Konflik Rusia Vs Ukraina
Rusia Beri Tenggat Waktu untuk Serahkan Kota Mariupol yang Alami Kerusakan Parah, Ini Kata Ukraina
Rusia memberi tenggat waktu untuk pasukan Ukraina menyerahkan kota pelabuhan Mariupol, sampai hari ini, Senin (21/3/2022).
Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Tiffany Marantika Dewi
"Tidak ada pembicaraan tentang penyerahan diri, peletakan senjata. Kami telah memberi tahu pihak Rusia tentang ini,” kata Vereshchuk dilansir situs berita online Ukrainska Pravda.
"Daripada membuang-buang waktu untuk 8 halaman surat, buka saja koridor [kemanusiaan]."
Mariupol telah mengalami beberapa pemboman terberat sejak Rusia menginvasi Ukraina pada Kamis (24/3/2022).
Sebagian besar dari 400.000 penduduknya tetap terperangkap di kota dengan sedikit, jika ada, makanan, air, atau listrik.
Mizintsev mengatakan koridor kemanusiaan untuk warga sipil akan dibuka ke arah timur dan barat dari Mariupol pada pukul 10 pagi waktu Moskow (7 pagi GMT) pada hari Senin (21/3/2022).
Sementara itu, Rusia dan Ukraina saling menyalahkan atas kegagalan membuka koridor semacam itu dalam beberapa pekan terakhir.
Baca juga: Rusia Klaim Dapat Bocoran Aksi Teror yang akan Dilakukan Ukraina ke Kedubes AS dan Negara Barat
Baca juga: Menyelami Isi Pikiran Putin dan Alasannya Mengerahkan Pasukan Rusia Taklukkan Ukraina
Rakyat Mariupol Diduga Dibawa Rusia ke Kamp Konsentrasi
Santer diberitakan bahwa ribuan penduduk Mariupol, Ukraina dibawa paksa pasukan Rusia.
Hingga saat ini belum diketahui nasib penduduk yang didominasi wanita dan anak-anak tersebut.
Muncul kekhawatiran bahwa pasukan Presiden Vladimir Putin mengumpulkan para penduduk tersebut ke semacam kamp konsentrasi.
Dilansir TribunWow.com dari Sky News, Minggu (20/3/2022), Walikota Mariupol Vadym Boychenko mengklaim bahwa beberapa ribu penduduk Mariupol telah dibawa secara paksa ke Rusia.
Namun, belum ada bukti maupun konfirmasi dari pihak terkait mengenai tudingan ini.
Boychenko menuduh beberapa penduduk diarahkan ke kota-kota terpencil begitu melintasi perbatasan Rusia.
Ia pun membandingkan praktik ini seperti yang pernah terjadi pada masa perang dunia kedua.
Pada masa itu, sejumlah penduduk etnis Yahudi dibawa oleh tentara Nazi ke kamp-kamp konsentrasi untuk dieksekusi atau mengalami penyiksaan.