Breaking News:

Konflik Rusia Vs Ukraina

Gedung Palang Merah Mariupol Diledakkan Rusia, 70 Tenaga Medis dan Wanita Diculik dari Ukraina

Pasukan Rusia dilaporkan telah menyerang fasilitas Palang Merah di kota Mariupol, Ukraina.

Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Tiffany Marantika Dewi
YouTube Guardian News
Kota Mariupol di Ukraina dikepung dan terus dihujani serangan oleh pasukan militer Rusia. Terbaru, pasukan Rusia dikabarkan telah menghancurkan fasilitas palang merah dan menculik tenaga medis, Rabu (30/2/2022). 

TRIBUNWOW.COM - Pasukan Rusia dilaporkan telah menyerang fasilitas Palang Merah di kota Mariupol, Ukraina.

Hingga saat ini, belum jelas berapa korban jiwa yang muncul akibat serangan tersebut.

Selain itu, sejumlah petugas medis dan sejumlah wanita dikabarkan telah dibawa paksa tentara Rusia.

Potret kota pelabuhan Mariupol, Ukraina, sebelum luluh lantak diserang pasukan Rusia, diunggah Sabtu (16/1/2021).
Potret kota pelabuhan Mariupol, Ukraina, sebelum luluh lantak diserang pasukan Rusia, diunggah Sabtu (16/1/2021). (Situs Resmi Pemerintah Mariupol/ mariupolrada.gov.ua)

Baca juga: Tentara Rusia Ramai-ramai Memberontak, Abaikan Instruksi Komandan hingga Tembak Pesawat Sendiri

Baca juga: Bongkar Kejahatan Perang Tentara Ukraina, Rusia Laporkan Serangan Brutal ke Wilayah Donetsk

Dikutip TribunWow.com dari Daily Mail, Kamis (31/2/2022), kabar tersebut disampaikan ombudswoman Ukraina Lyudmyla Denisova dalam sebuah pernyataan.

"Di Mariupol, para penjajah membidik gedung Komite Internasional Palang Merah (ICRC)," kata Denisova.

Ia menambahkan bangunan yang ditandai dengan palang merah dan latar belakang putih justru menjadi sasaran pesawat dan artileri.

Seorang juru bicara ICRC mengkonfirmasi bahwa gambar yang beredar di media sosial dari sebuah bangunan yang hancur adalah gudang milik organisasinya di Mariupol.

Mereka menunjukkan sebuah bangunan dengan lubang besar di atap yang bertanda sebuah palang merah.

"Kami tidak memiliki tim di lapangan sehingga kami tidak memiliki informasi lain, termasuk potensi korban atau kerusakan," kata juru bicara itu, seraya menambahkan bahwa semua bantuan yang disimpan di sana telah didistribusikan.

Serangan itu terjadi sehari setelah ICRC mendesak Ukraina dan Rusia untuk menyepakati pengiriman bantuan dan evakuasi warga sipil yang aman dari kota di mana kebutuhan vital cepat habis.

Pasalnya, dikhawatirkan 160.000 orang masih terjebak di dalam kota.

Sementara itu, kantor walikota Mariupol mengklaim pasukan Putin telah menculik 70 wanita dan petugas medis dari rumah sakit bersalin dan membawa mereka ke Rusia.

Pihaknya menggambarkan kondisi Mariupol yang terlihat dalam video dari udara menunjukkan skala kehancuran yang tinggi dari kota pelabuhan berpenduduk 400.000 orang itu.

Melalui telegramnya, kantor walikota mengatakan lebih dari 20.000 penduduk kota telah dibawa ke Rusia berlawanan dengan keinginannya.

Di mana dokumen identitas mereka disita sebelum mereka dipindahkan ke kota-kota Rusia yang jauh.

"Lebih dari 70 orang, wanita dan petugas medis dari rumah sakit bersalin No. 2 dari distrik tepi kiri dibawa secara paksa oleh penjajah," kata kantor tersebut.

Informasi tersebut tidak dapat diverifikasi secara independen karena Mariupol telah dikepung selama sebulan dan dibombardir secara intens, dengan sebagian besar komunikasi terputus.

Baca juga: Ukraina Lancarkan Serangan Balasan, Ledakkan Gudang Senjata dan Kamp Militer Rusia di Belgorod

Baca juga: Tentara Rusia Cekikikan saat Bahas 3 Kru Tank Rudapaksa Gadis 16 Tahun di Ukraina

Kondisi Terkini Mariupol

Nasib mengenaskan dialami oleh para penduduk yang mendiami Kota Mariupol, Ukraina.

Tempat mereka tinggal saat ini telah beberapa minggu berada di bawah kepungan pasukan militer Rusia.

Kebutuhan dasar hidup di Mariupol semakin hari semakin menipis bahkan tidak dapat diperoleh.

Dikutip TribunWow.com dari Thesun.co.uk, beberapa waktu yang lalu sempat viral sebuah foto menampilkan warga Mariupol beramai-ramai mengubur jasad manusia di sebuah pemakaman massal.

Jasad para warga dibungkus menggunakan kantong plastik hitam lalu dikubur bersama dengan jenazah lainnya.

Seorang warga Mariupol mengatakan, karena langkanya makanan, warga terpaksa memakan daging anjing liar untuk bertahan hidup.

Warga lain bernama Victoria menyampaikan, ada tiga anak-anak di Mariupol tewas karena dehidrasi.

"Ini abad ke-21, dan anak-anak tewas karena dehidrasi di kota saya, mereka saat ini kelaparan," ungkap Victoria.

Victoria bercerita, dirinya, temannya dan keluarganya saat ini sudah tidak lagi memiliki rumah.

"Warga bersembunyi di basemen tetapi itu tidak menyelamatkan mereka. Mereka (pasukan Rusia) menyerang begitu keras bahkan menghancurkan basemen," jelasnya.

"Mereka (warga Mariupol) tidak memiliki air, beberapa hari lalu kami berkumpul mengumpulkan salju untuk air."

Eks jurnalis ITN, Bill Neely menyampaikan, warga yang kehausan nekat meminum air radiator hingga memakan daging anjing.

Neely menyampaikan aliran air sungai di Mariupol juga tercemar akibat jasad yang membusuk.

Sementara itu anjing-anjing liar memakan jasad manusia yang dibiarkan di jalan.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyampaikan saat ini ada kira-kira 100 ribu warga Mariupol yang terjebak di sana tak bisa keluar.

Pernyataan ini disampaikan oleh Zelensky pada Selasa (22/3/2022) malam.

Dikutip TribunWow.com dari Sky News, menurut keterangan dari Zelensky ratusan ribu warga Mariupol yang terjebak di dalam kini hidup dalam kondisi tak manusiawi.

"Ada sekira 100 ribu warga di dalam kota (Mariupol), hidup dalam kondisi tak manusiawi, dalam blokade total," kata dia.

"Tidak ada makanan, tidak ada air, tidak ada obat-obatan," ujar Zelensky.

Zelensky juga menyampaikan warga yang terjebak di sana terus berada di bawah serangan dan bombardir pasukan Rusia.

Diketahui Rusia sempat menawarkan memperbolehkan warga di Mariupol untuk pergi ke luar dari zona perang jika mau menyerah namun tawaran tersebut ditolak.

Tetapi ada sejumlah warga Mariupol yang berhasil kabur ke luar.

Dikutip TribunWow.com dari BBC.com, satu di antara mereka adalah Roman Skliarof yang berhasil kabur dari Mariupol di minggu pertama terjadinya invasi Rusia di Ukraina.

Kala itu ia mengaku terpaksa meninggalkan sang nenek di Mariupol karena neneknya tak mau pergi meninggalkan rumah.

Saat ini Roman mengaku tidak bisa mengontak neneknya di Mariupol.

Menurut Roman saat ini di Mariupol tidak ada listrik dan sinyal.

Roman mengaku masih terus berusaha untuk menghubungi neneknya lewat sukarelawan di luar Mariupol.

"Kami harap setelah semua ini berakhir, kami akan kembali pulang untuk menyelamatkannya," ujar Roman.

Penduduk lain yakni Anastasiya berhasil kabur dari Mariupol dengan cara pergi menumpang dengan orang lain.

"Kami mengatakan kami tidak peduli ke mana kami pergi, kami hanya perlu keluar," ujar Anastasiya menceritakan krolonogi dirinya kabur dari Mariupol.

Anastasiya bercerita saat pergi dari Mariupol, ia sempat melewati pos pemeriksaan pasukan Rusia.

Di sana ponsel miliknya diperiksa dan para laki-laki dipaksa untuk melepas pakaian mereka.

Menurut kesaksian Anastasiya, Kota Mariupol terus-terusan dibombardir pasukan Rusia.

"Mustahil untuk pergi ke luar (apartemen)," ujar Anastasiya.

Anastasiya bercerita, satu per satu kebutuhan dasar hidup seperti listrik, suplai air hingga internet susah ditemukan.

Kemudian warga Mariupol mulai menjarah dan menghancurkan toko-toko. (TribunWow.com/Via/Anung)

Berita terkait Konflik Rusia Vs Ukraina

Tags:
MariupolRusiaUkrainatenaga medis
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved