Breaking News:

Konflik Rusia Vs Ukraina

Dobrak Basemen Persembunyian Warga Ukraina, Tentara Rusia Beri Pilihan Keluar atau Diam dan Mati

Pemerintah Rusia kini dituding telah mempekerjakan secara paksa para warga sipil Ukraina atau diperbudak di wilayah Rusia.

Penulis: anung aulia malik
Editor: Atri Wahyu Mukti
YouTube Guardian News
Kota Mariupol di Ukraina dikepung dan terus dihujani serangan oleh pasukan militer Rusia. 

TRIBUNWOW.COM - Sempat beredar kabar pasukan militer Rusia melakukan praktik perbudakan terhadap para warga sipil Ukraina selama konflik berlangsung.

Kabar ini turut diiyakan oleh Wakil Walikota Mariupol, Sergei Orlov.

Dikutip TribunWow.com, menurut data dari Sky News, diperkirakan ada sekira 40 ribu warga sipil Ukraina yang diperbudak oleh pasukan Rusia.

Sebuah gedung teater di Mariupol, Ukraina yang disebut oleh pemerintah Ukraina telah dibombardir oleh pasukan Rusia pada Rabu (16/3/2022).
Sebuah gedung teater di Mariupol, Ukraina yang disebut oleh pemerintah Ukraina telah dibombardir oleh pasukan Rusia pada Rabu (16/3/2022). (Telegram/ pavlokyrylenko_donoda/AFP)

Baca juga: Poin Penting Permintaan Zelensky pada Putin, Ukraina Siap Bersikap Netral jika Rusia Berikan Hal Ini

Baca juga: Kasus Rudapaksa Wanita Ukraina oleh Tentara Rusia Meningkat, Pemerintah Kiev Tak Tinggal Diam

Kemudian pasukan Rusia juga dituding sengaja memisahkan para orangtua dengan anak-anak mereka.

"Mereka harus bekerja di Rusia untuk bertahan hidup," ungkap Orlov.

"Tetapi hal yang paling parah adalah, pasukan Rusia memisahkan anak-anak dari orangtua mereka ketika mereka membawa warga kita keluar dari kota."

Menurut keterangan Orlov, para anak-anak tersebut dibawa pasukan Rusia ke sebuah rumah sakit di Donetsk.

Sementara itu para orangtua anak-anak tersebut dibawa oleh pasukan Rusia ke wilayah Rusia untuk dipaksa bekerja.

Orlov menyebut apa yang dilakukan oleh Rusia adalah sebuah kejahatan perang.

Ia lalu membandingkan apa yang dilakukan oleh para tentara Rusia dengan apa yang dilakukan oleh Nazi pada perang dunia ke-2.

Orlov mengatakan, ada warga Ukraina yang dibawa ke Siberia dan bagian timur Rusia.

Kemudian Orlov juga mengungkit bagaimana momen pasukan Rusia menyerbu tempat berlindung para warga sipil.

Orlov bercerita, pasukan Rusia masuk secara paksa ke basemen tempat warga sipil bersembunyi.

Di saat warga ketakutan akan keberadaan pasukan Rusia, mereka diberi waktu 15 menit untuk segera pergi dari tempat tersebut.

"Jika mereka menolak keluar, bangunan akan dihancurkan dan membiarkan mereka terkubur hidup-hidup," ungkap Orlov.

Ukraina akan Dibagi 2 seperti Korea

Presiden Volodymyr Zelenskyy telah mengakui akan mustahil untuk sepenuhnya memaksa pasukan Rusia keluar dari Ukraina.

Sementara berkembang kekhawatiran bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin akan menciptakan perpecahan negara seperti di gaya Korea.

Menurut Zelensky, pengusiran Rusia akan membuat masalah semakin pelik.

Kolase kondisi perang dunia kedua dan keadaan di Ukraina setelah diserang Rusia, Jumat (25/3/2022).
Kolase kondisi perang dunia kedua dan keadaan di Ukraina setelah diserang Rusia, Jumat (25/3/2022). (Instagram @zelenskiy_official)

Baca juga: Putin Disebut Kerahkan Lebih Banyak Pembunuh Bayaran Rusia untuk Lenyapkan Zelensky

Baca juga: Rusia Sebut Video Zelensky yang Diambil di Kiev Ternyata Palsu, Presiden Ukraina Kabur?

Dilansir TribunWow.com dari Sky News, Minggu (27/3/2022), kepala intelijen militer di Kyiv mengatakan Kremlin ingin membagi negara seperti Korea Utara dan Selatan.

Hal ini merupakan upaya untuk mengendalikan wilayah yang sudah dikuasai dari Moskow, setelah gagal dalam upayanya untuk mengambil alih sepenuhnya.

Berbicara beberapa jam kemudian, Zelensky tampaknya mengakui pemerintahnya harus menyerahkan wilayah.

Dia mengatakan bahwa usaha untuk sepenuhnya memaksa Rusia keluar akan mengarah pada Perang Dunia Ketiga.

Zelensky mengatakan dia sedang berusaha berkompromi dengan Moskow terkait Donbas, wilayah yang sebagian telah dikendalikan oleh kelompok separatis yang didukung Rusia sejak 2014.

Diusulkan bahwa Kremlin ingin mengadakan referendum (pemungutan suara) di wilayah tersebut untuk menentukan apakah orang yang tinggal di sana ingin menjadi bagian dari Rusia.

Tetapi Zelensky ingin pasukan Rusia keluar dari bagian negara yang mereka tempati sejak invasi penuh bulan lalu.

Ia mengatakan kesepakatan hanya mungkin terjadi jika pasukan mereka ditarik.

Dalam pidato melalui video, Zelensky mengatakan prioritas Ukraina pada sesi perundingan dengan Rusia berikutnya di Turki minggu ini adalah kedaulatan dan integritas teritorial.

"Prioritas kami dalam negosiasi telah jelas: kedaulatan dan integritas wilayah Ukraina tidak diragukan lagi," kata presiden Ukraina.

"Jaminan keamanan yang efektif adalah suatu keharusan. Jelas, tujuan kami adalah perdamaian dan kembali ke kehidupan normal di negara kami sesegera mungkin."

Zelensky sebelumnya menegaskan bahwa dia tidak akan menyerahkan wilayah sebagai syarat perdamaian.

Dia sebelumnya mencatat bahwa pasukannya telah memberikan pukulan kuat kepada pasukan penyerang Rusia.

Baca juga: Rusia Rilis Video Tentaranya Bersih-bersih Ranjau Milik Ukraina di Kherson, Ada yang Diledakkan

Baca juga: Sejumlah Tentara Rusia Disebut Sengaja Jual Logistik Militer untuk Beli Miras

3 Skenario Akhir Rusia Vs Ukraina

Dr Chris Tuck, Pakar Konflik dan keamanan dari Universitas King, London, Inggris menyebut ada tiga kemungkinan bagaimana konflik di Ukraina akan berkahir.

Dikutip dari Sky News, menurut Tuck, Putin tidak menyangka bahwa Rusia gagal menyelesaikan operasi militer dengan cepat di Ukraina.

"Seharusnya ini (operasi militer) dilakukan secara cepat," kata Tuck.

Tuck melanjutkan, operasi militer Rusia yang gagal diselesaikan secara cepat disebabkan oleh perlawanan pasukan Ukraina yang lebih kuat di luar dugaan Rusia.

Menurut Tuck saat ini Putin hanya memiliki tiga opsi untuk mengakhiri konflik di Ukraina setelah gagal menguasai Kiev dengan cepat.

1. Senjata Kimia dan Nuklir

Pertama Tuck menyoroti meningkatnya intensitas aksi militer oleh Rusia.

Opsi pertama ini turut meliputi penggunaan senjata kimia dan nuklir yang sudah dimiliki oleh pasukan Rusia.

Namun menurut Tuck opsi ini sangat kecil kemungkinannya untuk terjadi.

Ia menyoroti bagaimana Putin masih menganggap bahwa masyarakat di Ukraina masih banyak yang pro Rusia.

Selain itu Tuck juga menyoroti bagaimana Rusia akan mempertimbangkan risiko dari dunia internasional apabila menggunakan senjata kimia dan nuklir saat menyerang Ukraina.

2. Taktik Anaconda

Opsi kedua adalah Putin akan menggunakan taktik Anaconda yakni melilit Kyiv dengan cara menguasai kota-kota di sekitarnya.

Dengan menguasai kota-kota di sekitarnya, diharapkan moral Ukraina akan turun dan menyerah.

"Intinya Rusia akan memberi contoh kepada Ukraina bahwa terus berperang hanya akan membawa kerugian bagi mereka," jelas Tuck.

Menurut Tuck, opsi ini adalah yang paling mungkin terjadi dan diduga kuat diambil oleh Putin.

3. Negosiasi Damai

Terakhir adalah opsi damai antara Ukraina dan Rusia.

Menurut Tuck opsi ini hampir mustahil terjadi untuk sementara waktu karena Putin yakin operasi militer yang ia lakukan akan sukses.

Selain itu Tuck juga mengungkit soal gengsi dan faktor psikologis Putin jika menyetujui negosiasi damai dengan permintaan yang sedikit. (TribunWow.com/Anung/Via)

Berita terkait Konflik Rusia Vs Ukraina

Sumber: TribunWow.com
Tags:
RusiaUkrainaVolodymyr ZelenskyVladimir Putin
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved