Breaking News:

Virus Corona

Paxlovid dan Molnupiravir, 2 Obat yang Diklaim Bisa Kurangi Risiko Keparahan Pasien Covid-19 Pertama

Paxlovid dapat memangkas 85 persen risiko kematian dan rawat inap pasien Covid-19, sementara 50 persen bagi Molnupiravir yang akan digunakan Indonesia

Penulis: Alma Dyani Putri
Editor: Elfan Fajar Nugroho
Kompas TV
Ilustrasi obat Molnupiravir. Pakar dari Indonesia menyambut baik obat oral pertama untuk terapi Covid-19. Paxlovid yang dikembangkan Pfizer diklaim dapat memangkas 85 persen risiko kematian dan rawat inap pasien Covid-19, sementara 50 persen bagi Molnupiravir produksi Merck and Co, yang akan digunakan Indonesia. 

TRIBUNWOW.COMPfizer mengklaim pil antivirus eksperimental yang dikembangkannya untuk melawan Covid-19, mampu memangkas 89 persen risiko rawat inap hingga kematian untuk pasien dewasa, Jumat (5/11/2021).

Dilansir dari Reuters, CEO Pfizer Albert Bourla berjanji akan membuat “senjata baru” untuk melawan pandemi virus corona dan akan tersedia secara global secepat mungkin.

Hasil uji coba menunjukkan bahwa obat Pfizer berhasil melampaui molnupiravir buatan Merck and Co, yang diklaim dapat mengurangi 50 persen kemungkinan kematian atau pun kebutuhan perawatan di rumah sakit pada pasien berisiko tinggi.

Ilustrasi Virus Corona
Ilustrasi Virus Corona (sciencefocus.com)

Baca juga: Antisipasi Gelombang Ketiga Lonjakan Covid-19, Molnupiravir akan Ada di Indonesia pada Akhir Tahun

Baca juga: Ingin Obat Covid-19 Molnupiravir Bisa Diproduksi di Indonesia, Luhut dan Menkes Agendakan ke AS

Pil Pfizer yang menggunakan nama Paxlovid, diharapkan dapat memperoleh izin dari regulator Amerika Serikat (AS) pada akhir tahun ini.

Pfizer mengatakan pihaknya berencana untuk menyerahkan hasil uji coba sementara ke Badan Pengawasan Obat dan Makanan AS (FDA) sebelum 25 November.

Sementara itu, pengujian sudah dihentikan lebih awal karena tingkat keberhasilannya yang tinggi.

Presiden Joe Biden mengatakan pemerintah AS telah mengamankan jutaan dosis obat Pfizer.

“Jika disahkan oleh FDA, kami mungkin akan segera memiliki pil untuk mengobati virus pada mereka yang terinfeksi," kata Biden.

"Terapi ini akan menjadi alat baru di kotak peralatan kami untuk melindungi masyarakat dari dampak terburuk Covid-19,” tambahnya.

Pil Pfizer diberikan dengan dikombinasi bersama antivirus yang disebut ritonavir, dua kali sehari masing-masing tiga butir.

Pengembangan terapi tersebut sudah berlangsung hampir dua tahun.

Pil yang diklaim sebagai obat Covid-19 seperti dari Pfizer dan Merck sangat ditunggu-tunggu, karena saat ini pilihan yang tersedia untuk merawat pasien sangat terbatas.

Namun, data uji coba lengkap belum tersedia dari kedua perusahaan.

Diungkapkan oleh CEO Pfizer, saat ini perusahaan sedang dalam negosiasi dengan 90 negara mengenai rencana memasok Paxlovid.

"Tujuan kami adalah agar semua orang di dunia dapat memilikinya secepat mungkin," kata CEO Pfizer, Albert Bourla.

Bourla menambahkan bahwa untuk negara-negara berpenghasilan tinggi, Pfizer mengharapkan harga perawatannya mendekati harga obat Merck molnupiravir, yakni sekitar Rp 10 juta per terapi lima hari.

Sementara itu, untuk negara berpenghasilan rendah, Bourla mengatakan, Pfizer akan menawarkan sejumlah pilihan, agar “tidak ada penghalang bagi mereka juga untuk memiliki akses."

Pil molnupiravir buatan Merck sudah disetujui oleh regulator Inggris dan menjadi negara pertama yang menyetujui pil antivirus pada Kamis (4/11/2021).

Baca juga: Selain Molnupiravir, Pemerintah Jajaki 2 Jenis Obat Covid-19 untuk Digunakan di Indonesia

Baca juga: Disambut Baik di Banyak Negara, WHO Buka Suara terkait Obat Oral Pertama Covid-19 Molnupiravir

Bahkan dengan potensi yang ditawarkan oleh pil Pfizer dan Merck, mencegah infeksi Covid-19 melalui penggunaan vaksin secara luas tetap menjadi cara terbaik untuk mengendalikan pandemi.

"Vaksin akan menjadi alat paling efektif dan andal yang kita miliki dalam pandemi ini," kata profesor pediatri di Fakultas Kedokteran Universitas Stanford, Dr. Grace Lee.

"Obat oral ini akan meningkatkan kemampuan kita untuk benar-benar mengurangi risiko penyakit parah, rawat inap, dan kematian, yang sangat besar, tetapi tidak akan mencegah infeksi."

Dilansir dari AFP, pil molnupiravir disetujui oleh Inggris sebagai obat Covid-19 untuk mengobati gejala ringan hingga sedang pada penderita.

Hal tersebut diumumkan oleh regulator Inggris, yakni Badan Pengatur Obat dan Produk Kesehatan (MHRA).

"Hari ini adalah hari bersejarah bagi negara kita, karena Inggris sekarang menjadi negara pertama di dunia yang menyetujui antivirus yang dapat diminum di rumah untuk Covid-19," kata Menteri Kesehatan Sajid Javid, Kamis (4/11/2021).

Antivirus, yang disebut molnupiravir, bekerja dengan mengurangi kemampuan virus untuk bereplikasi, sehingga memperlambat penyakit.

MHRA mengatakan uji cobanya telah menyimpulkan bahwa pil tersebut "aman dan efektif untuk mengurangi risiko rawat inap dan kematian, pada penderita Covid-19 ringan hingga sedang yang berisiko lebih tinggi terkena penyakit parah".

Berdasarkan data uji klinis, obat tersebut paling efektif bila diminum selama tahap awal infeksi dan MHRA merekomendasikan agar digunakan dalam waktu lima hari sejak timbulnya gejala.

Inggris sebelumnya sudah mengumumkan bahwa mereka memesan 480 ribu dosis molnupiravir dari Merck and Co pada 20 Oktober lalu.

Sementara itu, Indonesia juga dilaporkan telah membuat kesepakatan dengan Merck and Co sebagai produsen molnupiravir dan telah mencapai tahap akhir.

Itu diungkapkan oleh Menteri Kesehatan Indonesia Budi Gunadi Sadikin, sebagaimana dikutip dari Tribunnews.com.

Budi Gunadi menyatakan sekitar 600 hingga 1 juta tablet molnupiravir akan tiba di Indonesia sebagai bentuk antisipasi gelombang ketiga Covid-19 di negara tersebut.

Direncanakan pil antivirus itu akan sampai pada Desember 2021.

"Lebih 600 sampai 1 juta tablet sementara kita beli dan tiba pada bulan Desember. Jadi mempersiapkan diri mudah-mudahan tidak terjadi tapi kalau terjadi sengaja kita punya stok obatnya dulu tapi jangka menengah," kata Budi Gunadi dalam Rapat Kerja bersama Komisi IX DPR RI, Senin (8/11/2021).

Di sisi lain, Budi Gunadi juga mengungkapkan harga obat Covid-19 tersebut direncanakan akan berkisar di bawah Rp 1 juta.

"Antara 40 sampai 50 US dolar jadi tidak terlalu mahal di bawah satu juta," ujarnya.

Disebutkan olehnya, obat molnupiravir diperuntukkan bagi pasien Covid-19 dengan gejala ringan hingga sedang.

"Hasil uji klinis di luar negeri, pasien yang diberikan obat ini 50 persen bisa tidak masuk ke rumah sakit," kata Budi Gunadi.

Pemberian pil molnupiravir akan dilakukan selama lima hari, dan dalam sehari harus diminum sebayak delapan tablet.

Sehingga, seorang pasien bergejala Covid-19 ringan hingga sedang membutuhkan 40 tablet. (TribunWow.com/Alma Dyani P)

Berita terkait Virus Corona lain

Tags:
Virus CoronaCovid-19PaxlovidMolnupiravirPfizer
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA
KOMENTAR

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved