Breaking News:

Konflik Rusia Vs Ukraina

Diduga Bosan Tugasnya Hanya Upacara, Tentara di Inggris Pergi ke Ukraina Tanpa Izin

Tentara Inggris diam-diam pergi ke Ukraina tanpa izin dan kini dikhawatirkan akan menyeret Inggris ke dalam konflik Rusia Vs Ukraina.

Penulis: anung aulia malik
Editor: Elfan Fajar Nugroho
AFP/Brendan Smialowski
Coldstream Guard, sebuah divisi di dalam pasukan tentara Inggris yang bertugas menjaga keluarga kerajaan dan melakukan kegiatan seremonial serta terkait upacara. Terbaru, seorang anggota Coldstream Guard diam-diam kabur tanpa izin ke Ukraina untuk berperang melawan Rusia diduga karena bosan dengan tugasnya. 

TRIBUNWOW.COM - Seorang tentara Inggris berusia 19 tahun diam-diam kabur tanpa izin meninggalkan posnya untuk pergi ke Ukraina membantu perang melawan Rusia.

Tindakan prajurit tersebut dinilai tidak bertanggungjawab dan dapat membahayakan Inggris karena dikhawatirkan Rusia akan menganggap aksi remaja tersebut sebagai bentuk keterlibatan Inggris dalam konflik di Ukraina.

Teman dari tentara yang menghilang tanpa izin tersebut menduga yang bersangkutan kabur karena bosan.

Seorang tentara berusia 19 tahun asal Inggris pergi tanpa izin dari tugasnya untuk ke Ukraina membantu perang melawan Rusia.
Seorang tentara berusia 19 tahun asal Inggris pergi tanpa izin dari tugasnya untuk ke Ukraina membantu perang melawan Rusia. (TheSun.co.uk)

Baca juga: Loker Tentara Bayaran di Ukraina Dibayar Rp 28 Juta per Hari Plus Bonus, Ini Tugasnya

Baca juga: Kotanya Dikuasai Putin, Warga Ukraina Lihat Pasukan Rusia Coba Lakukan Pencitraan Pakai Cara Ini

Dikutip TribunWow.com dari TheSun.co.uk, tentara yang kabur diketahui bertugas di divisi Coldstream.

Divisi ini memiliki tugas utama untuk melindungi keluarga kerajaan Inggris termasuk Ratu Inggris saat ini yakni Ratu Elizabeth II.

Tentara yang kabur ini disebut muak karena dirinya pernah dijanjikan akan ditugaskan ke Afghanistan namun tidak jadi.

Rekan tentara yang kabur bercerita, para prajurit Inggris yang berada di divisi Coldstream bosan hanya diberikan tugas seremonial atau seputar upacara.

"Dia pergi tanpa izin, membeli tiket dan sedang dalam perjalanan ke Ukraina untuk bergabung dalam perang," ujar sumber yang namanya dirahasiakan.

"Kau tidak bergabung jadi tentara hanya untuk berdiri memakai topi kulit beruang dan baris berbaris. Kau bergabung jadi tentara untuk berperang dan beraksi," ucap rekan tentara yang kabur tersebut.

Sejumlah otoritas di Inggris sempat berupaya mencari prajurit yang kabur itu namun gagal menemukannya.

Mantan Panglima tentara Inggris Lord Dannatt menegaskan bahwa tindakan prajurit itu tidak bertanggungjawab.

"Kita tidak memilih perang yang kita inginkan. Jika kau bergabung dengan militer, kau pergi ke perang yang ditugaskan," kata Lord Dannatt.

Sejauh ini, diketahui baru ada satu tentara aktif Inggris yang diam-diam pergi ke Ukraina tanpa izin.

Sedangkan ada ratusan purnawirawan tentara Inggris yang telah pergi ke Ukraina untuk membantu.

Dikutip dari BBC.com, juru bicara Kementerian Pertahanan Inggris telah menyampaikan bahwa seluruh tentara aktif baik yang sedang bertugas maupun berlibur, dilarang keras pergi ke Ukraina.

Pria Inggris Ditolak Ukraina karena Dianggap Beban

Sebelumnya diberitakan, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky sempat mengajak para warga sipil di seluruh dunia untuk datang ke Ukraina ikut berperang melawan pasukan militer Rusia.

Ajakan Zelensky ini menarik perhatian banyak warga sipil dari sejumlah negara, khususnya para warga Inggris.

Leon Dawson (37) adalah satu dari beberapa warga negara Inggris yang sukarela ingin bergabung membantu pasukan Ukraina.

Namun pada akhirnya Leon ditolak untuk bergabung oleh pemerintah Ukraina karena dianggap akan lebih menjadi beban ketimbang bantuan melawan pasukan Rusia.

Dikutip TribunWow.com dari Sky News, meskipun ditolak, Leon saat ini tengah berangkat ke perbatasan Polandia-Ukraina sambil membawa banyak barang bantuan untuk warga Ukraina.

"Jika mereka menginginkan saya untuk berperang maka saya tentu akan bersedia," ujar Leon.

Leon menjelaskan, dirinya ditolak oleh pemerintah Ukraina karena tidak memiliki latar belakang militer.

"Kami tidak memiliki sumber daya untuk melatih Anda, kami juga tidak memiliki waktu untuk melatih Anda," ucap Leon mengutip pernyataan pemerintah Ukraina saat menolaknya.

Leon mengaku, dirinya menyadari bahwa perang bukan hanya sekadar tembak-menembak saja.

"Sebelumnya saya tidak pernah menggunakan senjata api, saya juga tidak bisa berbicara bahasa Ukraina, saya juga tidak tahu taktik (perang)," tutur Leon.

Kini Leon berupaya membantu para warga Ukraina dengan membawa bantuan berupa makanan, obat-obatan, hingga mainan anak-anak.

"Saya tidak bisa hanya duduk di rumah tidak berusaha apa-apa sementara anak-anak dan perempuan diserang," jelas dia.

Sebelumnya, mulai Selasa (1/3/2022), Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky telah mengeluarkan sebuah kebijakan untuk meniadakan kewajiban visa bagi warga negara lain yang sukarela ingin ikut berperang melawan Rusia di Ukraina.

Zelensky sebelumnya telah mengumumkan mengajak warga negara lain untuk bergabung bersama Ukraina melawan Rusia.

Sementara itu, ratusan warga negara Inggris telah ramai mendaftar di Kedutaan Besar Ukraina untuk Inggris terkait lowongan sukarela menjadi milisi melawan Rusia.

Di sisi lain, pendiri badan bantuan kemanusiaan UK Aid for Ukraine, Harry Jackson justru miris melihat banyaknya warga negara Inggris yang dengan mudahnya bergabung menjadi sukarelawan di Ukraina.

Jakson menerima banyak pesan dari warga negara Inggris yang ingin bergabung menjadi sukarelawan di Ukraina.

"Banyak dari mereka yang berpotensi tidak akan bisa kembali ulang. Itu adalah ide yang buruk," ujar Jackson.

Jackson kemudian mengutip pesan seorang pendaftar berusia 45 tahun.

Pendaftar tersebut mengaku siap mati karena dirinya hidup sendirian dan belum menikah.

Sukarelawan yang tidak disebutkan namanya itu mengaku tidak akan ada yang berubah meskipun dirinya tidak bisa kembali pulang dengan selamat.

"Bagi saya ini kegilaan melihat begitu banyak orang begitu mudah mempertaruhkan nyawa mereka," ujar Jackson.

Warga Ukraina Pulang Kampung

Di awal konflik terjadi, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky telah menetapkan status darurat militer yang menyebabkan warga negara Ukraina pria berusia 18-60 tahun tidak diperbolehkan keluar dari negara mereka.

Kini, warga negara Ukraina pria yang berada di negara-negara lain justru berbondong-bondong sukarela pulang ke kampung halaman mereka untuk menghadapi pasukan Rusia.

Dikutip dari ABC NEWS, Andrii Zadorozhnyi, seorang pekerja di Perserikatan Bangsa-Bangsa yang ada di Nepal memilih untuk kembali ke Ukraina untuk ikut perang.

Baca juga: Sewa 400 Tentara Bayaran, Rusia Janjikan Bonus Besar jika Bisa Bunuh Presiden Ukraina

"Hal yang saya inginkan sekarang adalah berada di negara saya," ujar Andrii.

Andri menyatakan, saat ini dirinya hanya ingin bersama keluarganya yang ada di Ukraina, dan bila diperlukan ikut berperang.

Kemudian Oleksandr Petrov, seorang pasukan cadangan tentara Ukraina yang sedang bekerja di Arab Saudi mengaku pulang ke Ukraina karena merasa terpanggil.

"Saya datang dari Arab Saudi. Ketika invasi terjadi, saya meminta kepada perusahaan saya untuk membantu menyediakan tiket pulang ke Ukraina dan perusahaan saya membantu saya," ujar Oleksandr.

Namun tak semua warga Ukraina yang pulang ke Tanah Air memiliki pengalaman seperti Oleksandr.

Oleh Novikov seorang nelayan Ukraina yang bekerja di Amerika Serikat pulang kampung demi menyelamatkan keluarganya.

"Istri dan anak saya ada di Ukraina... Saya tidak bisa tinggal (di AS), saya harus pulang," kata Oleh.

"Saya ingin bertarung, saya tidak memiliki pengalaman, Saya seorang warga sipil."

Hal serupa turut dilakukan oleh seorang ayah dan anak yang bekerja di Polandia mencari uang.

Namun ayah dan anak tersebut pulang ke Ukraina demi melawan pasukan Rusia.

Di sisi lain, selama lima jam perwakilan Ukraina dan Rusia telah berdiskusi membicarakan operasi militer spesial yang dilakukan oleh Presiden Vladimir Putin.

Diskusi yang digelar pada Senin (28/2/2022) bertempat di Belarus.

Media asal Rusia yakni RT.com menjelaskan, Ukraina dan Rusia telah mencapai kesepakatan dalam sejumlah hal.

Diskusi antara kedua belah pihak diketahui akan dilanjutkan di lain kesempatan.

Topik diskusi yang dibicarakan pada Senin kemarin adalah gencatan senjata di Ukraina.

Penasihat Presiden Ukraina, Mykhailo Podolyak menyebut sudah ada beberapa solusi yang disorot.

"Beberapa solusi tertentu telah digarisbawahi," jelas Podolyak.

Sementara itu Ajudan Presiden Putin, Vladimir Medinsky menyebut sudah ada beberapa poin yang dapat dipenuhi oleh kedua belah pihak.

Perwakilan dari Ukraina yang dipimpin oleh Menteri Pertahanan Ukraina, Alexey Reznikov telah meminta agar segera dilakukan gencatan senjata dan meminta Rusia menarik pasukan militernya.

Di sisi lain berdasarkan media Sky News yang berbasis di Inggris, diskusi antara Ukraina dan Rusia di Belarus berlangsung sulit karena pihak Rusia yang bias.

"Pihak Rusia sayangnya masih memiliki pandangan yang bias terkait proses destruktif yang mereka lakukan," terang Podolyak. (TribunWow.com/Anung)

Berita terkait Konflik Rusia Vs Ukraina

Sumber: TribunWow.com
Tags:
Konflik Rusia Vs UkrainaRusiaUkrainaInggrisVolodymyr Zelensky
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved