Konflik Rusia Vs Ukraina
Ungkit Kesaksian Pengungsi, Rusia Minta Media Barat Adil Beritakan Ukraina: Setop Sebar Kebohongan
Pemerintah Rusia mengklaim ada seorang pengungsi dari Ukraina menceritakan bagaimana warga sipil di Ukraina ditawan oleh kelompok ultra nasionalis.
Penulis: anung aulia malik
Editor: Rekarinta Vintoko
TRIBUNWOW.COM - Baru-baru ini pemerintah Ukraina menyebut sebuah gedung teater yang ada di Mariupol, Ukraina telah dibombardir oleh pasukan militer Rusia pada Rabu (16/3/2022).
Pemerintah Ukraina menyampaikan gedung teater tersebut saat ini dimanfaatkan sebagai tempat penampungan warga sipil.
Menanggapi informasi ini, pemerintah Rusia telah memberikan bantahan.
Baca juga: Beredar Video Misil Pasukan Rusia Bunuh 10 Warga Ukraina yang Sedang Antre Beli Roti
Baca juga: Kisah Horor Relawan Perang Ukraina, Dihajar Agen Rahasia hingga Lihat Mayat Tentara Rusia Dipajang
Dikutip TribunWow.com dari Tass.com, kini pemerintah Rusia meminta agar media-media barat termasuk media di Amerika Serikat (AS) tidak berat sebelah saat meliput konflik di Ukraina.
Pernyataan ini disampaikan oleh Kedutaan Besar Rusia untuk AS di Washington.
Kedubes Rusia untuk AS menyoroti bagaimana pemerintahan Rusia saat ini terus-terusan menjadi korban disinformasi dan berita bohong.
"Berdasarkan Kementerian Pertahanan Rusia, pada 16 Maret sore, angkatan udara Rusia tidak menjalankan misi apapun terkait serangan di wilayah Mariupol," ujar Kedubes RUsia.
Kedubes Rusia lalu menyatakan memiliki bukti informasi berupa pengungsi yang berhasil keluar dari Mariupol menceritakan bahwa warga sipil yang ada di sana kini justru ditawan oleh kelompok ultra nasionalis Ukraina batalion Azov.
Pemerintah Rusia kemudian meyakini dalang di balik serangan di gedung teater tersebut adalah batalion Azov untuk memprovokasi.
"Kami minta media berhenti menyebar kebohongan dan mulai meliput kejadian di Ukraina secara objektif," tegas Kedubes Rusia.
Kedubes Rusia lalu menyarankan, jika publik ingin informasi yang kredibel maka bisa mencari sumber dari pihak Rusia, Kementerian Luar Negeri Rusia, Kementerian Pertahanan Rusia, dan Kedubes Rusia.
Sebelumnya diberitakna, sempat menyerang rumah sakit bersalin dan apartemen penduduk, pasukan militer Rusia kini disebut bertanggung jawab atas serangan terhadap sebuah gedung teater yang digunakan sebagai tempat berlindung warga sipil.
Serangan ini disebut terjadi di Mariupol, pada Rabu (16/3/2022).
Otoritas Ukraina menyampaikan, gedung teater itu digunakan sebagai tempat berlindung anak-anak hingga ibu hamil.
Masih belum diketahui ada berapa korban akibat serangan tersebut.
Wakil Walikota Mariupol, Sergei Orlov menyampaikan ada sekira 1.200 warga sipil yang berlindung di gedung teater tersebut.
Sejauh ini sudah ada 2.400 warga Ukraina yang terbunuh di Mariupol sejak dimulainya invasi Rusia pada 24 Februari 2022 lalu.
Diperkirakan ada 300 ribu warga sipil yang terperangkap di Mariupol tanpa suplai air bersih dan energi.
Menurut keterangan dewan kota Mariupol, Rusia menyerang gedung teater tersebut menggunakan bom dari pesawat tempur.
Lewat akun media sosialnya, Menteri Luar Negeri Ukraina, Dmytro Kuleba menampilkan foto gedung teater di Mariupol sebelum dan sesudah serangan pasukan Rusia.
Di sisi lain, Kementerian Pertahanan Rusia telah membantah pasukan Rusia menghancurkan gedung teater tersebut.
Dalam foto yang diunggah oleh Kuleba tampak gedung teater hancur lebur hanya tersisa puing-puing.
Pemerintah Rusia justru menuding hancurnya gedung teater tersebut adalah ulah kelompok ultra nasionalis Ukraina yakni Batalion Azov.
Di sisi lain, nasib malang dialami oleh puluhan bayi tak berdosa di Ukraina.
Di tengah gempuran pasukan militer Rusia, para bayi tersebut terpaksa dipindahkan ke shelter bawah tanah di Kyiv/Kiev.
Puluhan bayi tersebut merupakan bayi surrogate atau bayi titipan dari orangtua asli mereka.

Baca juga: Ini Kabar Terbaru Bocah 11 Tahun Asal Ukraina yang Mengungsi Sendirian
Baca juga: Pemerintah Ukraina Berduka atas Tewasnya Ibu dari 12 Anak saat Berperang Lawan Pasukan Rusia
Dikutip TribunWow.com dari Sky News, Ukraina merupakan pusat fasilitas yang menyediakan jasa surrogate mother atau ibu pengganti.
Hukum di Ukraina melegalkan bagi seorang wanita untuk menerima donor sperma guna melahirkan bayi yang dititpkan oleh donorer.
Saat ini puluhan bayi titipan tersebut terjebak di sebuah shelter di Kyiv.
Orangtua para bayi yang berasal dari berbagai negara di dunia kini belum bisa datang mengambil anak mereka.
Sekira 20 bayi kini ditempatkan di shelter tersebut.
Baby sitter yang mengurus para bayi tersebut terdiri dari campuran suster, juru masak, hingga petugas cleaning service.
Di setiap bayi dituliskan sebuah kertas berisi catatan kapan terakhir kali bayi itu diberi susu.
Selain mengurus kapan bayi harus minum susu, para baby sitter juga harus mengganti popok para bayi itu.
"Tidak semuanya bisa datang.... semua bandara ditutup jadi orangtua mereka tidak bisa datang menjemput," ujar seorang suster.
"Kami tidak bisa meninggalkan mereka," kata babysitter yang lain.
"Kami harus mengurus mereka. Kami mencintai mereka seperti keluarga kami sendiri," ujarnya.
Dilansir TribunWow.com dari The Associated Press, Selasa (14/3/2022), di sisi lain, tiga bayi prematur berbaring berdampingan, terbungkus selimut di sebuah rumah sakit di kota Mariupol, Ukraina.
Bayi-bayi tersebut ditinggalkan oleh orang tuanya yang tidak bisa merawat mereka di tengah perang.
Hingga saat ini, tak diketahui siapa orang tua bayi-bayi tersebut, pun nasib mereka.
Sementara di rumah sakit yang sama, mayat orang-orang yang terbunuh akibat penyerangan Rusia dibaringkan dan dibungkus selimut.
Saking banyaknya, mayat-mayat tersebut diletakkan menumpuk di dinding bangunan sebelum nantinya dimakamkan jika serangan telah mereda.
Sementara itu, di ibukota Ukraina, Kiev, sebuah gedung apartemen yang terkena peluru artileri Rusia terbakar hebat.
Seorang petugas pemadam kebakaran terlihat menghibur wanita yang baru saja diselamatkan, sementara wanita lain yang turut menjadi korban dari serangan itu berteriak ngeri.
Ini adalah gambar orang-orang tak berdosa yang terperangkap dalam pertempuran pada hari ke-20 serangan Rusia di Ukraina.
Di tempat lain, selama pemakaman di sebuah gereja di Lviv, keluarga dan teman berduka atas tewasnya seorang tentara Ukraina.
Tentara tersebut menjadi korban serangan udara di sebuah pangkalan militer di Yarokiv, hanya beberapa mil dari perbatasan Polandia pada akhir pekan.
Seorang pelayat mencengkeram bendera Ukraina, sedangkan yang lain meratap dalam kesedihan di dekat peti mati mendiang. (TribunWow.com/Anung/Via)