Konflik Rusia Vs Ukraina
3 Gosip Miring soal Presiden Rusia Vladimir Putin, Punya Kebiasaan Mandi Darah hingga Mudah Emosi
Selama konflik antara Rusia dan Ukraina berlangsung, sosok Presiden Rusia Vladimir Putin kerap diterpa kabar miring.
Penulis: anung aulia malik
Editor: Rekarinta Vintoko
TRIBUNWOW.COM - Sosok Presiden Rusia Vladimir Putin tak henti-hentinya diterpa kabar miring mulai soal kesehatannya hingga kebiasaannya.
Selama konflik antara Rusia dan Ukraina berlangsung baik Rusia dan Putin terus menerus diberitakan secara negatif khususnya oleh media-media barat.
Dilansir TribunWow.com, berikut ini adalah sejumlah kabar negatif seputar Putin:
Baca juga: Rusia Ancam Denda Wikipedia Rp 670 Juta, Tuntut Hapus Artikel soal Invasi ke Ukraina
Baca juga: Ukraina Bantah Serang Depot Minyak di Belgorod, Juru Bicara Milter Rusia Ungkap Fakta Berbeda
1. Kebiasaan Mandi Darah
Sejumlah rumor beredar mengenai kesehatan, percintaan dan kebiasaan Putin.
Namun, ada satu rumor yang cukup mengejutkan mengenai kebiasaan yang dilakukan Putin untuk menjaga vitalitasnya.
Tentu saja meski didasarkan laporan investigasi, kabar ini tak bisa langsung dipercaya lantaran belum ada validasi dari pihak terkait.
Dikutip TribunWow.com dari The Sun, Minggu (2/4/2022), kebiasaan yang memicu kontroversi itu adalah kabar mengenai Putin yang disebut kerap mandi menggunakan darah hewan.
Menurut outlet jurnalisme investigasi Rusia, Proekt, kebiasaan ini diperkenalkan oleh menteri pertahanan Rusia saat ini, Sergei Shoigu.
Dikatakan bahwa ekstrak yang digunakan diambil dari tanduk rusa merah yang dipotong dengan gergaji di musim semi ketika masih penuh dengan darah segar.
Praktik tersebut dilakukan di sebuah klinik di wilayah Pegunungan Altai, Siberia yang dikatakan sering dikunjungi oleh Putin.
Klinik tersebut mengklaim praktik ini memiliki sejumlah manfaat kesehatan, termasuk meningkatkan kemampuan intim pria.
"Ekstrak dari tanduk rusa merah bertindak sebagai tonik yang kuat, terutama untuk potensi pria," klaim sebuah peternakan di Altai yang mengekspor tanduk untuk digunakan dalam pengobatan Cina
"Menguatkan tulang tubuh, otot, gigi, penglihatan dan pendengaran, menyembuhkan radang selaput dada, radang paru-paru, asma, nyeri sendi, osteoporosis, dan masalah pada tulang belakang."
Laporan dari Proekt mengatakan bahwa Putin sudah mendapat kritik atas praktik tak berdasar itu.
Namun, presiden Rusia itu dikabarkan tak ambil pusing dan tetap menjalani perawatan tersebut.
"Seorang kenalan presiden mengklaim bahwa dia telah diperingatkan bahwa tidak ada bukti konklusif tentang manfaat mandi tanduk," bunyi laporan tersebut.
"Tapi Tuan Putin menyukainya, dan sejak itu dia mengunjungi Altai beberapa kali."
Kebiasaan aneh pemimpin Rusia itu untuk mandi darah pertama kali dilaporkan pada tahun 2017.
Menurut outlet media lokal kapitalist.tv, menjelang kunjungan Putin ke Altai pada tahun 2016, setidaknya 70 kg tanduk rusa disiapkan untuk mandi.
Dia bahkan diduga telah memperkenalkan mantan pemimpin Italia, Silvio Berlusconi pada tradisi aneh itu.
Kelompok hak asasi hewan telah lama mengutuk praktik itu dan mengatainya sebagai tindakan barbar.
2. Putin Menderita Sakit Keras
Sebelumnya, Putin dikabarkan menderita penyakit mematikan yang mempengaruhi keputusannya untuk menginvasi Ukraina.
Sejumlah ahli melihat kondisi tersebut dari kejanggalan sikap dan penampilan di depan publik baru-baru ini.
Pria 69 tahun itu dikabarkan tampak lebih lesu dengan tubuh yang terlihat menggembung.
Dilansir TribunWow.com dari The Sun, Jumat (1/4/2022), Putin yang selama ini menunjukkan citra sebagai pria kuat, telah berubah secara dramatis dalam beberapa tahun terakhir.
Penyelidikan terbaru telah mengungkapkan bahwa sang presiden terus-menerus ditemani oleh seorang dokter yang berspesialisasi dalam kanker tiroid.
Laporan oleh media investigasi Proekt, menyatakan bahwa ahli bedah Yevgeny Selivanov, dari Rumah Sakit Klinik Pusat Moskow, telah terbang menemui Putin tidak kurang dari 35 kali di resor Laut Hitam Sochi.
Yevgeny Selivanov diketahui merupakan dokter yang memiliki keahlian di bidang kanker tiroid.
Penemuan ini mendukung teori baru-baru ini bahwa Putin menyatakan perang ketika dia menderita masalah medis yang disembunyikan dari orang-orang Rusia.
Sementara pada November 2020, analis politik Valery Solovei mengungkapkan teori penyakit kanker dan Parkinson yang diderita Putin hingga perlu menjalani operasi darurat.
"Yang satu bersifat psiko-neurologis, yang lain adalah masalah kanker," ujar Solovei.
"Jika ada yang tertarik dengan diagnosis pasti, saya bukan dokter, dan saya tidak punya hak etis untuk mengungkapkan masalah ini."
"Diagnosis kedua jauh, jauh lebih berbahaya daripada diagnosis yang disebutkan pertama karena Parkinson tidak mengancam keadaan fisik, tetapi hanya membatasi penampilan publik."
Dia menambahkan bahwa Putin telah menjalani operasi, sedangkan sumber lain membenarkan dan mengklaim operasi itu untuk mengangkat kanker perut.
Sebuah rekaman video menunjukkan kaki dan jari-jari Putin bergerak terus-menerus, yang mendukung teori Parkinson.
Putin juga menderita batuk-batuk selama pertemuan yang disiarkan televisi.
Selain dokter Selivanov, pemimpin Rusia itu juga diikuti oleh seorang ahli bedah saraf.
Ahli bedah tersebut adalah Alexey Shcheglov yang terus mengikuti Putin dalam setiap acara publik dan sempat ikut terfoto.
Ia dipandang sebagai dokter yang antara lain dapat mendeteksi penyakit pada kelenjar tiroid, termasuk masalah onkologis.
Ada spekulasi luas di Barat bahwa Putin memiliki masalah medis yang serius ketika ia melancarkan perang di Ukraina yang diperkirakan menewaskan 17.000 tentara Rusia.
Diduga, sikap Putin yang dinilai tergesa-gesa merupakan dampak dari penyakit fatal yang dideritanya.
3. Putin Mudah Emosi karena Pendek
Dua orang ahli di bidang psikologi berpendapat Presiden Rusia Vladimir Putin menderita sindrom Napoleon Complex yang parah.
Sindrom tersebut diketahui menyebabkan orang yang memiliki tinggi badan yang pendek akan cenderung agresif dan temperamental.
Kedua ahli itu menyoroti beragam bukti nyata yang memperkuat opini mereka.
Dikutip TribunWow.com dari Thesun.co.uk, Putin sendiri memiliki tinggi badan sebesar 170 cm yang cenderung rendah dibanding warga Rusia lainnya.
Mark Van Vugt, seorang profesor di bidang psikologis di Universitas VU Amsterdam menyoroti bagaimana Putin selalu berusaha membangun kesan macho.
Profesor Vugt menyoroti saat Putin tampil di pertandingan judo hingga berpose tanpa pakaian.
"Cara dia berpose untuk kamera, seluruh foto dirinya yang telanjang dada, bermain hockey, beburu," ujarnya.
"Itu semua adalah hal yang Anda lihat dalam diri seseorang yang tidak merasa nyaman dengan kondisi mereka dan itu mungkin disebabkan oleh tubuhnya yang pendek," jelas Profesor Vugt.
Profesor Vugt menambahkan, sindrom Napoleon Complex juga dapat memengaruhi cara pemimpin negara membuat kebijakan.
Menurut Profesor Vugt, orang yang menderita sindrom Napoleon Complex akan lebih brutal dan beringas jika berada dalam kondisi tertekan atau diprovokasi.
Profesor Vugt mengatakan, akan sangat berbahaya jika Putin terus ditekan dan dapat berpotensi terjadinya perang dunia ke-3.
Saran dari Profesor Vugt adalah agar Putin diberikan opsi untuk mundur secara sukarela tanpa ditekan.
Sementara itu Professor psikologis dari Universitas Groningen, Belanda, yakni Abraham Buunk menyoroti bagaimana Putin lebih takut kepada sekitarnya karena selalu meraca terancam.
Ia juga menyebut Putin memiliki sifat terlalu percaya diri dan narsistik.
Profesor Buunk lalu mengungkit bagaimana Putin kerap duduk berjauhan saat bertemu dengan orang lain.
Menurut Profesor Buunk, hal ini dilakukan untuk menciptakan ilusi bahwa Putin memiliki tubuh yang tinggi.
(TribunWow.com/Anung/Via)