Breaking News:

Konflik Rusia Vs Ukraina

Rusia Tuding Ukraina Kembangkan Senjata Biologis, Sebut Didanai AS untuk Buat Virus Berbahaya

Pemerintah Rusia mengklaim mendapat bocoran dokumen terkait kerja sama rahasia antara Ukraina dan Amerika Serikat.

Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Lailatun Niqmah
AFP/Alexander NEMENOV
Rusia mencatat rekor kematian 1.028 jiwa dalam satu hari, jumlah tertinggi sejak awal pandemi pada Rabu (20/10/2021). Terbaru, Rusia tuding Ukraina kembangkan senjata biologis berupa patogen berbahaya yang bisa sebabkan wabah. 

TRIBUNWOW.COM - Pemerintah Rusia mengklaim mendapat bocoran dokumen terkait kerja sama rahasia antara Ukraina dan Amerika Serikat.

Disebutkan adanya laboratorium tersembunyi yang terletak di dekat perbatasan Ukraina dan Rusia.

Dalam laboratorium tersebut, Ukraina dengan pendanaan AS dikatakan tengah mengembangkan senjata biologis berbahaya.

Foto kiri: Pidato Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky merasa Ukraina telah ditinggal sendirian oleh negara-negara barat untuk menghadapi Rusia, Jumat (25/2/2022). Foto kanan: Presiden Rusia Vladimir Putin menyampaikan pidato menanggapi protes terhadap penyerangan militer ke Ukraina, Jumat (25/2/2022). Terbaru, pada Senin (28/2/2022) Rusia dan Ukraina mengadakan pertemuan di Belarus.
Foto kiri: Pidato Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky merasa Ukraina telah ditinggal sendirian oleh negara-negara barat untuk menghadapi Rusia, Jumat (25/2/2022). Foto kanan: Presiden Rusia Vladimir Putin menyampaikan pidato menanggapi protes terhadap penyerangan militer ke Ukraina, Jumat (25/2/2022). Terbaru, pada Senin (28/2/2022) Rusia dan Ukraina mengadakan pertemuan di Belarus. (Kolase youtube kompastv dan Capture YouTube Daily Mail)

Baca juga: Putin Catat Negara-negara yang Beri Sanksi Rusia akibat Invasi ke Ukraina, Rencanakan Balas Dendam?

Baca juga: Putin Terang-terangan Ungkap Ketakutannya terhadap Potensi Ukraina, Jadi Dasar Utama Agresi Rusia

Dikutip TribunWow.com dari kanal berita Rusia, Ria Novosti, Selasa (8/3/2022), Moskow mengaku telah menerima dokumen terkait dari karyawan laboratorium biologi Ukraina.

Dalam berkas tersebut, karyawan tersebut mengkonfirmasi bahwa komponen senjata biologis sedang dikembangkan di Ukraina, dekat dengan wilayah Rusia.

Perwakilan resmi Kementerian Pertahanan Rusia, Mayor Jenderal Igor Konashenkov mengungkapkan temuan tersebut.

"Dalam operasi militer khusus, fakta pembersihan darurat oleh rezim Kiev dari jejak program biologis militer yang dilaksanakan di Ukraina, yang didanai oleh Departemen Pertahanan AS, terungkap," ujar Konashenkov.

Menurut militer Rusia, setelah dimulainya invasi atau operasi khusus ke Ukraina, Pentagon disebut mengalami ketakutan serius.

Disebutkan bahwa AS khawatir dunia akan mengetahui pelaksanaan eksperimen biologis rahasia yang dilakukan di wilayah Ukraina.

Maka dilakukanlah upaya untuk menyembunyikan pelanggaran oleh Washington dan Kiev terhadap aturan pertama Konvensi PBB tentang Larangan Senjata Bakteriologis (Biologis) dan Racun.

Kementerian Kesehatan Ukraina dituduh telah mengirim instruksi ke semua laboratorium biologi untuk segera menghilangkan stok patogen berbahaya.

Menurut Konashenkov, virus atau patogen tersebut bisa menyebabkan wabah penyakit serius jika dilepaskan ke udara.

Ia pun mendapat laporan adanya penghancuran penelitian besar-besaran yang dilakukan saat agresi pertama Rusia dimulai pada Kamis (24/2/2022).

"Kami telah menerima dokumentasi dari karyawan laboratorium biologi Ukraina tentang penghancuran darurat patogen yang sangat berbahaya pada 24 Februari, yakni agen penyebab wabah, antraks, tularemia, kolera, dan penyakit mematikan lainnya," ungkap Konashenkov.

Dalam waktu dekat, Kementerian Pertahanan Rusia bermaksud untuk mempresentasikan hasil analisis dokumen yang diterima.

Baca juga: Eks Menteri Rusia Sebut 3 Penyebab Putin Serang Ukraina: Mengerikan tapi Masuk Akal

Baca juga: Zelensky Merasa Kematian Sudah Dekat, Ukraina Siapkan Rencana jika Presiden Tewas di Tangan Rusia

Tuding Ukraina Terapkan Taktik Provokasi

Pemerintah Rusia mengungkapkan ada taktik provokasi yang dipakai oleh batalion nasionalis Ukraina.

Taktik ini melibatkan warga sipil yang tak bersalah lalu menyalahkan prajurit militer Rusia atas kondisi yang terjadi.

Informasi ini disampaikan oleh representasi permanen Rusia di Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), Vasily Nebenzya saat menghadiri majelis umum darurat PBB membahas Ukraina pada Rabu (2/3/2022).

Dikutip dari Tass Russian News Agency, Nebenzya mencurigai nasionalis Ukraina menggunakan warga sipil sebagai tawanan.

"Di beberapa kota di Ukraina, penduduk di sana diguanakan sebagai tameng," ujar Nebenzya.

Nebenzya menjelaskan bagaimana angkatan bersenjata Ukraina tidak memperbolehkan warga sipil untuk meninggalkan kota termasuk perempuan dan anak-anak.

"Mereka juga memaksa membawa pulang warga sipil yang telah meninggalkan kota," ungkap Nebenzya.

"Kami juga menyadari provokoasi yang direncanakan oleh batalion nasionalis, yang mana mereka mengeksploitasi warga sipil dalam rangka untuk menyalahkan prajurit militer Rusia," pungkasnya.

Dimulai pada Kamis (24/2/2022), operasi militer spesial yang diluncurkan oleh Presiden Rusia Vladimir Putin kini telah memasuki hari ke tujuh pada Rabu (3/3/2022).

Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) mencatat, per Senin (1/3/2022) terdapat 227 warga sipil Ukraina yang terbunuh dalam invasi.

Sedangkan 525 warga lainnya mengalami luka-luka.

Dikutip dari Sky News, warga sipil tewas karena senjata yang menyebabkan ledakan.

Beberapa contoh dari senjata tersebut adalah peluru dari artileri, sistem peluncur roket hingga serangan udara.

PBB turut menyatakan bahwa jumlah korban jiwa dapat lebih tinggi dari perkiraan karena keterlambatan laporan.

Penasihat Presiden Ukraina melaporkan ada dua ribu warga sipil Ukraina yang tewas sejak invasi Rusia dimulai.

Sementara itu, kini Rusia dicurigai oleh jaksa dari International Criminal Court (ICC) telah melakukan kejahatan perang saat melakukan operasi militer di Ukraina.

Dikutip dari RT.com, juru bicara pemerintah Rusia, Dmitry Peskov kemudian menjawab pertanyaan jurnalis pada Selasa (1/3/2022) terkait kecurigaan jaksa ICC.

Dugaan Rusia melakukan kejahatan perang sebelumnya dilaporkan oleh pemerintah Ukraina.

Peskov tegas membantah Rusia melakukan kejahatan perang di Ukraina.

Ia juga membantah kabar pasukan Rusia telah memakai senjata yang dilarang seperti peluru cluster dan senjata thermobaric di Ukraina.

Peskov turut menegaskan soal pasukan militer Rusia yang tidak pernah mengincar warga sipil.

"Pasukan Rusia tidak menyerang warga sipil atau perumahan penduduk," ujar Peskov.

Peskov turut mengomentari bagaimana Amerika Serikat mengompori negara-negara lain untuk memberikan sanksi terhadap Rusia.(TribunWow.com/Via/Anung)

Berita terkait Konflik Rusia Vs Ukraina

Tags:
Konflik Rusia Vs UkrainaRusiaUkrainaAmerika Serikat
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved