Terkini Daerah
E-Parking yang Digaungkan Bobby Nasution Tak Jalan, Warga Medan Keluhkan Parkir Liar Kemahalan
Penerapan sistem parkir elektonik dengan pembayaran non tunai (E-Parking) yang digaungkan Wali Kota Medan Bobby Nasution dipertanyakan warganya.
Penulis: Afzal Nur Iman
Editor: Rekarinta Vintoko
TRIBUNWOW.COM - Penerapan sistem parkir elektonik dengan pembayaran non tunai (E-Parking) yang digaungkan Wali Kota Medan Bobby Nasution dipertanyakan warganya.
Pasalnya, di tempat yang terdapat alat E-Parking pun alat itu tidak digunakan dan masih ada preman yang memungut biaya di atas harga yang dianggap normal.
Misalnya di lokasi E-Parking yang ada di kawasan Kesawan City Walk (KCW) Jalan Ahmad Yani I, Kelurahan Kesawan, Kecamatan Medan Barat, Medan, Sumatera Utara.
Baca juga: Pengunjung Pasar di Padang Kena Bogem Gegara Tak Bayar Parkir, Polisi: Pelaku Sakit Hati
Baca juga: Viral TKW yang Karantina Kena Palak Tukang Parkir di Wisma Atlet, Pelaku Untung Rp 3 Juta per Minggu
Pengunjung yang parkir di sana tetap membayar parkir kepada preman dan diminta uang Rp 5.000.
Airin, warga medan yang menjadi pengunjung di sana mempertanyakan fungsi keberadaan alat-alat E-Parking yang disediakan pemerintah jika tidak diterapkan dengan baik.
Dirinya, mengaku mengunjungi KCW Ahmad Yani, karena tertarik dan ingin mencoba sistem non tunai yang digaungkan pemerintah Kota Medan.
"Saya iseng ingin main ke Kesawan City Walk, katanya enak nongkrong di sini, saya penasaran," katanya saat di lokasi, Minggu (5/12/2021) dikutip dari Tribun Medan.
"Saya dengar juga sistem bayarnya sudah non-tunai semua, tapi saat mau keluar dan pulang ke rumah, saya mau ambil sepeda motor, dikutip (ditagih) bayaran Rp 5.000," lanjutnya.
Dirinya mengakui bahwa tukang parkir yang ada di sana ramah dan melakukan tugas layaknya tukang parkir pada umumnya.
Namun, dia mengherankan dengan biaya parkir yang lebih tinggi dari yang tertulis atau harga wajar yang ada di sana.
Baca juga: Pendapatan Parkir Ratusan Juta Berkurang, Pria di Bogor Sewa Pembunuh Bayaran untuk Habisi Pamannya
"Setahu saya untuk sepeda motor itu paling mahal Rp 2000, ada kelas-kelas jalan yang disesuaikan dengan lapak parkirnya," ujarnya.
Meski begitu, ia tetap membayar dan tidak mempertanyakan itu kepada tukang parkir tersebut karena yakin tidak akan mendapat jawaban yang memuaskan.
"Saya heran kenapa bisa sampai semahal itu. Tapi saya tidak ingin panjang lebar dengan beliau, saya bayar saja," ucapnya.
Kekecewaan warga Medan Tambunan itu justru lebih kepada petugas dinas perhubungan (Dishub) yang terkesan membiarkan apa yang terjadi di sana.
Meski bertugas dan berada di sana, ia justru tidak melarang adanya parkir liar yang ada di sana.