Konflik Rusia Vs Ukraina
Mantan CIA Sebut AS Sebenarnya Sudah Memulai Perang Lawan Rusia, Singgung 3 Hal Mengejutkan
Mantan staf operasional CIA, Brian Dean Wright, menyatakan bahwa sejatinya AS telah mengobarkan perang melawan Rusia.
Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Lailatun Niqmah
TRIBUNWOW.COM - Mantan staf operasional CIA, Brian Dean Wright, menyatakan bahwa sejatinya Amerika Serikat (AS) telah mengobarkan perang melawan Rusia.
Ia menyinggung tiga tindakan pemerintahan Joe Biden yang menunjukkan hal tersebut.
Antara lain adalah keberpihakan AS terhadap Ukraina dengan sejumlah bantuan materi dan taktis melawan Rusia.

Baca juga: Pemerintah Rusia Tak Terima Joe Biden Sebut Putin Ini saat Jawab Pertanyaan Wartawan
Baca juga: Soroti Sikap sang Presiden Rusia, Biden dan Trump Punya Pandangan Serupa soal Putin
Hal ini diutarakan dalam tayangan wawancara di kanal YouTube Fox News, Minggu (19/3/2022).
Wright menyatakan bahwa tindakan yang dilakukan AS dalam perang Rusia-Ukraina bisa disamakan dengan deklarasi perang.
Mengesampingkan perselisihan dua kubu, Wright mengajak masyarakat untuk menilik secara jernih dan objektif.
Menurut Wright, AS telah melancarkan tiga hal yang dikategorikannya sebagai penyerangan.
Pertama adalah dijatuhkannya sanksi ekonomi yang membuat nilai mata uang Rubel anjlok hingga 35 %.
Selanjutnya adalah tindakan AS memberikan bantuan militer kepada Ukraina baru-baru ini.
"Pahamilah bahwa kita pada dasarnya telah menyatakan perang melawan Rusia," kata Wright.
"Kita sudah melakukan tiga hal, yang pertama melumpuhkan perekonomian mereka. Yang kedua, kita menyumbang semua persenjataan (ke Ukraina-red)."
Wright kemudian menuturkan fakta yang belum banyak diketahui publik.
Yakni bahwa AS telah menggunakan sumber daya militernya untuk membantu Ukraina.
Rupanya, Pentagon mengerahkan satelit dan intelejennya untuk melacak sasaran dari pasukan Rusia.
Mengingat pihak Rusia kini telah kehilangan 4 mayor jenderal dan sejumlah komandan perang.
Selain itu, pasukan Presiden Rusia Vladimir Putin juga menderita kekurangan logistik akibat diledakkan Ukraina.
"Dan yang ketiga belum banyak disiarkan di media. Yakni kita memberikan strategi intelejen taktikal untuk Ukraina," ujar Wright.
"Pemerintah telah menandai kepala tentara dan peralatan Rusia. Mata-mata dan satelit kita telah membantu Ukraina membunuh Rusia."
"Jadi sebenarnya kita sudah mendeklarasikan perang."
Namun, Wright memperingatkan bahwa Rusia tak akan tinggal diam.
Lantaran tak bisa membalas sanksi ekonomi yang dijatuhkan AS, Kremlin diperkirakan akan melakukan serangan lewat teknologi.
"Rusia tak bisa menjatuhkan sanksi ekonomi seperti yang kita lakukan, dia akan melakukan hal-hal seperti serangan cyber," pungkasnya.
Baca juga: Rusia Sebut Ukraina Telah Tempatkan Senjata Kimia Berbahaya di Sejumlah Lokasi Permukiman
Baca juga: Fyodorov Panas-panasi Putin agar Tembakkan Rudal Balistik ke Laboraturium AS, Yakin Tak Bisa Dibalas
Lihat tayangan selengkapnya dari menit ke- 02.07:
Rusia Balas Dendam Kenakan Sanksi ke AS
Pihak Rusia rupanya tak tinggal diam terhadap sanksi yang dijatuhkan pada negara dan para konglomeratnya.
Sebagai balasan, Rusia kini merilis daftar sejumlah pejabat Amerika Serikat yang juga dikenai sanksi.
Antara lain adalah Presiden AS Joe Biden, putranya Hunter Biden, hingga mantan menteri luar negeri Hillary Clinton.
Dilansir TribunWow.com dari BBC, Rabu (16/3/2022), sanksi tersebut meliputi pelarangan masuk ke wilayah Rusia.
Selain itu, setiap aset di Rusia yang dimiliki para pejabat tersebut akan dibekukan agar tak dapat digunakan.
Menurut pihak Rusia, hal tersebut merupakan bentuk aksi timbal balik atas sanksi yang dikenakan AS pada sejumlah warga negara Rusia akibat invasi ke Ukraina.
Termasuk di antaranya membekukan aset Presiden Vladimir Putin dan orang kepercayaannya, Dmytri Peskov.
Hanya saja, sanksi yang diterapkan Rusia tersebut rupanya tak berlaku secara mutlak.
Pasalnya, apabila diperlukan, maka individu bersangkutan akan tetap diizinkan untuk melakukan kontak dengan pihaknya.
Selain itu, Kementerian Luar Negeri Rusia masih akan mempertahankan hubungan resmi dengan mereka.
Berikut daftar pejabat AS yang dikenai sanksi oleh Rusia:
1. Presiden AS Joe Biden;
2. Putra Joe Biden, pengacara Hunter Biden;
3. Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken;
4. Mantan Menteri Luar Negeri AS, Hillary Clinton;
5. Menteri Pertahanan As, Lloyd Austin;
6. Sekretaris Pers Gedung Putih, Jen Psaki;
7. Ketua Kepala Staf Gabungan, Mark Milley;
8. Penasihat Keamanan Nasional, Jake Sullivan;
9. Wakil Penasihat Keamanan Nasional, Daleep Singh;
10. Administrator Badan Pembangunan Internasional AS (USAID), Samantha Power;
11. Wakil Menteri Keuangan, Wally Adeyemo;
12. Presiden Bank Ekspor-Impor AS, Reta Jo Lewis;
13. Kepala CIA, William Burns.
Selain pejabat AS, rupanya perdana menteri Kanada Jusin Trudeau juga masuk dalam daftar tersebut.
Namun, pihak AS hanya menganggap enteng mengenai sanksi yang dikenakan tersebut.
Dilansir Aljazeera, Selasa (15/3/2022), Sekretaris Pers Gedung Putih Jen Psaki justru membuat lelucon dari sanksi tersebut.
Ia mengkritik penghilangan akhiran 'junior' pada nama Joe Biden.
Sebagai informasi, Joe Biden memiliki nama yang sama dengan mendiang ayahnya.
Hanya saja, nama Presiden AS diimbuhi akhiran jr. atau junior untuk membedakannya dengan sang ayah.
Jen Psaki menyoroti pihak Rusia yang menghilangkan nama 'junior' tersebut, sehingga seolah-olah menjatuhkan sanksi pada ayah Presiden AS.
"Presiden Biden masih junior, sehingga mereka mungkin telah memberikan sanksi kepada ayahnya, semoga dia (Joe Biden senior) beristirahat dengan tenang," ucap Jen Psaki.
Dengan yakin, Jen Psaki menyatakan sanksi tersebut tak akan memiliki efek secara signifikan.
Karena, para pejabat yang termasuk dalam daftar tak memiliki aset apa pun atau berencana mengunjungi Rusia.
"Tidak ada dari kami yang merencanakan perjalanan wisata ke Rusia, tidak ada dari kami yang memiliki rekening bank yang tidak dapat kami akses, jadi kami akan terus maju," imbuhnya. (TribunWow.com/Via)