Terkini Internasional
Kirim Meme Anjing Bertopi Polisi dalam Obrolan Grup, Pria di China Ditahan seusai Dianggap Menghina
Seorang pria China ditahan seusai kedapatan mengunggah meme anjing bertopi polisi dalam obrolan grup yang kemudian dianggap menghina pihak berwenang.
Penulis: Alma Dyani Putri
Editor: Elfan Fajar Nugroho
TRIBUNWOW.COM – Pihak berwenang China diduga telah menahan seorang pria selama sembilan hari, seusai membagikan meme yang dianggap menghina kepolisian.
Dilansir dari The Independent, pria itu hanya diidentifikasi dengan nama marganya saja, yakni Li, seorang warga Qingtongxia, di wilayah Ningxia, China.
Li diduga membagikan meme di aplikasi pesan singkat WeChat, sebuah layanan pesan suara dan teks telepon seluler yang dikembangkan oleh Tencent di China.

Baca juga: Badan Intelijen AS Akui Ragu Bisa Identifikasi Asal-usul Covid-19, China Sebut Lelucon Politik
Baca juga: Wabah Covid-19 Meningkat, China Lockdown 4 Juta Warga di Kota Lanzhou, Perintahkan Tinggal di Rumah
Media pemerintah China, The Paper melaporkan meme tersebut dikirimkan dalam grup obrolan berisi orang-orang yang mengkritik tindakan pencegahan dan pengendalian Covid-19 lokal terbaru di negara itu.
“Meme itu menunjukkan seekor anjing bertopi polisi, memegang lencana polisi dan menunjuk ke kamera,” tulis The Paper.
Kepolisian Ningxia telah meluncurkan penyelidikan terhadap 330 anggota grup obrolan tersebut.
Itu dilakukan menyusul pengaduan yang mereka terima bahwa sebuah meme yang menghina polisi sudah dibagikan di media sosial.
Li kemudian dipanggil ke kantor polisi setelah diketahui bahwa pria itu tidak puas dengan aturan pembatasan Covid-19 yang diberlakukan pemerintah.
Pihak berwenang mengatakan, Li mengakui telah melakukan penghinaan sebagaimana dituduhkan.
Selanjutnya, dia dijatuhi hukuman sembilan hari penahanan.
Disebutkan bahwa keputusan itu diambil karena postingan Li dinilai memicu pertengkaran dan memprovokasi masalah.
Penangkapan atas Li, lantas memicu kemarahan di media sosial.
Banyak pengguna memprotes aksi kepolisian tersebut karena menilai tindakan Li tidak seharusnya dijatuhi hukuman.
Di sisi lain, menyusul banyaknya pihak yang merasa tidak senang dengan aturan ketat anti-virus corona yang diberlakukan pemerintah, departemen kepolisian Qingtongxia telah memutuskan untuk mengambil kebijakan “tanpa toleransi” terhadap mereka yang menghina petugas.
Media pemerintah melaporkan hal itu dilakukan untuk mempertahankan martabat hukum kepolisian.
China beberapa pekan ini, mengambil langkah-langkah ketat untuk menahan laju pertumbuhan Covid-19 menjelang Olimpiade Musim Dingin yang dijadwalkan digelar pada Februari mendatang.
Pemerintah memberlakukan penguncian ketat di beberapa wilayah, membatasi perjalanan hingga melakukan pengujian massal.
Pihak berwenang pada Minggu (31/10/2021), menahan sementara ribuan pengunjung di Disneyland Shanghai.
Setidaknya 33.863 orang harus melakukan pengujian Covid-19 massal, seusai seorang wanita yang mengunjungi lokasi sehari sebelumnya, telah dinyatakan positif virus corona.
Pemerintah juga memberlakukan penguncian selama berjam-jam di sebuah sekolah dasar di Beijing setelah seorang guru tertular Covid-19.
Dilansir dari The Guardian, anak-anak berusia tujuh tahun di sekolah tersebut tidak diperbolehkan pulang sebelum melakukan tes virus corona.
Baca juga: 34 Ribu Pengunjung Shanghai Disneyland Lakukan Tes Covid-19 seusai Penemuan 1 Wisatawan Positif
Baca juga: Kembali Tertinggal dari China hingga India, Misi Peluncuran Roket Luar Angkasa Korea Selatan Gagal
Media lokal melaporkan sekolah di distrik Chaoyang itu ditutup segera pada Senin (1/11/2021) sore.
Para orangtua dipanggil ke sekolah tetapi mereka menghabiskan berjam-jam berkumpul di luar gerbang, menunggu informasi tentang anak-anak mereka yang ditahan sementara di dalam.
Menurut laporan, otoritas sekolah mengatakan semua anak sedang diuji dan beberapa harus tetap di sana semalaman.
Sesaat sebelum tengah malam, kepala sekolah muncul dan menyuruh orangtua untuk pulang.
Dia meminta mereka mengemas pakaian untuk anak-anaknya serta membawanya ke sekolah pada keesokan paginya.
Setidaknya beberapa anak disebutkan akan dikirim ke fasilitas karantina terpusat selama 14 hari dan dapat didampingi oleh satu anggota keluarga.
“Orangtua benar-benar cemas,” kata satu di antara pengguna media sosial Weibo.
“Yang paling menakutkan ketika virus menyebar di tempat-tempat padat penduduk seperti sekolah, rumah sakit, militer, dan penjara. Saya harap anak-anak akan selamat,” tambahnya.
Pihak berwenang juga menutup 16 sekolah lain di Chaoyang karena anggota staf pergi ke pusat vaksinasi, bersamaan dengan guru yang kemudian dinyatakan positif tersebut.
Beberapa warga China mengeluhkan ketatnya aturan pembatasan yang diberlakukan pemerintah.
Meskipun banyak pihak mendukung upaya negara untuk menjaga tingkat infeksi agar lebih rendah dari negara lain, tetapi ada rasa frustrasi yang muncul karena kegigihan pemerintah yang masih menggunakan strategi nol-Covid. (TribunWow.com/Alma Dyani P)
Berita terkait China lain