Konflik Rusia Vs Ukraina
Media Rusia Sebut Prajurit Ukraina Berencana Lakukan Provokasi Tembaki Rumah Warga Sipil
Seorang milisi dari Republik Donbass menyebut ada tindakan provokasi yang dilakukan oleh para prajurit Ukraina.
Penulis: anung aulia malik
Editor: Rekarinta Vintoko
TRIBUNWOW.COM - Prajurit dari layanan keamanan Ukraina bersama pasukan ultranasionalis Azov disebut telah melakukan tindakan provokasi menembaki perumahan warga sipil.
Penembakan dilakukan seakan-akan mereka merupakan pasukan militer Rusia.
Informasi ini disampaikan oleh Tass Russian News Agency, media massa yang dikelola oleh pemerintah Rusia.

Baca juga: Ungkit Permintaan Putin, Korea Utara Salahkan AS atas Konflik antara Ukraina Vs Rusia
Baca juga: Dibunuh Pasukan Rusia, Anak-anak di Ukraina Dihabisi di TK hingga Ditembak Agen Sabotase
Menurut petinggi milisi di Republik Donbass, Eduard Basurin, provokasi ini terjadi di Mariupol.
"Pasukan nasionalis Azov saat ini sedang mempersiapkan aksi provokasi di Mariupol melibatkan non kombatan," ujar Basurin.
"Pasukan layanan keamanan Ukraina bersama prajurit dari Azov berencana menembaki rumah warga sipil dan penduduk Mariupol sambil menyamar sebagai pasukan militer Rusia," ungkapnya.
Pasukan Azov sendiri sebelumnya sempat menjadi kontroversi di media sosial (medsos).
Dalam cuitan akun resmi Twitter milik Garda Nasional Ukraina @ng_ukraine, tampak Batalion Azov yang merupakan bagian dari Garda Nasional Ukraina melumuri peluru senjata mereka menggunakan lemak babi.
Peluru tersebut diakui oleh prajurit Batalion Azov untuk melawan pasukan muslim Chechen asal Republik Chechnya yang membantu Presiden Rusia Vladimir Putin melakukan invasi.
Dalam video itu prajurit dari Batalion Azov mengucapkan kalimat provokatif sebagai berikut:
"Wahai saudara muslimku. Di negara kami kau tidak akan masuk surga. Kau tidak akan diperbolehkan masuk ke surga. Tolong pulang lah, di sini kau akan menemui masalah. Terima kasih atas perhatianmu, sampai jumpa," ucap prajurit Azov tersebut sembari melumuri peluru pakai lemak babi.
Sementara itu akun Garda Nasional Ukraina tampak mendukung tindakan yang dilakukan oleh prajurit Batalion Azov tersebut.
Batalion Azov sendiri merupakan milisi ultranasionalis di Ukraina yang disebut termasuk sebagai grup neo Nazi.
Para prajurit batalion Azov diketahui juga masih memakai lambang-lambang Nazi di dalam pasukannya seperti logo Wolfsangel yang dipakai oleh prajurit Nazi selama perang dunia ke-2.
Sementara itu Putin saat mengumumkan operasi militer spesial pada Kamis (24/2/2022) menyatakan tujuannya melakukan invasi adalah melakukan demiliterisasi dan denazifikasi.
Di sisi lain, selama lima jam perwakilan Ukraina dan Rusia telah berdiskusi membicarakan operasi militer spesial yang dilakukan oleh Presiden Vladimir Putin.
Diskusi yang digelar pada Senin (28/2/2022) bertempat di Belarus.
Media asal Rusia yakni RT.com menjelaskan, Ukraina dan Rusia telah mencapai kesepakatan dalam sejumlah hal.
Diskusi antara kedua belah pihak diketahui akan dilanjutkan di lain kesempatan.
Topik diskusi yang dibicarakan pada Senin kemarin adalah gencatan senjata di Ukraina.
Penasihat Presiden Ukraina, Mykhailo Podolyak menyebut sudah ada beberapa solusi yang disorot.
"Beberapa solusi tertentu telah digarisbawahi," jelas Podolyak.
Sementara itu Ajudan Presiden Putin, Vladimir Medinsky menyebut sudah ada beberapa poin yang dapat dipenuhi oleh kedua belah pihak.
Perwakilan dari Ukraina yang dipimpin oleh Menteri Pertahanan Ukraina, Alexey Reznikov telah meminta agar segera dilakukan gencatan senjata dan meminta Rusia menarik pasukan militernya.
Di sisi lain berdasarkan media Sky News yang berbasis di Inggris, diskusi antara Ukraina dan Rusia di Belarus berlangsung sulit karena pihak Rusia yang bias.
"Pihak Rusia sayangnya masih memiliki pandangan yang bias terkait proses destruktif yang mereka lakukan," terang Podolyak.
Video Tentara Rusia Disiksa Secara Sadis
Sebelumnya Pemerintah Ukraina sempat menyatakan beberapa prajurit Rusia telah berhasil ditangkap dan dijadikan tahanan perang sepanjang invasi yang terjadi sejak Kamis (24/2/2022).
Di sisi lain, pemerintah Rusia mengklaim pasukannya yang ditawan oleh Ukraina telah disiksa secara sadis.
Bahkan pemerintah Rusia mengklaim telah memantau sebuah video yang beredar di dunia maya menampilkan prajurit Rusia disiksa oleh prajurit Ukraina.
Informasi ini dikabarkan oleh media massa yang dibiayai oleh pemerintah Rusia yakni Russian Today (RT.com) pada Minggu (27/2/2022).
Juru bicara Kementerian Pertahanan Rusia, Mayjen Igor Konashenkov mengecam perlakuan prajurit Ukraina terhadap para tentara Rusia yang menjadi tahanan perang.
"Kami tahu bagaimana Nazi Ukraina memberlakukan prajurit Rusia yang ditangkap," ujar Mayjen Igor.
"Kami melihat bagaimana penyiksaan dan penganiayaan yang dilakukan sama seperti yang dilakukan oleh Nazi Jerman."
Mayjen Igor menyatakan pihak-pihak yang melakukan penyiksaan terhadap tentara Rusia akan menerima konsekuensi yang berat.
Sementara itu Mayjen Igor menegaskan akan memberlakukan para prajurit Ukraina yang menjadi tahanan perang secara layak.
"Semua yang menyerah akan dikembalikan ke keluarga mereka masing-masing," kata dia.
Mayjen Igor menyatakan pasukan Rusia telah berhasil menghancurkan 254 tank, 31 pesawat, 46 sistem peluncur roket, 103 artileri, dan 164 kendaraan militer milik Ukraina.
Namun Mayjen Igor enggan mengungkapkan secara detail berapa korban dari pihak Rusia.
Putin Sewa Tentara Bayaran
Di sisi lain, Putin disebut telah menyewa tentara bayaran untuk menghabisi nyawa Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.
Dikutip dari Sky News, info ini didapat dari sebuah sumber yang diwawancarai oleh media asal Inggris, The Times.
Terkait informasi ini, pemerintah Ukraina disebut telah menyadari adanya keberadaan tentara bayaran di negara mereka.
Respons pemerintah Ukraina adalah melaksanakan kebijakan jam malam di Kiev/Kyiv untuk menyisir agen-agen sabotase dari Rusia.
Sementara itu, tentara bayaran yang diperintahkan untuk membunuh Zelensky diketahui didatangkan dari Afrika oleh Grup Wagner, sebuah milisi swasta yang dimiliki oleh rekan dekat Putin.
Sumber yang diwawancarai The Times menyebut pada Januari 2022 lalu, ada 2-4 ribu tentara bayaran yang masuk ke Ukraina.
400 di antaranya datang dari Belarus dan memiliki tujuan ke Kiev.
Para tentara bayaran yang berada di Kiev dijanjikan oleh pemerintah Rusia bonus besar apabila bisa menghabisi nyawa Zelensky dan 23 tokoh lainnya yang menjadi target. (TribunWow.com/Anung)