Konflik Rusia Vs Ukraina
Seperti India, Pakistan Menolak Tunduk pada Tekanan Barat untuk Putuskan Hubungan dengan Rusia
Pakistan menegaskan tak akan ikut andil dalam embargo terhadap Rusia yang diinisiasi negara-negara Barat sebagai sanksi atas invasi ke Ukraina.
Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Lailatun Niqmah
TRIBUNWOW.COM - Pakistan menegaskan tak akan ikut andil dalam embargo terhadap Rusia yang diinisiasi negara-negara Barat sebagai sanksi atas invasi ke Ukraina.
Perdana Menteri Imran Khan justru mengecam kekuatan asing yang mencoba menekan Pakistan untuk memutuskan hubungan dengan Rusia.
Ia pun bersumpah untuk terus membuat keputusan kebijakan berdaulat yang demi kepentingan terbaik bangsa dan rakyatnya.

Baca juga: Sikap Rasis Aparat Ukraina ke Pengungsi WNA, Pelajar Asal Pakistan: Diperlakukan seperti Kotoran
Baca juga: Ini Respons Pemerintah Ukraina soal Warga Asal Afrika hingga Asia Alami Rasisme dari Aparat
Dilansir TribunWow.com dari Russia Today, Senin (21/3/2022), Khan tegas menyatakan pendapatnya tersebut dalam dalam sebuah pertemuan publik di kota Dargai.
Ia pun sempat menyinggung tentang partainya yang berkuasa di Pakistan, Tehreek-e-Insaf.
"Selama 3,5 tahun ini kami hanya mencoba membantu Pakistan menjadi makmur," kata Khan, Minggu (20/3/2022).
Khan menjelaskan mengapa dia menolak untuk bergabung dengan paduan suara internasional yang mengutuk Rusia atas serangannya terhadap Ukraina.
Menurutnya, Pakistan tidak akan mendapatkan apa-apa dengan memenuhi permintaan tersebut.
"Saya belum membungkuk di hadapan siapa pun dan tidak akan membiarkan bangsa saya juga tunduk," tegas Khan.
Khan menghadapi mosi tidak percaya minggu ini, setelah ia kehilangan mayoritas parlemen menyusul beberapa pembelotan dari partainya.
Menurut Express Tribune, Khan sempat memarahi pemimpin oposisi di Majelis Nasional secara langsung.
Menggunakan perumpamaan, ia mengatakan Shehbaz Sharif menyemir sepatu bot ketika dia melihat seorang pria kulit putih dalam setelan jas.
"Saya bersumpah bahwa saya tidak akan tunduk di hadapan siapa pun selain Tuhan," ulang Khan.
Ia menyinggung perang global yang dipimpin AS terhadap teroris sebagai contoh keputusan kebijakan yang dipaksakan oleh Barat yang pada akhirnya tidak membawa apa-apa selain penderitaan bagi Pakistan.
"Kami menjadi bagian dari perang Amerika melawan teroris di Afghanistan dan kehilangan 80.000 orang dan $100 miliar (sekitar Rp 1,4 kuadriliun)," ujar Khan.