Konflik Rusia Vs Ukraina
Heboh Simbol 'Z' Digunakan sebagai Tanda Mendukung Invasi Rusia ke Ukraina, Apa Artinya?
Simbol Z digunakan oleh tentara, pesenam, hingga anak-anak Rusia sebagai tanda mendukung invasi ke Ukraina.
Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Rekarinta Vintoko
Ada pula anggapan bahwa tanda 'Z' adalah cara bagi militer Rusia untuk mengidentifikasi pasukannya sendiri untuk mencegah insiden penembakan pada anggotanya sendiri.
Unggahan kementerian pertahanan lainnya menggunakan frasa seperti 'Untuk perdamaian', 'Untuk kebenaran', yang semuanya dimulai dengan huruf Z.
Lainnya menggunakan simbol Z di tengah kata 'demiliterisasi' dan 'denazifikasi'.
Dua hal yang diklaim menjadi alasan Putin untuk menjalankan invasi ke Ukraina.
Baca juga: Hari ke-12 Invasi Rusia ke Ukraina, Penyerangan Makin Gencar sementara Koridor Kemanusiaan Gagal
Baca juga: Rahasia Kehidupan Pribadi Putin, Sosok Istri, Isu Perselingkuhan hingga Anak yang Disembunyikan
Ini Alasan Putin Siagakan Pasukan Nuklir
Sejak Senin (28/2/2022), Kementerian Pertahanan Rusia telah mempersiapkan kekuatan militernya agar dapat dipergunakan sewaktu-waktu.
Menurut Putin, hal ini dilakukan sebagai balasan atas sanksi global yang dijatuhkan pada Rusia atas invasi ke Ukraina.
Padahal saat ini, pihak Rusia dan Ukraina sendiri tengah dalam upaya perundingan di Belarus, untuk mencapai kesepakatan damai.
Baca juga: Ini Respons Pemerintah Ukraina soal Warga Asal Afrika hingga Asia Alami Rasisme dari Aparat
Dilansir media Rusia Tass, Senin (28/2/2022), Putin membenarkan tindakannya tersebut karena merasa pihak barat menjatuhkan aksi ekonomi tak bersahabat pada pihaknya.
Selain itu, juga adanya retorika dari pemerintah barat yang menyudutkan Moscow.
Menurut para ahli, ini adalah pertama kalinya kekuatan nuklir Rusia disiagakan seperti itu sejak akhir Perang Dingin.
Terkait hal itu, direktur Proyek Pasukan Nuklir Rusia, Peneliti Senior di UN Institute for Disarmament Research (UNIDIR) Pavel Podvig, memberikan keterangan.
"Kemungkinan besar, kita berbicara tentang membawa sistem kontrol kekuatan nuklir ke keadaan yang membuat tindakan pencegahan lebih stabil jika terjadi serangan," terang Pavel Podvig.
"Secara keseluruhan, begitu pasukan penahanan telah dibawa ke titik ini, hal ini menjadi kurang rentan terhadap serangan pertama, baik itu perampasan atau pelucutan senjata. Namun, ini tidak berarti bahwa Rusia akan menyerang lebih dulu."
Lebih lanjut, Peneliti Senior di Akademi Pasukan Rudal Strategis Vasily Lata mengatakan bahwa perintah presiden berusaha tidak untuk meningkatkan konflik dengan Barat tetapi, sebaliknya, untuk mencegah agresivitasnya.