Konflik Rusia Vs Ukraina
Alami Kemajuan dalam Invasi Ukraina, Pihak Rusia Bocorkan Jumlah Kematian Tentaranya
Situs pemerintah Rusia menampilkan data berupa jumlah tentara yang menjadi korban dalam invasi ke Ukraina.
Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Lailatun Niqmah
TRIBUNWOW.COM - Situs pemerintah Rusia menampilkan data berupa jumlah tentara yang menjadi korban dalam invasi ke Ukraina.
Meski unggahan itu segera dihapus, namun sejumlah pihak masih sempat mencatat kerugian yang dialami Rusia.
Namun, belakangan ini Rusia mulai menunjukkan perkembangan baru dalam usahanya menaklukkan Ukraina.

Baca juga: Sempat Diperingatkan Rusia, Kini Kebocoran Bahan Kimia Berbahaya Terjadi di Wilayah Ukraina
Baca juga: Menangis Histeris, Kakek di Ukraina Lihat Cucunya Tewas Mengenaskan Kena Serangan Tentara Rusia
Dilansir TribunWow.com dari Daily Mail UK, Senin (21/3/2022), Ukraina memperkirakan ada 15 ribu tentara Rusia yang tewas saat invasi.
Intelejen Amerika Serikat menunjukkan hasil berbeda dengan memprediksi sejumlah 7 ribu tentara yang tewas.
Sementara Rusia sendiri pada tanggal 2 Maret, menyebutkan bahwa hanya ada sejumlah 498 kematian.
Namun, situs pemerintah Rusia sempat menampilkan perhitungan jumlah korban dari pihaknya.
Angka yang diunggah web pro-pemerintah semalam menuliskan adanya 9.861 tentara tewas di Ukraina, dengan 16.153 lainnya terluka.
Angka tersebut menunjukkan bahwa Rusia telah kehilangan hampir 10 ribu tentara dalam waktu kurang dari empat minggu.
Padahal dalam peperangan di Afganistan, perlu waktu 10 tahun untuk Uni Soviet kehilangan 15 ribu tentaranya.
Data jumlah kematian tersebut dengan cepat dihapus dari situs Komsomolskaya Pravda, sebuah tabloid pro-pemerintah.
Ada spekulasi bahwa data-data tersebut diunggah oleh seorang karyawan yang anti perang.
Meski menderita kerugian signifikan, Rusia rupanya menunjukkan perkembangan di Ukraina.
Sebuah laporan intelijen Inggris mengatakan pasukan Moskow telah membuat terobosan signifikan.
Rusia dikatakan menggunakan drone untuk menyerang target Ukraina di darat.
Pasukan Rusia juga telah menghancurkan sejumlah drone TB2 buatan Turki, yang terbukti sangat efektif melawan pasukan dan peralatannya.
Sistem pertahanan udara Ukraina mungkin juga telah dihancurkan, terlihat dari semakin banyaknya rudal yang menghancurkan target mereka
Roket-roket Rusia dikabarkan telah menyerang sebuah pangkalan pelatihan bagi para pejuang asing.
Penyerangan di fasilitas perbaikan pesawat dan silo bawah tanah yang menyimpan persediaan senjata Barat di Kiev itu menewaskan 35 orang dan melukai 134 tentara.
Laporan tersebut menjelaskan bagaimana Rusia, setelah mengisi kembali pasokan artileri, telah meningkatkan pemboman di berbagai kota, terutama Mariupol, Kharkiv, Sumy dan Chernihiv.
Analis pertahanan Inggris juga menyatakan keprihatinan bahwa rudal hipersonik Kinzhal Rusia dapat melewati sistem pertahanan anti-rudal.
Analis juga mempertanyakan penilaian Barat yang sebelumnya mengatakan bahwa pertahanan udara Ukraina tetap efektif.
Laporan intelijen memprediksi Rusia bermaksud penghancuran total Mariupol sebagai peringatan bagi kota-kota lain.
Dikatakan bahwa pola penghancuran pasokan makanan dan air, penargetan warga sipil, penggunaan senjata sembarangan untuk maju, sudah diterapkan di tempat lain.
Hal ini didasarkan pada pelajaran yang dipetik oleh Rusia saat terlibat peperangan di Suriah.
Baca juga: Presiden Ukraina Zelensky Minta Israel Kirim Iron Dome, Kewalahan Hadapi Invasi Rusia?
Baca juga: Buntut Invasi ke Ukraina, Vladimir Putin Kini Terancam Disingkirkan Elite Rusia Pakai Racun
Konvoi Tumpukan Mayat Tentara Rusia
Sebuah video yang beredar memperlihatkan sejumlah ambulans militer melintas di Belarus.
Disebutkan bahwa konvoi ambulans tersebut membawa mayat-mayat tentara Rusia yang gugur akibat invasi ke Ukraina.
Dalam seminggu, rumah sakit di Belarus mengklaim bahwa ada 2.500 jenazah yang dikirim kembali ke Rusia.
Dilansir TribunWow.com dari Daily Mail UK, Minggu (20/3/2022), kabar tentang mayat-mayat tentara Rusia yang berusaha dibawa kembali ke negaranya muncul ke permukaan.
Para pasukan yang tewas di Ukraina dikatakan dipindahkan dari Belarus kembali ke Rusia dengan kereta api dan pesawat di tengah malam untuk menghindari menarik perhatian.
Dalam sebuah video yang diposting oleh Radio Free Europe/Radio Liberty, tampak barisan ambulans militer mengemudi melalui kota Homel, Belarus pada awal Maret.
Karyawan di rumah sakit klinis di kawasan itu pun telah mengklaim adanya lebih dari 2.500 mayat telah dikirim kembali ke Rusia pada Minggu (13/3/2022).
Sampai saat ini, jumlah korban yang berjatuhan dari pihak Rusia masih simpang siur.
Militer Ukraina mengatakan bahwa lebih dari 14 ribu tentara Kremlin telah tewas sejak invasi Rusia pada Kamis (24/2/2022).
Sementara itu, intelijen AS menyebutkan perkiraan jumlah kematian pasukan Rusia sekitar 7 ribu orang termasuk 4 mayor jenderal.
Namun sampai saat ini, Kementerian Pertahanan Moskow mengatakan bahwa kurang dari 500 tentaranya telah tewas.
Kini, sejumlah staf rumah sakit dan penduduk di Homel, Belarus, memberikan sejumlah kesaksian mencengangkan.
Seorang penduduk kota Mazyr, Homel, menuturkan adanya tumpukan mayat yang dimasukkan dalam kereta.
"Penumpang di stasiun kereta Mazyr terkejut dengan jumlah mayat yang dimuat di kereta. Setelah orang-orang mulai merekam video, militer menangkap mereka dan memerintahkan mereka untuk menghapusnya," tutur warga setempat.
Seorang dokter di rumah sakit utama kota Mazyr menuturkan penumpukan mayat tentara Rusia itu sempat menarik perhatian warga.
Namun kemudian, praktik tersebut dilakukan pada malam hari untuk menghindari penyebaran informasi.
"Tidak cukup ahli bedah. Sebelumnya, mayat diangkut dengan ambulans dan dimuat di kereta Rusia. Setelah seseorang membuat video tentangnya dan tersebar di Internet, mayat-mayat itu dimuat di malam hari agar tidak menarik perhatian," tutur sang dokter.
Sementara, dokter lain menggambarkan adanya kekhawatiran yang berkembang di antara penduduk setempat terkait kekurangan obat-obatan dan obat anti-tetanus.
Tetanus adalah penyakit umum yang menimpa tentara yang menderita pecahan peluru dan luka tembak.
Pejabat di Rumah Sakit No 4 di Homel diduga mulai memulangkan pasien sejak Selasa (1/3/2022) karena banyaknya tentara Rusia yang terluka dan butuh dirawat.
Seorang warga yang sempat dirawat di rumah sakit menggambarkan suasana di lokasi yang penuh dengan tentara tersebut.
"Ada begitu banyak orang Rusia yang terluka di sana, sangat mengerikan. Sangat rusak. Mustahil untuk (tahan-red) mendengarkan erangan mereka di seluruh rumah sakit," katanya.
Sebagai informasi, Homel adalah kota berbatasan dengan Rusia di timur dan Ukraina di selatan.
Kota Homel adalah yang terbesar di Belarus setelah Minsk, dan pusat utama untuk perdagangan dan transportasi.
Perdana Menteri Belarus, Alexander Lukashenko, terang-terangan mendukung perang Presiden Rusia Vladimir Putin.
Meski tak mengerahkan pasukannya, ia mengizinkan unit-unit militer besar Rusia melintas dari negara itu.
Sejumlah pasukan Rusia yang tidak diketahui bergerak ke selatan menuju ibu kota Ukraina, Kiev, dari Homel. (TribunWow.com/Via)