Breaking News:

Virus Corona

Gula Darah Tinggi Tingkatkan Risiko Keparahan Covid-19, Bahkan pada Pasien Non-Diabetes

Seperti diketahui bahwa pasien diabetes mengalami peradangan kronis ketika gula dalam darahnya naik. 

Penulis: Afzal Nur Iman
Editor: Lailatun Niqmah
AFP via News18
Ilustrasi Diabetes. Disebutkan jika pasien Covid-19 rentan sakit parah jika kadar gula dalam darahnya tinggi. 

TRIBUNWOW.COM - Studi yang mengamati 200 pasien Covid-19 dengan hiperglikemia atau kenaikan gula darah, yang dilakukan tim Kedokteran Universitas Michigan menyimpulkan bahwa tingkat kadar gula dalam darah berpengaruh terhadap tingkat keparahan pasien Covid-19

Penelitian ini diambil setelah penelitian sebelumnya yang menyebut bahwa pendetira diabetes memiliki risiko tinggi mengalami sakit parah akibat Covid-19 karena gula darah yang tidak terkontrol. 

“Berdasarkan pengamatan awal pasien kami, mereka yang memiliki salah satu kondisi yang sudah ada sebelumnya berisiko tinggi membuat disfungsi pernapasan yang disebabkan oleh virus menjadi jauh lebih buruk, berpotensi mengakibatkan kematian,” kata penulis pertama Roma Gianchandani, MD, seorang profesor penyakit dalam di divisi Metabolisme, dikutip dai situs Michigan Medicine.

Baca juga: Ini 4 Kelompok Orang yang Disarankan CDC Mendapat Vaksin Covid-19 Dosis Ketiga di AS

Baca juga: Sakit Kepala Jadi Urutan Teratas Gejala Covid-19, Ini Tips Meredakannya saat Isolasi Mandiri

Para peneliti menduga itu adalah diabetes tingkat rendah, atau sifat inflamasi dan hiperglikemia yang memicu gelombang inflamasi virus, mengakibatkan resistensi insulin dan hiperglikemia berat.

Seperti diketahui bahwa pasien diabetes mengalami peradangan kronis ketika kadar gula dalam darahnya tinggi. 

Hal itu dianggap yang berpengaruh terhadap keparahan karena ketika terpapar Covid-19 berpotensi terjadinya peradangan tingkat tinggi di dalam tubuh. 

“Ketika tubuh menjadi meradang, itu memicu respons imun abnormal yang alih-alih hanya menyerang virus, memengaruhi sel dan jaringan sehat tubuh lainnya, yang menyebabkan penurunan kesehatan yang cepat,” katanya.

Bagi pasien diabetes itu sendiri, tingkat keparahan bukan hanya disebabkan karena peradangan kronis, tetapi berbagai komplikasi lainnya yang bisa terjadi.

Dalam kondisi yang parah, pasien ini berada pada peningkatan risiko ventilasi mekanis, terapi penggantian ginjal karena gagal ginjal.

Selain itu mereka membutuhkan obat yang dikenal sebagai vasopresor untuk menghentikan tekanan darah rendah yang berbahaya atau steroid untuk memerangi sindrom gangguan pernapasan akut.

Baca juga: Penderita Diabetes Bisa Isolasi Mandiri saat Terpapar Covid-19, Ini 3 Hal yang Perlu Diperhatikan

“Semua komplikasi ini membuat manajemen gula darah menjadi lebih sulit, tetapi tim kami yakin bahwa manajemen ini penting untuk mencegah komplikasi yang menyebabkan rawat inap berkepanjangan, atau morbiditas,” kata Gianchandani.

“Sebuah penelitian baru-baru ini telah menunjukkan ada korelasi antara gula darah yang terkontrol dengan baik dan tingkat penanda inflamasi yang lebih rendah.”

Tim peneliti juga menyebut tenga mengembangkan alat untuk mengidentifikasi dan mengelola gula darah tinggi pada pasien Covid-19.

Harapannya alat tersebut bisa menempatkan mereka ke dalam kategori risiko tertentu yang melihat tingkat keparahan hiperglikemia. 

Ini juga bisa digunakan bagi pasien non diabetes dengan kadar gula darah tinggi atau disebut pra-diabetes, dan penderita obesitas. 

Di sisi lain, sebuah penelitian dari Pusat Medis Downstate Universitas Negeri  News York, Amerika Serikat juga mengungkap seberapa besar tingkat risiko bagi orang yang kadar gula darahnya sedang tinggi saat terinfeksi Covid-19

Temuan mereka menunjukkan bahwa orang yang dirawat di rumah sakit dengan Virus Corona dan kadar gula darah tinggi lebih mungkin dirawat di unit perawatan intensif atau membutuhkan mesin pernapasan.

Selain itu, orang-orang itu juga lebih mungkin mengembangkan masalah ginjal atau meninggal.

Tingkat kematian Covid-19 'empat kali lebih tinggi' di antara mereka yang menderita diabetes dan hiperglikemia yang belum menerima vaksin. 

Mendapat vaksin diyakini bisa menurunkan secara signifikan risiko itu.

Dr Samara Skwiersky, seorang dokter residen penyakit dalam di Pusat Medis Downstate Universitas Negeri New York (SUNY), mengatakan bahwa pasien dengan hiperglikemia terlepas dia diabetes atau tidak membutuhkan pengawasan yang ketat.

“Pasien Covid-19 yang datang ke rumah sakit dengan hiperglikemia memerlukan pengamatan lebih dekat, karena mereka cenderung memerlukan terapi yang lebih agresif,” katanya.

Penelitian ini melibatkan lebih dari 708 orang, dengan setengah dari mereka memiliki riwayat diabetes tipe 1 atau tipe 2.

Para peneliti mempelajari kadar glukosa darah mereka saat masuk ke rumah sakit.

Pedoman merekomendasikan penderita diabetes yang dirawat di rumah sakit harus menjaga kadar glukosa darah antara 140 dan 180 miligram per desiliter (mg/dL).

Tetapi tim peneliti menemukan orang-orang yang kadarnya melebihi 140 memiliki peluang 2,4 kali lipat untuk masuk ICU dan membutuhkan bantuan pernapasan.

Mereka yang lebih tinggi dari 180 mg/dL memiliki kemungkinan dua kali lipat peningkatan kematian di rumah sakit.

 “Hasil dari penelitian kami menegaskan kembali pentingnya pemantauan glukosa darah secara teratur pada pasien yang dirawat di rumah sakit dengan Covid-19, bahkan tanpa diagnosis diabetes sebelumnya," jelasnya.

“Pemantauan glukosa yang lebih sering dan pengobatan dengan terapi insulin ke nilai glukosa target kurang dari 140 mg/dL dapat meningkatkan hasil pada pasien ini.” (Tribunwow.com/Afzal Nur Iman)

Baca Artikel Terkait Covid-19 Lainnya

Tags:
Diabetesgula darahKadar Gula DarahVirus CoronaCovid-19
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved