Konflik Rusia Vs Ukraina
Sumpahi Kematian Putin, Warga Rusia Kecam Penyerangan ke Ukraina: Berharap Dia Segera Tewas
Survey yang dilakukan di jalanan kota Rusia memperlihatkan respons warga sipil atas invasi yang dilakukan Presiden Vladimir Putin ke Ukraina.
Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Tiffany Marantika Dewi
TRIBUNWOW.COM - Survey yang dilakukan di jalanan kota Rusia memperlihatkan respons warga sipil atas invasi yang dilakukan Presiden Vladimir Putin ke Ukraina.
Seorang pria bahkan terang-terangan menyatakan harapannya atas kematian presidennya sendiri.
Sementara itu, warga lain menjawab dengan gugup dan mengaku enggan memberi tanggapan.

Baca juga: Warga Rusia Dipecat akibat Tanda Tangani Petisi Anti Perang terhadap Ukraina, Upaya Pembungkaman?
Baca juga: Rusia Blokir Facebook, Buat Warganya Putus Komunikasi dari Dunia karena Merasa Didiskriminasi
Dilansir Express.co.uk, Jumat (5/4/2022), Current Time TV, siaran Rusia yang berbasis di Republik Ceko, mewawancarai warga sipil Rusia yang melintas.
Mereka ditanya tentang konflik di Ukraina dan menunjukkan reaksi beragam terhadap invasi tersebut.
Sementara banyak orang menolak perang, beberapa memberikan dukungan dan beberapa tampak gugup menjawab.
Dalam tayangan tersebut, seorang wanita ditanya tentang pemikirannya tentang perang.
"Ini sangat buruk. Apa yang dilakukan pihak Rusia sangat buruk, sangat buruk bahwa Rusia telah melancarkan perang," kata wanita tersebut.
"Ini akan sangat menyedihkan bagi kami."
Seorang pria yang melintas juga menentang keputusan dari Kremlin.
Ia bahkan mengharapkan agar Putin yang bertanggung jawab atas invasi itu, segera menemui ajalnya.
"Sangat negatif. Saya berharap kematian Putin sesegera mungkin, tentu saja, mungkin tidak pantas untuk mengatakannya, tetapi saya berharap dia segera mati," tegas pria tersebut.
Baca juga: Invasi Rusia ke Ukraina Hari Kesembilan, Berikut Sepak Terjang Pasukan Putin dalam Upaya Kuasai Kiev
Baca juga: Sosok 8 Elite Rusia yang Dikenai Sanksi Amerika, Ada yang Memperkaya Diri dengan Mengorbankan Warga
Seorang wanita mengatakan bahwa dia ingin para pemimpinnya melakukan hal yang benar.
"Apakah itu yang ingin Anda dengar? Saya mendukungnya?",tanyanya dengan gugup.
Seorang wanita muda mengatakan tidak ada yang menginginkan perang di Rusia.
Namun kemudian seorang wanita separuh baya melintas dan menyatakan dukungannya untuk Putin sembari berlalu.
Sejak invasi pertama yang dilakukan Rusia, penolakan ramai terjadi di dalam negara.
Namun Pemerintah Rusia melakukan kekerasan untuk menghalau protes anti perang yang dilakukan aktivis.
Laporan menunjukkan lebih dari 6.000 orang Rusia telah ditangkap karena memprotes termasuk seorang wanita berusia 77 tahun.
Sementara, stasiun radio Echo of Moscow juga ditutup setelah dituduh memposting informasi yang menyerukan tindakan ekstremis dan kekerasan dengan tujuan dan sistematis.
Terakhir, pada Jumat (4/3/2022) pemerintah Rusia menerbitkan amandemen yang melegalkan penangkapan atas penyebaran berita yang dianggap bohong.
Pihak yang dituding membuat hoaks terutama soal pasukan militer Rusia, akan menghadapi kurungan penjara setidaknya selama 15 tahun.
Klik video selengkapnya di link berikut:
Link Video Wawancara Warga Sipil Rusia
Anak Kecil di Rusia Menangis lantaran Dipenjara
Beredar sebuah video di media sosial menampilkan seorang anak kecil menangis dan tampak ketakutan di dalam penjara.
Anak kecil perempuan itu diketahui ditangkap seusai meletakkan bunga di Kedutaan Ukraina untuk Rusia yang ada di Moskow.
Selain meletakkan bunga, gadis tersebut turut membawa poster bertuliskan "Katakan tidak untuk perang".
Pada akhirnya anak kecil itu bersama ibunya ditangkap oleh aparat di Rusia.
Dalam video yang beredar tampak ibu anak gadis itu berusaha menenangkan putrinya.
Sang anak dan ibunya tampak berpegangan tangan namun terpisahkan oleh jeruji besi.
Dikutip dari dailymail.co.uk, sosiologis Alexandra Arkhipova menyampaikan ada dua ibu yang ditangkap yakni Ekaterina Zavizion dan Olga Alter.
Sementara itu ada lima bocah yang diketahui merupakan anak dari Ekaterina dan Olga.
Lima anak kecil yang ditangkap di antaranya adalah Sofya Gladkova (7), Liza Gladkova (11), Gosha Petrov (11), Matvey Petrov (9), dan David Petrov (7).
"Mereka semua ditahan oleh polisi," ungkap Arkhipova.
Pada awalnya pihak kepolisian menahan mereka di mobil polisi, lalu dibawa ke stasiun polisi Presnenskoye.
Ekaterina mengaku tak bisa tinggal diam setelah melihat invasi Rusia di Ukraina.
Begini percakapan antara ibu dan anaknya yang ada di video.
"Kenapa ibu duduk di sana?" tanya anaknya.
"Semua akan baik-baik saja, kamu percaya kan denganku?" kata sang ibu.
Dimulai pada Kamis (24/2/2022), operasi militer spesial yang diluncurkan oleh Presiden Rusia Vladimir Putin kini telah memasuki hari ke tujuh pada Rabu (3/3/2022).
Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) mencatat, per Senin (1/3/2022) terdapat 227 warga sipil Ukraina yang terbunuh dalam invasi.
Sedangkan 525 warga lainnya mengalami luka-luka.
Dikutip dari Sky News, warga sipil tewas karena senjata yang menyebabkan ledakan.
Beberapa contoh dari senjata tersebut adalah peluru dari artileri, sistem peluncur roket hingga serangan udara.
PBB turut menyatakan bahwa jumlah korban jiwa dapat lebih tinggi dari perkiraan karena keterlambatan laporan.
Sementara itu penasihat Presiden Ukraina melaporkan ada dua ribu warga sipil Ukraina yang tewas sejak invasi Rusia dimulai.
Kini, Rusia dicurigai oleh jaksa dari International Criminal Court (ICC) telah melakukan kejahatan perang saat melakukan operasi militer di Ukraina. (TribunWow.com/Via/Anung)