Breaking News:

Konflik Rusia Vs Ukraina

Kewalahan, Putin Berlakukan Kebijakan Berikut untuk Atasi Hengkangnya Perusahaan Asing dari Rusia

Pemerintah Rusia kembali menjalankan upaya untuk mengatasi sanksi global sebagai bentuk protes atas invasinya ke Ukraina.

Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Tiffany Marantika Dewi
YouTube Ruptly
Presiden Rusia Vladimir Putin mengadakan pertemuan dengan Dewan Keamanan Rusia pada 21 Februari 2022. Terbaru, Putin mengeluarkan kebijakan baru untuk mengatasi eksodus perusahaan asing dari Rusia. 

TRIBUNWOW.COM - Pemerintah Rusia kembali menjalankan upaya untuk mengatasi sanksi global sebagai bentuk protes atas invasinya ke Ukraina.

Presiden Rusia Vladimir Putin meminta jajarannya untuk bertindak tegas dan menyusun peraturan baru.

Terutama terkait sejumlah brand dan perusahaan yang ikut hengkang dari Rusia.

Perusahaan Apple memilih menghentikan pejualan produknya di Rusia.
Perusahaan Apple memilih menghentikan pejualan produknya di Rusia.

Baca juga: Putin Tahan 2 Pejabat Intelejen Rusia dan Pecat 8 Komandan Buntut Terhambatnya Invasi ke Ukraina

Baca juga: Keluhan Turis Rusia yang Kehabisan Uang di Bali akibat Sanksi Invasi ke Ukraina: Kami Khawatir

Dilansir TribunWow.com dari Aljazeera, Kamis (11/3/2022), semakin hari semakin banyak perusahaan yang telah menangguhkan atau mengakhiri operasi di Rusia.

Hal ini terjadi setelah Amerika Serikat dan negara-negara Eropa memberlakukan sanksi yang melumpuhkan ekonomi Rusia, menyebabkan rubel jatuh dan harga naik secara signifikan.

"Terkait dengan mereka yang akan menutup produksi mereka (di Rusia), kita perlu bertindak tegas di sini, dalam kasus apa pun, tidak boleh ada kerugian pada pemasok lokal," ujar Putin saat rapat kabinet, Kamis (10/3/2022).

"Perlu adanya manajemen eksternal dan kemudian mentransfer perusahaan-perusahaan ini kepada mereka yang ingin bekerja," katanya, setelah Perdana Menteri Mikhail Mishustin mengatakan pemerintah telah menyiapkan rancangan undang-undang.

Putin juga mengatakan kepada para menterinya bahwa Rusia harus memastikan bahwa hak-hak investor asing yang memilih untuk tetap tinggal di negara itu dilindungi dengan baik.

Investasi asing yang dibangun selama 30 tahun sejak runtuhnya Uni Soviet memilih untuk hengkang.

Dari berbagai lini bisnis, terhitung ada 330 perusahaan yang memilih mengentikan operasinya di Rusia.

Dari Boeing dan Airbus hingga Apple, Disney, TikTok, McDonald's, dan Starbucks, dan merek-merek ternama lain menangguhkan atau menghentikan operasi mereka di Rusia.

Perusahaan besar seperti Volkswagen, Ikea dan Apple telah menghentikan pabrik dan menyetop penjualan.

Sementara raksasa energi BP, Exxon dan Shell mengatakan mereka akan berhenti membeli minyak dan gas Rusia atau keluar dari kemitraan di sana.

"Negara-negara Barat berusaha menciptakan kekurangan barang impor sehari-hari di negara kita, memaksa penutupan bisnis milik asing yang berhasil beroperasi," kata Menteri Keuangan Rusia Anton Siluanov.

Surat kabar Rusia Izvestia melaporkan bahwa pemerintah dan kantor kejaksaan sedang mempertimbangkan proposal untuk menasionalisasi perusahaan asing yang telah mengumumkan bahwa mereka menarik diri dari Rusia.

Daftar tersebut mencangkup hampir 60 perusahaan, termasuk IKEA, McDonald's, Apple, Microsoft, IBM dan Porsche, antara lain.

Bagi banyak perusahaan, melakukan bisnis di Rusia juga menjadi terlalu sulit karena kekhawatiran atas pembayaran, pengiriman, dan asuransi.

SWIFT, sistem pembayaran internasional, telah memutus beberapa bank besar Rusia, sementara perusahaan kartu kredit Visa, Mastercard, dan American Express juga menangguhkan operasinya.

Melawan Barat, pemerintah Rusia mengatakan sebelumnya bahwa mereka telah melarang ekspor peralatan telekomunikasi, medis, mobil, pertanian, listrik dan teknologi, di antara barang-barang lainnya, hingga akhir 2022.

Secara total, lebih dari 200 item dimasukkan dalam daftar penangguhan ekspor, yang juga mencakup gerbong, peti kemas, turbin, dan barang lainnya.

Baca juga: Pasca Putin Lakukan Invasi ke Ukraina, Warga Rusia Mulai Rasakan Sanksi Ekonomi: Saya Takut di Sini

Baca juga: Putin Lancarkan Balasan Sanksi Internasional, Batasi Ekspor-Impor hingga Rilis Daftar Negara Musuh

Bom Atom Ekonomi Dijatuhkan ke Rusia

Aliansi negara Sekutu mengenakan sanksi ekonomi yang semakin keras terhadap Rusia atas invasinya ke Ukraina.

Target terbarunya melibatkan pelarangan akses Rusia ke SWIFT, singkatan dari Society for Worldwide Interbank Financial Telecommunication.

Hal ini menjadi sanksi ekonomi terbesar hingga disebut sebagai bom nuklir untuk melumpuhkan sistem keuangan Rusia.

Dilansir ABC News, Minggu (27/2/2022), Amerika dan sejumlah negara lain telah menyetujui pembatasan akses Rusia ke SWIFT.

Pasalnya, Presiden Rusia Vladimir Putin masih enggan menarik pasukannya dari Ukraina.

Adapun SWIFT adalah sistem pengiriman pesan yang didirikan pada tahun 1973 yang memungkinkan lembaga keuangan besar untuk saling mengirim uang.

Sistem yang berbasis di Belgia ini digunakan oleh lebih dari 11 ribu bank dan lembaga keuangan di lebih dari 200 negara dan wilayah, termasuk Rusia.

SWIFT menangani 42 juta pesan sehari, memfasilitasi transaksi senilai triliunan dolar.

Menurut Financial Times, Rusia menyumbang 1,5% dari transaksi SWIFT pada tahun 2020.

Pada Sabtu (26/2/2022) malam, Gedung Putih mengumumkan bahwa AS akan memutuskan beberapa bank Rusia dari SWIFT dalam kemitraan dengan Komisi Eropa, Prancis, Jerman, Italia, Inggris dan Kanada.

Dalam pernyataan resmi yang dirilis, pihak Amerika menyebut bahwa tindakan ini akan melumpuhkan sistem finansial Rusia.

Pasalnya, sejumlah aset milik pengguna tak akan bisa ditarik sehingga menyebabkan bank-bank di Rusia diprediksi akan menahan uang nasabahnya.

"Melakukan tindakan pembatasan yang akan mencegah Bank Sentral Rusia menyebarkan cadangan internasionalnya dengan cara yang merusak dampak sanksi dari kami," bunyi pernyataan tersebut.

"Ini akan memastikan bahwa bank-bank ini terputus dari sistem keuangan internasional dan membahayakan kemampuan mereka untuk beroperasi secara global."

Seorang pejabat senior Gedung Putih mengatakan bahwa Uni Eropa akan ikut memilah bank mana saja yang diputus dari SWIFT.

Beberapa ahli percaya bahwa memberikan sanksi kepada bank seperti yang telah dilakukan AS dan sekutu sejauh ini adalah cara yang efektif untuk membekukan aset Rusia.

Pasalnya, jika tidak ada uang untuk dipindahkan, sistem transaksi Rusia ke luar akan menjadi kacau.

Di sisi lain, negara-negara Eropa kemungkinan akan menghadapi dampak negatif terhadap ekonomi mereka sendiri dari sanksi SWIFT.

Jerman, khususnya, yang selama ini memiliki ketergantungan pada pasokan gas dan minyak Rusia. (TribunWow.com)

Berita terkait Konflik Rusia Vs Ukraina

Sumber: TribunWow.com
Tags:
RusiaUkrainaVladimir PutinEropa
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved