenhan Rusia adalah kondisi fisik para mayat.

Menurut keterangan dari Kemenhan Rusia, para mayat tersebut masih mengeluarkan darah segar dari luka, belum kaku, hingga belum menunjukkan tanda-tanda pembusukkan.

Kemenhan Rusia menegaskan insiden tersebut merupakan sebuah provokasi yang dirancang oleh rezim Kiev yang kemudian dikonsumsi mentah-mentah oleh media-media barat.

2. Aksi Provokasi Ukraina

Rusia menuding pihak Ukraina tengah mempersiapkan provokasi baru untuk menyalahkan tentara Presiden Vladimir Putin.

Menurut sumber Rusia, rekayasa yang dilakukan tersebut akan mengambil tempat di wilayah Kherson.

Disebutkan bahwa sabotase yang dilakukan bertujuan untuk menguatkan status Rusia sebagai penjahat perang di mata dunia.

Dikutip TribunWow.com dari RIA Novosti, Rabu (6/4/2022), sebuah kelompok sabotase Ukraina dikatakan telah berada di dekat desa Aleksandrovka, wilayah Kherson.

Kelompok tersebut diklaim sedang mempersiapkan provokasi dengan kematian warga sipil untuk menyalahkan Rusia atas hal itu.

Mengutip informannya di pasukan Ukraina di wilayah Nikolaev, sebuah sumber di lembaga penegak hukum Rusia di Kherson menyebutkan sosok yang dicurigai.

"Kelompok sabotase, yang mencakup militan Pioneer dan Ded, yang bernama asli: Yevgeny Klymenko dan Yaroslav Barannik, yang sebelumnya bekerja di Donbass, dipindahkan ke arah Nikolaev," kata sumber tersebut.

Disebutkan bahwa tugas kelompok tersebut adalah sabotase dan kegiatan subversif terkait dengan penembakan, peledakan rumah dan sekolah secara terorganisir, yang dapat menyebabkan sejumlah besar korban sipil.

Menurut sumber tersebut, para penyabotase menganggap sekolah sebagai target mereka.

Para militan tampaknya membidik artileri di daerah pemukiman pemukiman garis depan untuk lebih menyalahkan militer Rusia.

"Mereka sudah beberapa kali melakukan cara serupa di wilayah DPR (Donetsk-red)," kata sumber tersebut.

Pasukan Rusia selama operasi khusus untuk demiliterisasi Ukraina menguasai seluruh wilayah Kherson di selatan negara itu.

Kemudian, di wilayah Kherson dan di selatan wilayah Zaporozhye Ukraina, yang berada di bawah kendali militer Rusia, mereka mulai membentuk administrasi militer-sipil, meluncurkan siaran televisi dan radio Rusia.

3. Bukti Rekayasa oleh Ukraina

Juru bicara Rusia, Dmitry Peskov membantah tudingan soal kejahatan perang yang dilakukan pasukannya di Bucha, Ukraina.

Tangan kanan Presiden Rusia Vladimir Putin itu menuding Ukraina telah melakukan rekayasa untuk menarik simpati dunia.

Ia mengimbau agar para pemimpin dunia tak serta merta mempercayai klaim tersebut, seraya mengaku memiliki bukti pemalsuan foto dan video.

Dilansir TribunWow.com dari Russia Today, Senin (4/5/2022), Peskov menyatakan tudingan Ukraina bahwa pasukan Rusia terlibat dalam kejahatan perang di kota Bucha dekat Kiev itu tidak benar.

Ia menyarankan klaim tersebut perlu diselidiki dengan benar dan tidak dianggap remeh oleh para pemimpin dunia.

"Informasi yang diberikan oleh pihak Ukraina harus ditanggapi dengan skeptisisme yang serius,” kata Peskov.

Baca juga: Minta Dibunuh seusai Suaminya Dieksekusi, Wanita di Bucha Justru Dipermainkan Tentara Rusia

Dia menyatakan spesialis militer Rusia menemukan bukti manipulasi video dan bentuk lain dari rekayasa media tentang Bucha.

"Fakta dan timeline juga berbicara menentang kebenaran klaim," tambahnya.

Peskov mengatakan Moskow ingin membahas tuduhan Bucha pada pertemuan Dewan Keamanan PBB, tetapi dihalangi oleh Inggris, yang saat ini memimpin badan keamanan internasional.

"Tidak dapat disangkal situasinya sangat serius. Kami menyerukan kepada para pemimpin dunia untuk tidak terburu-buru menyatakan tuduhan palsu dan mendapatkan informasi dari berbagai sumber, serta setidaknya mendengarkan argumen kami," pungkas Peskov.

4. Pelakunya Tentara Ukraina

Dilansir TribunWow.com dari TASS, Senin (4/4/2022), Rusia mengklaim tidak ada korban sipil yang dilaporkan di kota Bucha ketika kota itu dikendalikan oleh Angkatan Bersenjatanya.

Namun Duta Besar Rusia untuk Washington Anatoly Antonov menuding media AS mengabaikan penembakan yang dilakukan militer Ukraina di kota itu.

Ia pun terang-terangan membantah tudingan bahwa Rusia telah melakukan kejahatan perang pada warga sipil di Bucha.

"Kementerian Pertahanan Rusia telah sepenuhnya menolak tuduhan palsu ini," ujar Antonov saat diwawancarai Newsweek.

Menurut Antonov, pasukan Rusia sudah seminggu meninggalkan Bucha.

Selama itu, pasukan Ukraina disebut sudah mengetahui kondisi di Bucha dan memilih diam.

Namun belakangan potret mengenaskan di wilayah itu justru digunakan untuk menyalahkan Rusia.

Hal ini senada disampaikan Kementerian Pertahanan Rusia pada hari Minggu, (3/4/2022) bahwa Angkatan Bersenjata Rusia telah meninggalkan Bucha, yang terletak di wilayah Kiev, pada 30 Maret.

Sementara bukti kejahatan muncul baru empat hari kemudian, setelah petugas Dinas Keamanan Ukraina tiba di kota itu.

"Saya ingin menunjukkan bahwa pasukan Rusia meninggalkan Bucha pada 30 Maret. Pihak berwenang Ukraina tetap diam selama ini, dan sekarang mereka tiba-tiba memposting rekaman sensasional untuk menodai citra Rusia dan ini membuat Rusia harus mempertahankan diri," kata Antonov.

"Saya ingin menekankan dengan penuh tanggung jawab bahwa tidak ada satu pun warga sipil yang menderita akibat kekerasan ketika kota itu dikendalikan oleh Angkatan Bersenjata Rusia. Sebaliknya, pasukan kami mengirimkan 452 ton bantuan kemanusiaan untuk warga sipil."

Menurut pihak Rusia, tentara Ukraina justru melakukan penembakan dan menghancurkan kotanya sendiri.

Dikatakan bahwa Ukraina sengaja ingin menjatuhkan kesalahan ke pihak Rusia.

"Sementara itu, fakta bahwa Angkatan Bersenjata Ukraina menembaki kota Bucha tepat setelah pasukan Rusia pergi sengaja diabaikan di AS. Inilah yang bisa menyebabkan korban sipil. Yang mengatakan, rezim Kiev jelas berusaha menyalahkan kekejamannya. di Rusia," ujar Antonov.

Kementerian menekankan bahwa pada 31 Maret, Wali Kota Anatoly Fedoruk telah mengkonfirmasi dalam pidato video bahwa tidak ada pasukan Rusia di Bucha.

Namun, dia tidak mengatakan sepatah kata pun tentang warga sipil yang ditembak mati di jalan dengan tangan terikat di belakang.

5. Negara-negara Barat Pilih Tutup Mata

Dikutip TribunWow.com dari Tass.com, Juru Bicara Presiden Rusia Vladimir Putin, Dmitry Peskov menyatakan bahwa negara-negara barat memilih untuk tutup mata dan tutup telinga saat Rusia mencoba menjelaskan tragedi yang terjadi di Bucha.

Kendati demikian, Peskov menyebut Rusia masih terus berusaha menyampaikan penjelasan soal pembantaian yang terjadi di Bucha.

Peskov menyampaikan, saat ini penting untuk dilakukan investigasi yang benar-benar netral dan tidak bias untuk menyelidiki pembantaian di Bucha.

"Kami terus membantah seluruh tuduhan terhadap Rusia," ujar Peskov.

Peskov mengatakan, tuduhan terhadap Rusia soal Bucha bukan saja tidak ada bukti kuat namun hanyalah rekayasa belaka.

Peskov melanjutkan, tujuan dari rekayasa pembantaian di Bucha adalah untuk mendiskreditkan pasukan militer Rusia.

Kemudian Peskov meminta agar para pemimpin negara-negara barat bertindak dengan logis bukan karena dorongan emosional.

"Diplomat kami terus bekerja di PBB," tegas Peskov.

Peskov mengungkit upaya diplomatik Rusia kerap dirusak namun mereka tetap berusaha.(TribunWow.com/Anung/Via)

Berita terkait Konflik Rusia Vs Ukraina

Sumber: TribunWow.com
Tags:
RusiaKonflik Rusia Vs UkrainaUkrainaVladimir PutinVolodymyr ZelenskyBucha
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved