Breaking News:

Konflik Rusia Vs Ukraina

Video Konvoi Mayat Tentara Rusia, 2.500 Jasad Dibawa dari Ukraina untuk Sembunyikan Jumlah Kematian

Beredar video memperlihatkan sejumlah ambulans militer melintas di Belarus, sementara RS setempat mengklaim ada 2.500 jenazah yang dikirim ke Rusia.

Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Lailatun Niqmah
Capture Video Daily Mail UK
Sejumlah ambulans melintasi Belarus disebut membawa jenazah tentara Rusia dari Ukraina, Minggu (19/3/2022). 

TRIBUNWOW.COM - Sebuah video yang beredar memperlihatkan sejumlah ambulans militer melintas di Belarus.

Disebutkan bahwa konvoi ambulans tersebut membawa mayat-mayat tentara Rusia yang gugur akibat invasi ke Ukraina.

Dalam seminggu, rumah sakit di Belarus mengklaim bahwa ada 2.500 jenazah yang dikirim kembali ke Rusia.

Koresponden BBC News Quentin Sommerville menunjukkan jasad tentara Rusia dibiarkan begitu saja di jalan di Kota Kharkiv, Ukraina.
Koresponden BBC News Quentin Sommerville menunjukkan jasad tentara Rusia dibiarkan begitu saja di jalan di Kota Kharkiv, Ukraina. (YouTube BBC News Indonesia)

Baca juga: Belum Juga Berhasil Kuasai Ukraina, Ini 4 Kesalahan Fatal Rusia Menurut Analis Militer

Baca juga: Momen Pangkalan Militer Diserang Rusia, Tentara Ukraina Terlihat Ditarik Hidup-hidup dari Reruntuhan

Dilansir TribunWow.com dari Daily Mail UK, Minggu (20/3/2022), kabar tentang mayat-mayat tentara Rusia yang berusaha dibawa kembali ke negaranya muncul ke permukaan.

Para pasukan yang tewas di Ukraina dikatakan dipindahkan dari Belarus kembali ke Rusia dengan kereta api dan pesawat di tengah malam untuk menghindari menarik perhatian.

Dalam sebuah video yang diposting oleh Radio Free Europe/Radio Liberty, tampak barisan ambulans militer mengemudi melalui kota Homel, Belarus pada awal Maret.

Karyawan di rumah sakit klinis di kawasan itu pun telah mengklaim adanya lebih dari 2.500 mayat telah dikirim kembali ke Rusia pada Minggu (13/3/2022).

Sampai saat ini, jumlah korban yang berjatuhan dari pihak Rusia masih simpang siur.

Militer Ukraina mengatakan bahwa lebih dari 14.000 tentara Kremlin telah tewas sejak invasi Rusia pada Kamis (24/2/2022).

Sementara itu, intelijen AS menyebutkan perkiraan jumlah kematian pasukan Rusia sekitar 7.000 orang termasuk 4 mayor jenderal.

Namun sampai saat ini, Kementerian Pertahanan Moskow mengatakan bahwa kurang dari 500 tentaranya telah tewas.

Kini, sejumlah staf rumah sakit dan penduduk di Homel, Belarus, memberikan sejumlah kesaksian mencengangkan.

Seorang penduduk kota Mazyr, Homel, menuturkan adanya tumpukan mayat yang dimasukkan dalam kereta.

"Penumpang di stasiun kereta Mazyr terkejut dengan jumlah mayat yang dimuat di kereta. Setelah orang-orang mulai merekam video, militer menangkap mereka dan memerintahkan mereka untuk menghapusnya," tutur warga setempat.

Seorang dokter di rumah sakit utama kota Mazyr menuturkan penumpukan mayat tentara Rusia itu sempat menarik perhatian warga.

Namun kemudian, praktik tersebut dilakukan pada malam hari untuk menghindari penyebaran informasi.

"Tidak cukup ahli bedah. Sebelumnya, mayat diangkut dengan ambulans dan dimuat di kereta Rusia. Setelah seseorang membuat video tentangnya dan tersebar di Internet, mayat-mayat itu dimuat di malam hari agar tidak menarik perhatian," tutur sang dokter.

Sementara, dokter lain menggambarkan adanya kekhawatiran yang berkembang di antara penduduk setempat terkait kekurangan obat-obatan dan obat anti-tetanus.

Tetanus adalah penyakit umum yang menimpa tentara yang menderita pecahan peluru dan luka tembak.

Pejabat di Rumah Sakit No 4 di Homel diduga mulai memulangkan pasien sejak Selasa (1/3/2022) karena banyaknya tentara Rusia yang terluka dan butuh dirawat.

Seorang warga yang sempat dirawat di rumah sakit menggambarkan suasana di lokasi yang penuh dengan tentara tersebut.

"Ada begitu banyak orang Rusia yang terluka di sana, sangat mengerikan. Sangat rusak. Mustahil untuk (tahan-red) mendengarkan erangan mereka di seluruh rumah sakit," katanya.

Sebagai informasi, Homel adalah kota berbatasan dengan Rusia di timur dan Ukraina di selatan.

Kota Homel adalah yang terbesar di Belarus setelah Minsk, dan pusat utama untuk perdagangan dan transportasi.

Perdana Menteri Belarus, Alexander Lukashenko, terang-terangan mendukung perang Presiden Rusia Vladimir Putin.

Meski tak mengerahkan pasukannya, ia mengizinkan unit-unit militer besar Rusia melintas dari negara itu.

Sejumlah pasukan Rusia yang tidak diketahui bergerak ke selatan menuju ibu kota Ukraina, Kiev, dari Homel.

Baca juga: Pakar Sebut Kematian Jenderal Rusia Jadi Pertanda Kondisi Perang di Ukraina Sesungguhnya

Baca juga: Momen Tentara Rusia Nangis saat Telepon Ibunya, Warga Ukraina Bujuk dan Sajikan Teh, Videonya Viral

Relawan Lihat Mayat Tentara Rusia Dipajang

Di sisi lain, tanpa pamit ke anak dan istrinya, pria asal Inggris yakni Ben Spann (36) ikut menjadi relawan tentara untuk membantu Ukraina memerangi pasukan Rusia.

Tak memiliki pengalaman militer dan tak punya keluarga di Ukraina, Ben bermodal nekat datang ke Ukraina.

Sempat mengira apa yang ia lakukan adalah hal yang benar, Ben mengakui sejak dirinya tiba di Ukraina, semua seperti mimpi buruk.

Dikutip TribunWow.com dari Sky News, setelah berangkat dari Inggris ke Polandia, Ben masuk ke Ukraina bersama empat mantan tentara Inggris yang turut menjadi relawan perang di Ukraina.

Setibanya di bagian barat Ukraina, Ben bersama rekan-rekannya sesama relawan tinggal di sebuah rumah kecil tanpa kasur, dan suplai air bersih.

Ben mengaku terkejut karena realita tidak sesuai ekspektasinya.

Ben bercerita, dirinya dan rekan-rekannya mengira akan dijemput dari rumah kecil tersebut dan diberikan perlengkapan perang, namun hal itu tidak terjadi.

Pada suatu malam, Ben dan rekan-rekannya justru disergap oleh tim SWAT Ukraina.

Mereka mencurigai Ben dan rekan-rekannya sebab mereka ternyata belum mendaftar secara resmi bergabung dengan pasukan warga negara asing di Ukraina.

"Kami duduk di sana dengan AK-47 mengarah ke kepala kami selama 20-30 menit," ungkap Ben.

Ben mengatakan, dirinya dan rekan-rekannya kemudian diperiksa oleh tim SWAT Ukraina tersebut.

Begitu tim SWAT Ukraina itu tahu bahwa Ben dan rekan-rekan ben adalah relawan tentara, ketegangan mulai mereda.

Ben menyampaikan, keesokannya, ia pergi mengunjungi markas militer Ukraina.

Pada pos pemeriksaan, Ben melihat jasad dua tentara Rusia dipajang berdiri dengan topi menutupi wajah mereka.

"Ini adalah peringatan kepada pasukan Rusia," ujar Ben.

Ben mengaku pada akhirnya dirinya dan rekan-rekannya gagal mendapatkan bantuan senjata dari pasukan militer Urkaina.

Pada hari ke-lima di Ukraina, Ben mulai merasa sedih karena telah meninggalkan keluarganya di Inggris.

"Ketika para relawan memilih untuk terjun lebih dalam ke Ukraina, saya memilih untuk pulang ke perbatasan," ungkap Ben.

Meskipun tak menyesal sempat pergi ke Ukraina, Ben justru merasa bersalah telah pergi sendirian meninggalkan rekan-rekannya.

Ben lalu menyarankan kepada warga sipil yang ingin menjadi relawan perang di Ukraina agar mengurungkan niat mereka jika tidak memiliki pengalaman militer.

"Saya tidak merekomendasikan warga non militer untuk pergi ke Ukriana," kata Ben.

"Saya kira Anda akan lebih menjadi beban bagi mereka," ujarnya. (TribunWow.com/Via/Anung)

Berita terkait Konflik Rusia Vs Ukraina

Tags:
Konflik Rusia Vs UkrainaUkrainaRusiaVladimir PutinVolodymyr ZelenskyBelarus
Rekomendasi untuk Anda
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved