Konflik Rusia Vs Ukraina
Rusia Rilis Video Tentaranya Bersih-bersih Ranjau Milik Ukraina di Kherson, Ada yang Diledakkan
Kemenhan Rusia merilis sebuah video menampilkan pasukannya melakukan kegiatan bersih-bersih ranjau yang dipasang oleh tentara Ukraina.
Penulis: anung aulia malik
Editor: Tiffany Marantika Dewi
TRIBUNWOW.COM - Kherson adalah satu dari beberapa kota di Ukraina yang telah berada di bawah kekuasaan pasukan militer Rusia semenjak Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan operasi militer spesial pada 24 Februari 2022 lalu.
Baru-baru ini Kementerian Pertahanan Rusia merilis sebuah video kegiatan pasukan militernya di Kherson.
Video ini diunggah di kanal YouTube media asal China CGTN, Minggu (27/3/2022).

Baca juga: Simpan Foto Mencurigakan, Pria Tak Dikenal di Ukraina Ditangkap, Diduga Mata-mata Rusia
Baca juga: Berteriak Beri Tahu Tentara Rusia Ada Anak-anak, Pasutri di Ukraina Berakhir Ditembak Mati
Dalam video tersebut terekam sejumlah tentara Rusia berjalan menyusuri jalan raya dan pinggiran jalan raya yang ada di Kherson.
Para tentara tersebut tampak membawa sebuah benda yang digunakan untuk mendeteksi ranjau darat yang tertanam di dalam tanah.
Dalam video itu ditampilkan bagaimana seorang tentara menggali sebuah lubang lalu menjinakkan ranjau yang terpasang.
Setelah berhasil dijinakkan, ranjau tersebut kemudian diangkat keluar.
Di dalam ranjau tersebut selain bahan peledak turut terpasang material tajam seperti paku, baut, dan potongan besi.
Ditampilkan juga momen ketika pasukan Rusia memusnahkan ranjau tersebut.
Terlihat di dalam video daya ledak ranjau tersebut memiliki kekuatan yang besar.
Beberapa ranjau yang berhasil dijinakkan diketahui merupakan buatan asing.
Total sudah ada 12 ribu ranjau yang berhasil dijinakkan para tentara Rusia.
Kemenhan Rusia menyatakan, ranjau-ranjau itu merupakan ranjau yang dipasang oleh pasukan Ukraina.
Pemerintah Rusia pada Jumat (25/3/2022) mengumumkan tahap pertama serangan di Ukraina telah selesai.
Seorang komandan pasukan militer Rusia mengklaim kekuatan tempur Ukraina telah turun drastis seusai diserang terus menerus selama satu bulan lebih.
Dikutip TribunWow.com dari rt.com, informasi ini dinyatakan oleh Jenderal Kolonel Sergey Rudskoy.
Rudskoy menyatakan pemerintah Rusia telah berhasil memenuhi target misi untuk tahap pertama.
Setelah ini pasukan militer Rusia disebut akan difokuskan ke area Donbass.
"Fokus kepada upaya kami untuk memenuhi tujuan utama yakni pembebasan Donbass," ujar Rudskoy.
Rudskoy turut mengumumkan sebanyak 1.351 tentara Rusia telah tewas dalam konflik ini.
Kemudian ada total 3.825 tentara Rusia luka-luka.
Jumlah ini berbeda jauh dibandingkan data yang diklaim oleh pihak Ukraina.
Pemerintah Ukraina mengklaim sebanyak 16 ribu tentara Rusia telah tewas beserta hancurnya ratusan tank, kendaraan lapis baja, hingga senjata artileri.
Simak videonya:
Media Rusia Ngaku Dihack seusai Bongkar Angka Kematian
Sementara itu sebelumnya diberitakan, Presiden Rusia Vladimir Putin pada 4 Maret 2022 lalu telah mengeluarkan sebuah aturan baru terkait pemberitaan.
Aturan baru yang dibuat oleh Putin berisi tentang ancaman hukuman 15 tahun penjara bagi mereka yang secara sengaja menyebarkan berita bohong terkait konflik antara Rusia dan Ukraina.
Pemerintah Rusia menyampaikan, informasi bohong sengaja diedarkan oleh musuh Rusia seperti Amerika Serikat (AS) dan negara-negara Eropa lainnya untuk memecah belah masyarakat Rusia.
Dikutip TribunWow.com dari Sky News, baru-baru ini sebuah media massa di Rusia mengaku terkena serangan hacker.
Website milik media asal Rusia tersebut diretas seusai memberitakan bahwa 9,861 tentara Rusia telah terbunuh di Ukraina.
Baca juga: Berteriak Beri Tahu Tentara Rusia Ada Anak-anak, Pasutri di Ukraina Berakhir Ditembak Mati
Media yang terkena serangan hacker itu diketahui merupakan media pro pemerintah Rusia.
Selama konflik lawan Ukraina berlangsung, pemerintah Rusia diduga sengaja tak mempublikasikan data asli angka kematian tentara Rusia.
Pemerintah Ukraina sendiri mengklaim ada 15 ribu tentara Rusia yang telah terbunuh.
Sementara itu pemerintah Rusia mengumumkan baru ada 498 tentara Rusia yang tewas selama invasi berlangsung.
Sebelumnya, pada Rabu (16/3/2022) sebuah gedung teater di Mariupol, Ukraina yang difungsikan sebagai tempat penampungan warga sipil hancur seusai dibombardir.
Pemerintah Ukraina menyebut serangan dilakukan oleh pesawat tempur Rusia.
Sementara itu pemerintah Rusia tegas membantah telah melakukan serangan ke gedung teater tersebut.
Dikutip TribunWow.com dari Sky News, bantahan ini disampaikan oleh duta besar pemerintah Rusia untuk Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), Vasily Nebenzya.
"Perang informasi sedang terjadi dalam skala yang lebih besar dibanding perang fisik," ujar Nebenzya.
Baca juga: Jadi Andalan Putin, Ini 6 Jenderal Berdarah Dingin yang Tangani Invasi Rusia ke Ukraina
Menurut Nebenzya siapa yang memenangkan perang informasi maka akan memenangkan peran secara keseluruhan.
Nebenzya lalu menyampaikan berdasarkan keterangan para warga sipil yang telah lebih dulu mengungsi keluar dari Mariupol, ada keterlibatan batalion Azov yang menyandera para warga sipil.
Nebenzya juga mengungkit bahwa pemerintah Rusia telah menyadari ada tulisan 'anak-anak' di luar gedung teater di Mariupol.
Seluruh pasukan militer Rusia telah diberitahu bahwa gedung teater tersebut adalah tempat yang dipenuhi warga sipil.
"Tidak pernah dijadikan target serangan," kata Nebenzya.
Nebenzya menyebut, pihak yang harus bertanggungjawab dalam hal ini adalah kelompok ultra nasionalis Ukraina batalion Azov.
Keterangan serupa disampaikan oleh juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova.
"Jelas ini adalah kebohongan. Semuanya tahu bahwa pasukan militer Rusia tidak membombardir kota. Tidak peduli seberapa banyak video yang disebar oleh struktur NATO dan berapa banyak foto dan video klip bohong disebar, kebenaran akan terungkap," jelas Zakharova.(TribunWow.com/Anung/Via)