Breaking News:

Konflik Rusia Vs Ukraina

Dicurigai Bantu Tentara Ukraina, 1 Keluarga di Dekat Bucha Tewas Dibunuh Tentara Rusia

Seorang kepala desa bersama anak dan suaminya dibantai oleh tentara Rusia seusai dicurigai terlibat dalam kegiatan tentara Ukraina.

Penulis: anung aulia malik
Editor: Rekarinta Vintoko
FACEBOOK/bbc.com
Olha Sukhenko (kiri), bersama suaminya Igor dan anaknya Oleksander dibunuh tentara Rusia seusai dicurigai terlibat membantu pasukan militer Ukraina. 

TRIBUNWOW.COM - Pejabat Ukraina menyampaikan terdapat satu keluarga yang dibantai oleh tentara Rusia seusai dicurigai membantu pasukan militer Ukraina.

Satu keluarga tersebut diketahui tinggal di Desa Motoyzhyn yang berada di dekat Kota Bucha, Ukraina.

Di sana ditemukan empat jasad manusia dalam kondisi setengah terkubur.

Baca juga: Ditemukan Potongan Tubuh hingga Mayat Bekas Disiksa di Perkemahan Anak-anak di Bucha

Baca juga: Temukan 5 Mayat Korban Eksekusi, Militer Ukraina Sebar Video Kamar Penyiksaan Milik Rusia di Bucha

Tiga jasad telah berhasil diidentifikasi, yakni Kepala Desa Motoyzhyn Olha Sukhenko lalu suami Olha yakni Igor dan anak mereka Oleksander.

Pada saat ditemukan, tangan Olha dan wajah Oleksander tampak menyembul keluar karena tidak dikubur secara sempurna.

Sementara itu di sebuah basemen rumah di Bucha ditemukan jasad lima orang menggunakan pakaian warga sipil.

Kelima jasad itu tewas dalam kondisi tangan terikat ke belakang.

Beberapa memiliki luka tembak di kepala, dan jasad lainnya memiliki luka tembak di dada.

Pejabat Ukraina meyakini para jasad itu adalah tawanan Rusia yang berakhir dieksekusi mati.

Seorang sukarelawan bernama Vlad ikut membantu memindahkan jasad-jasad manusia yang ada di Bucha.

Ia mengaku sempat mendengar bagaimana ada pasangan suami istri tewas seusai diberondong tembakkan saat ingin mengambil air.

"Saya dapat menceritakan Anda banyak kisah tetapi saya tidak mau," ujar Vlad.

"Saya ingin melupakannya," sambungnya.

Menanggapi insiden ini, pemerintah Rusia tegas membantah telah melakukan pembantaian.

Dikutip TribunWow.com dari rt.com, pemerintah Rusia kemudian menyoroti sejumlah kejanggalan dalam insiden ini.

Pemerintah Rusia menuding insiden ini justru dirancang oleh pemerintah Ukraina dan diamplifikasi oleh media-media barat.

Kementerian Pertahanan Rusia menjelaskan, pasukan militer Rusia telah menarik tentara mereka dari Bucha pada 30 Maret 2022.

Kemudian jasad-jasad manusia yang diklaim sebagai warga sipil baru muncul empat hari sesudah tentara Rusia mundur.

Seperti yang diketahui, informasi ditemukannya jasad-jasad manusia di Bucha pertama kali diumumkan oleh badan intelijen Ukraina.

"Seluruh foto dan video yang dipublikasikan oleh rezim Ukraina, berusaha menunjukkan kejahatan yang dilakukan oleh tentara Rusia di Bucha, Kiev, hanyalah bentuk provokasi," jelas Kemenhan Rusia.

Kemenhan Rusia juga mengungkit pernyataan Walikota Bucha Anatoly Fedoruk yang sempat menjelaskan bahwa per 31 Maret 2022 kemarin sudah tidak ada pasukan militer Rusia di Bucha.

Keanehan selanjutnya yang disoroti oleh Kemenhan Rusia adalah kondisi fisik para mayat.

Menurut keterangan dari Kemenhan Rusia, para mayat tersebut masih mengeluarkan darah segar dari luka, belum kaku, hingga belum menunjukkan tanda-tanda pembusukkan.

Kemenhan Rusia menegaskan insiden tersebut merupakan sebuah provokasi yang dirancang oleh rezim Kiev yang kemudian dikonsumsi mentah-mentah oleh media-media barat.

Gambar Satelit Patahkan Tuduhan Rusia

Gambar satelit yang diambil dari atas kota Bucha, Ukraina, menunjukkan fakta berbeda dari apa yang ditudingkan Rusia.

Potret tersebut menunjukkan mayat-mayat telah berjejer di jalan-jalan Bucha sejak berminggu-minggu yang lalu.

Hal ini membantah klaim Rusia bahwa mayat itu ditempatkan di Bucha setelah pasukan mereka meninggalkan kota.

Dilansir TribunWow.com dari Daily Mail, Selasa (5/4/2022), pihak berwenang di Ukraina mengatakan sedikitnya mayat 410 warga sipil telah ditemukan di daerah di luar Kiev, khususnya di kota Bucha.

Kondisi mencengangkan itu baru diketahui setelah pekan lalu Rusia menarik pasukannya dari wilayah sekitar Kiev.

Gambar mengerikan menunjukkan banyak warga sipil dengan tangan terikat, luka tembak jarak dekat dan tanda-tanda penyiksaan.0

Hal ini membuat semakin banyak pemimpin dunia telah menyuarakan kemarahan dan menyerukan sanksi yang lebih keras terhadap Moskow.

Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov menepis tuduhan bahwa pasukan Rusia melakukan kekejaman pada warga sipil.

Ia menyebut klaim tersebut sebagai provokasi bertahap tetapi belum memberikan bukti empiris yang memperlihatkan bahwa mereka tidak bertanggung jawab.

Lavrov menyebut Rusia telah meninggalkan wilayah tersebut sejak 30 Maret tanpa ada mayat berserakan.

Ia menuding Ukraina sengaja meletakkan mayat-mayat tersebut setelah pasukan Rusia pergi.

Sementara itu, Kementerian Pertahanan Rusia mengeluarkan pernyataan panjang yang mengatakan tidak ada warga sipil yang mengalami kekerasan di tangan pasukan Rusia dan bahwa gambar-gambar itu adalah rekayasa.

Namun, analisis citra satelit yang dibagikan oleh New York Times dan pemeriksa fakta di BBC bertentangan dengan penyangkalan Rusia.

NYT telah mengambil gambar satelit yang diarsipkan yang kemudian mereka cocokkan dengan foto yang diambil oleh anggota media di lapangan di Bucha.

Gambar setlit tersebut membuktikan bahwa mayat-mayat itu ada di sana sebelum pasukan Rusia mundur pada 30 Maret.

Baca juga: Sosok Olga Sukhenko, Wali Kota di Ukraina yang Dibunuh Rusia, Tewas Bersama Suami dan Anaknya

Surat kabar itu mencocokkan hingga 11 mayat di jalan-jalan dalam sebuah video yang diambil oleh penduduk setempat pada 2 April dengan citra satelit dari 11 Maret.

Bukti tersebut menunjukkan bahwa mayat-mayat itu telah berada di sana selama berminggu-minggu.

Gambar berikutnya yang diperoleh MailOnline dari 19 Maret berkorelasi dengan video yang sama.

Video kedua menggambarkan tiga mayat lagi yang menunjukkan gambar satelit muncul di sana antara 20 dan 21 Maret, sekali lagi sebelum Rusia mengatakan mereka meninggalkan kota.

Pihak Rusia juga menyebutkan bahwa mayat-mayat di Bucha tak terlihat kaku atau yang disebut sebagai rigor mortis.

Klaim ini dinilai menguatkan tudingan Rusia bahwa mayat tersebut masih dalam kondisi baru.

Namun, seorang ahli patologi forensik yang telah bekerja pada penyelidikan kejahatan perang mengatakan bahwa setelah empat hari, proses pengerasan mayat biasanya telah mereda.

Ahli patologi juga mengatakan bahwa penampilan korban kekerasan sangat bervariasi tergantung pada senjata yang digunakan dan keadaan lainnya.

Mereka mengatakan bahwa tidak selalu ada genangan darah yang terlihat, terutama jika korban berpakaian untuk cuaca dingin.

Rusia juga mengklaim bahwa berita tentang kekejaman tidak muncul sampai empat hari setelah pasukan ditarik pada 30 Maret, tetapi ada bukti mayat di jalan-jalan yang dibagikan secara online pada 1 April.

Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengatakan klaim pembantaian warga sipil di pinggiran Kiev sebagai provokasi yang menimbulkan ancaman langsung terhadap perdamaian dan keamanan global.

Sebelumnya, Lavrov bersumpah bahwa Rusia akan mengadakan konferensi pers di New York di mana mereka akan menyajikan materi paling rinci untuk menunjukkan sifat sebenarnya dari insiden di Bucha.

Tetapi pada konferensi pers yang diadakan malam ini, utusan Rusia untuk PBB, Vasily Nebenzya, tidak menunjukkan bukti bahwa mereka tidak bertanggung jawab atas kekejaman atau bahwa gambar-gambar itu telah direkayasa.

Sebaliknya, Nebenzya mengatakan Rusia akan memberikan bukti dugaan itu kepada Dewan Keamanan PBB pada kesempatan paling awal.

"Kami memiliki bukti empiris untuk mendukung ini," kata Nebenzya kepada wartawan pada konferensi pers.

"Kami bermaksud untuk menyerahkan mereka ke Dewan Keamanan sesegera mungkin sehingga masyarakat internasional tidak disesatkan oleh plot palsu Kiev dan sponsor Baratnya." (TribunWow.com/Anung/Via)

Berita terkait Konflik Rusia Vs Ukraina

Sumber: TribunWow.com
Tags:
Konflik Rusia Vs UkrainaUkrainaRusiaVladimir PutinVolodymyr ZelenskyBucha
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved