Konflik Rusia Vs Ukraina
Rilis Hasil Survei, Media Rusia Tunjukkan Jumlah Rakyat yang Dukung Putin Invasi Ukraina
Banyaknya aksi protes dari warga Rusia atas invasi Ukraina, rupanya masih belum bisa menyalip jumlah masyarakat yang mendukung.
Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Lailatun Niqmah
TRIBUNWOW.COM - Banyaknya aksi protes dari warga Rusia atas invasi Ukraina, rupanya masih belum bisa menyalip jumlah masyarakat yang mendukung.
Melalui sebuah survei, diketahui bahwa rakyat Rusia hampir seluruhnya sepaham dengan keputusan Presiden Vladimir Putin.
Meski begitu, belum jelas apakah survei tersebut bisa dipertanggungjawabkan dan diverifikasi secara independen.
Mengingat bahwa di media sosial maupun secara langsung sejumlah selebriti dan warga Rusia menyatakan protesnya atas perang yang terjadi.

Baca juga: Sentil Putin, Arnold Schwarzenegger Semangati Rakyat dan Tentara Rusia untuk Hentikan Perang
Baca juga: Meski Nyawanya Terancam, Jurnalis Rusia yang Protes saat Siaran Langsung Enggan Tinggalkan Negaranya
Hasil survei tersebut dibagikan oleh kanal berita Rusia, RIA Novosti, Jumat (18/3/2022).
Disebutkan dalam hasil survei yang diumumkan oleh VTsIOM, Putin mendapat kepercayaan dari 79,6% orang Rusia.
Sementara itu, jabatan Putin sebagai presiden Rusia juga mendapat dukungan 77,2% responden.
Kemudian diperlihatkan jumlah dukungan yang didapat Putin atas kinerjanya pada bulan Maret.
Hal ini merujuk keputusan Putin untuk melakukan invasi atau yang disebutnya operasi militer ke Ukraina.
Terlihat bahwa tingkat persetujuan untuk kegiatan presiden pada periode 7 Maret hingga 13 Maret mencapai hingga 77,2%.
Peringkat kepercayaan untuk Putin untuk periode yang sama adalah 79,6%.
Adapun survei yang disebut sebagai inisiatif 'VTsIOM -Sputnik' itu diklaim dilakukan dari 7 hingga 13 Maret.
Survei ini melibatkan orang Rusia berusia 18 tahun ke atas, dengan total jumlah 1600 responden yang diwawancarai.
Metode survei adalah wawancara telepon.
Untuk sampel ini, ukuran kesalahan maksimum dengan probabilitas 95% tidak melebihi 1%.
Namun tampaknya hasil survei tersebut diragukan mengingat ramainya aksi protes yang digelar warga Rusia untuk menentang perang.
Sebanyak 4 ribu aktivis anti perang dikabarkan telah ditangkap sementara 170 orang ditahan di jeruji besi.
Baca juga: Rakyat Rusia Protes Keras atas Penyerangan Militer Ke Ukraina, Beredar Ajakan Turun ke Jalan
Baca juga: Jurnalis Rusia Diinterogasi 14 Jam Tanpa Tidur Gegara Protes di Stasiun TV Milik Pemerintah
Selebriti dan Tokoh Rusia Tolak Perang
Selebriti Rusia, jurnalis dan tokoh masyarakat lainnya telah menyuarakan penentangan terhadap invasi Presiden Vladimir Putin ke Ukraina pada hari Kamis, (24/2/2022).
Para aktivis pun turun tangan dan berencana untuk menggelar unjuk rasa anti-perang di pusat kota Moskow.
Sementara itu, bintang pop, pembawa acara televisi, dan sutradara film ramai-ramai mengunggah postingan di Instagram sebagai protes atas perang.
Dilansir The Moscow Times, Kamis (24/2/2022), protes tersebut digaungkan berbagai elemen masyarakat Rusia.
Bahkan, sosialita sekaligus mantan kandidat presiden Kesenia Sobchak juga menyatakan keberatannya.
"Kami orang Rusia akan menghadapi konsekuensi hari ini selama bertahun-tahun lagi," tulis Ksenia Sobchak.
Sebuah petisi anti-perang yang diluncurkan oleh wartawan harian bisnis Kommersant, Elena Chernenko telah mengumpulkan setidaknya 100 tanda tangan wartawan.
Penandatangan petisi tersebut termasuk karyawan media RBC, Novaya Gazeta, Dozhd, Ekho Moskvy, Snob dan The Bell, serta media pemerintah TASS dan RT.
Pemimpin redaksi Novaya Gazeta, Dmitry Muratov mengecam peringatan Putin terhadap campur tangan luar.
Ia juga menggemakan seruan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy agar Rusia menentang perang.
Pemenang Hadiah Nobel Perdamaian 2021 itu pun mengkhawatirkan potensi perang nuklir yang bisa terjadi.
"Militer memutar 'tombol nuklir' di tangannya seperti gantungan kunci dari mobil mahal. Apakah langkah selanjutnya adalah serangan nuklir? Saya tidak bisa menafsirkan kata-kata Vladimir Putin tentang senjata pembalasan dengan cara lain," kata Dmitry Muratov.
"Hanya gerakan anti-perang Rusia yang dapat menyelamatkan kehidupan di planet ini," imbuhnya.
Kemudian, koalisi 30 media independen Rusia menyatakan penentangan terhadap tindakan yang disebut sebagai pembantaian yang dimulai oleh kepemimpinan Rusia.
Menolak intervensi dari pihak mana pun, koalisi media tersebut menyatakan akan menyampaikan berita secara aktual dan sesuai fakta.
"Kami berjanji bahwa kami akan jujur tentang apa yang terjadi selama kami memiliki kesempatan,” tulis koalisi Syndicate-100.(TribunWow.com)