Breaking News:

Konflik Rusia Vs Ukraina

Ungkit Permintaan Putin, Korea Utara Salahkan AS atas Konflik antara Ukraina Vs Rusia

Seorang pejabat Kemenlu Korea Utara menjelaskan mengapa Amerika Serikat patut disalahkan atas konflik yang terjadi di Ukraina.

Penulis: anung aulia malik
Editor: Rekarinta Vintoko
STR / AFP / KCNA VIA KNS
Dalam gambar yang diambil pada tanggal 25 Agustus 2020 dan dirilis dari Kantor Berita Pusat Korea (KCNA) resmi Korea Utara pada tanggal 26 Agustus 2020 ini, Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un (tengah) menghadiri pertemuan biro politik dan dewan kebijakan eksekutif Komite pusat ke-7 Partai Pekerja Korea (WPK) di Pyongyang. Terbaru, Pemerintah Korut menyalahkan Amerika Serikat atas konflik yang tejradi di Ukraina sejak Kamis (24/2/2022). 

TRIBUNWOW.COM - Presiden Rusia Vladimir Putin pada Kamis (24/2/2022) mengumumkan dimulainya operasi militer spesial di Ukraina yang bertujuan untuk membantu kemerdekaan masyarakat Republik Donbass.

Putin juga berdalih operasi militer yang ia lakukan hanya menyasar fasilitas militer dan kombatan demi melakukan demiliterisasi dan denazifikasi di Ukraina.

Invasi yang hingga Selasa (1/3/2022) ini masih terjadi, menurut Korea Utara (Korut) semua adalah salah Amerika Serikat dan negara-negara barat lainnya.

Presiden Rusia Vladimir Putin (kiri) tersenyum saat menjabat tangan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dalam pertemuan bilateral perdana di Villa la Grange, Jenewa, Swiss, pada 16 Juni 2021. Terbaru, Joe Biden buka suara soal agresi Rusia ke Ukraina pada Kamis (24/2/2022).
Presiden Rusia Vladimir Putin (kiri) tersenyum saat menjabat tangan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dalam pertemuan bilateral perdana di Villa la Grange, Jenewa, Swiss, pada 16 Juni 2021. Terbaru, Joe Biden buka suara soal agresi Rusia ke Ukraina pada Kamis (24/2/2022). (AFP PHOTO/SPUTNIK/MIKHAIL METZEL)

Baca juga: Ratusan Warga Inggris Sukarela Ikut Perang di Ukraina, Ada yang Siap Mati karena Hidup Sendirian

Baca juga: Kedutaan Ukraina Sempat Ajak Warga Israel Datang Ikut Perang Lawan Rusia

Seorang pejabat dari Kementerian Luar Negeri Korut menilai konflik terjadi gara-gara AS dan negara barat tidak mendengarkan permintaan Putin terkait kepentingan keamanan Rusia.

Informasi ini disampaikan oleh media massa yang dimiliki pemerintah Rusia, Tass Russian News Agency, Senin (28/1/2022).

"Krisis yang terjadi di Ukraina berakar dari kebijakan hegemoni oleh AS dan negara barat, yang mana bertindak dengan sengaja dan sewenang-wenang terhadap negara lain," ungkap seorang diplomat Korut ke Korean Central News Agency.

Diplomat Korut itu kemudian menyoroti bagaimana AS dan negara-negara barat telah memperbanyak keberadaan senjata-senjata ofensif dan pengaruh NATO di timur.

Menurut analisis diplomat Korut tersebut, permintaan Putin terkait isu keamanan sudah masuk akal namun diabaikan.

Seperti yang diketahui, Putin sempat memperingatkan agar NATO tidak melakukan ekspansi lebih jauh ke timur.

Putin juga menolak keras jika Ukraina bergabung dengan NATO.

Kemudian diplomat Korut itu mengungkit peran negara-negara barat dalam konflik yang terjadi di Afghanistan, Libya, dan Irak.

Sebelumnya, selama lima jam perwakilan Ukraina dan Rusia telah berdiskusi membicarakan operasi militer spesial yang dilakukan oleh Presiden Vladimir Putin.

Diskusi yang digelar pada Senin (28/2/2022) bertempat di Belarus.

Media asal Rusia yakni RT.com menjelaskan, Ukraina dan Rusia telah mencapai kesepakatan dalam sejumlah hal.

Diskusi antara kedua belah pihak diketahui akan dilanjutkan di lain kesempatan.

Topik diskusi yang dibicarakan pada Senin kemarin adalah gencatan senjata di Ukraina.

Penasihat Presiden Ukraina, Mykhailo Podolyak menyebut sudah ada beberapa solusi yang disorot.

"Beberapa solusi tertentu telah digarisbawahi," jelas Podolyak.

Sementara itu Ajudan Presiden Putin, Vladimir Medinsky menyebut sudah ada beberapa poin yang dapat dipenuhi oleh kedua belah pihak.

Perwakilan dari Ukraina yang dipimpin oleh Menteri Pertahanan Ukraina, Alexey Reznikov telah meminta agar segera dilakukan gencatan senjata dan meminta Rusia menarik pasukan militernya.

Di sisi lain berdasarkan media Sky News yang berbasis di Inggris, diskusi antara Ukraina dan Rusia di Belarus berlangsung sulit karena pihak Rusia yang bias.

"Pihak Rusia sayangnya masih memiliki pandangan yang bias terkait proses destruktif yang mereka lakukan," terang Podolyak.

Rencana Putin Menang pada 2 Maret

Diketahui Presiden Rusia Vladimir Putin berencana memenangkan invasi atas Ukraina dalam waktu enam hari.

Seperti yang diketahui, Putin mengumumkan operasi militer spesial pada Kamis (24/2/2022) dan berencana mengakhirinya dengan kemenangan pada tanggal 2 Maret mendatang.

Informasi ini disampaikan oleh Andrei Fedorov selaku mantan deputi Kementerian Luar Negeri Rusia.

Baca juga: Media Rusia Beritakan Ukraina Pakai Narapidana Pembunuh untuk Pasukan Tambahan

Baca juga: Rusia Klaim Beredar Video Tentaranya Disiksa Secara Sadis oleh Prajurit Ukraina

Dikutip dari Aljazeera.com, Minggu (27/2/2022), Fedorov berharap Ukraina dan Rusia menyelesaikan konflik lewat jalur dialog.

"Saya mengetahui seperti apa posisi teman-teman saya di Kyiv dan pimpinan Ukraina. Mereka siap untuk duduk dan berdisuksi tetapi tanpa ada syarat tertentu," jelas Fedorov.

Pada Senin (28/2/2022) ini Ukraina dan Rusia dijadwalkan mengadakan pertemuan di Belarus.

Fedorov juga mengomentari soal sanksi yang diberikan oleh sejumlah negara kepada Rusia.

Menurut keterangan Fedorov, sanksi tersebut berdampak lebih besar dibandingkan perkiraan Rusia.

"Mereka (pemerintah Rusia) selalu berpikir mereka adalah negara besar, negara hebat. Berperan sebagai pemasok gas dan minyak. Mereka berpikir tidak akan pernah dikenakan sanksi. Inilah realitanya sekarang, dan ini menyebabkan banyak masalah di Rusia," ungkap Fedorov. (TribunWow.com/Anung)

Berita terkait Konflik Rusia Vs Ukraina

Sumber: TribunWow.com
Tags:
Konflik Rusia Vs UkrainaRusiaUkrainaAmerika SerikatVladimir PutinVolodymyr ZelenskyKorea UtaraNATOKim Jong Un
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved