Pembunuhan di Subang
Ikut Olah TKP Kasus Subang, Kades Ungkap Perlakuan Pelaku pada Korban, Kalung Amalia Jadi Petunjuk
Dia menyebut pihak kepolisian menemukan kalung Amalia yang jadi petunjuk dugaan perlakuan pelaku kepada korban.
Penulis: Afzal Nur Iman
Editor: Lailatun Niqmah
TRIBUNWOW.COM - Kepala Desa Jalancagak, Subang, Jawa Barat, Indra Zainal Alim, menyebut dirinya ikut pihak kepolisian saat melakukan olah TKP kasus pembunuhan ibu dan anak di desanya.
Dia menyebut pihak kepolisian menemukan kalung Amalia yang jadi petunjuk dugaan perlakuan pelaku kepada korban.
"Dari sana (pintu belakang) diperkirakan diseret sampai ke sini ke garasi," katanya dalam program AIMAN yang tayang di Youtube Kompas TV pada Selasa (28/9/2021).
Baca juga: Masuk Hari ke-50 Kasus Subang, Yosef Lakukan Ini Bersama Keluarga, Sampaikan Pesan Menyentuh
Baca juga: Merasa Disudutkan Publik soal Kasus Subang, Pengacara Yosef Singgung Kondisi Psikologis Kliennya
Indra mendampingi pihak kepolisian karena kapasitasnya sebagai kepala desa dan juga masih menjadi keluarga korban.
Tepatnya dia adalah sepupu dari Tuti Suhartini (55) yang dengan anaknya Amalia Mustika Ratu (23) menjadi korban dalam kasus ini.
Melanjutkan ceritanya, dia mengatakan bahwa ketika polisi tiba di lokasi, suami Tuti, Yosef tiba di lokasi sekitar pukul 07.00 WIB, kondisi rumah tersebut sudah berantakan dan berceceran darah.
Selain kalung, darah itu juga yang menguatkan bahwa Amalia diduga diseret dari pintu belakang menuju garasi tempat mobil Alphard diparkir.
Untuk diketahui, jasad Tuti dan Amalia ditemukan di bagasi mobil Alphard milik Tuti yang terparkir di rumah tersebut.
"Di sini juga masih penuh darah waktu itu, bekas darah seretan itu, kemudian ditemukan kalung milik almarhumah Amalia tepat di sebelah sini (menunjuk jalur perkiraan jenazah diseret)," katanya.
Indra juga menyebut bahwa ada keterangan saksi yang mengatakan melihat mobil tersebut sempat dikendarai pelaku.
Baca juga: Kasus Pembunuhan di Subang Semakin Pelik, Pengacara Ungkap Kondisi Terkini Yosef: Luar Biasa Efeknya
Saksi menyebut jika mobil Alphard itu keluar dari rumah TKP sekitar pukul 06.00 WIB.
"Pada waktu itu ada saksi mata yang melihat mobil Alphard di pinggir jalan sini (menunjuk di luar halaman rumah korban), keluar dari sini (halaman rumah)" katanya.
"Ada yang bawa, cuma agak tertutup kacanya, dan akhirnya mobil tersebut kembali lagi," katanya.
Saat pertama kali ditemukan mobil Alphard itu terparkir secara tidak beraturan di parkiran rumahnya.
Keterangan Indra bisa disimak sejak menit awal:
Untuk diketahui, kasus ini bermula sejak jasad kedua korban yaitu Tuti Suhartini (55) dan Amalia Mustika Ratu (23) ditemukan di rumahnya di Desa Jalancagak, Subang, Jawa Barat pada Rabu (18/8/2021).
Suami Tuti, Yosef merupakan orang pertama yang datang ke TKP dan menemukan rumahnya sudah dalam keadaan berantakan dan berceceran darah.
Dia kemudian melaporkan ke polisi di Mapolsek Jalancagak karena mengira ada perampokan di rumahnya.
Selain menghubungi polisi, diketahui dia juga menghubungi anaknya Yoris, dan kakak Tuti, Lilis.
Polisi kemudian menemukan jasad tersebut bertumpuk di dalam bagasi sebuah mobil yang terparkir di TKP.
Pihak kepolisian menyimpulkan bahwa kasus ini merupakan kasus pembunuhan berencana, karena hampir tidak ada barang berharga yang hilang di TKP.
Hanya ponsel Amalia yang diketahui hilang dan hingga kini tidak diketahui keberadaannya.
Ada dugaan jika pelaku merupakan kerabat dekat korban.
Dugaan jika pelaku orang dekat korban berdasarkan kesimpulan dari tidak ada barang berharga yang hilang di TKP dan pintu rumah korban juga tidak ditemukan tanda-tanda kerusakan
Autopsi Ulang
Hampir 50 hari kasus pembunuhan ibu dan anak di Subang, Jawa Barat, polisi masih terus berusaha mengungkap kasus tersebut.
Pada Sabtu (2/10/2021), pihak kepolisian diketahui membongkar makam Tuti dan Amalia yang merupakan korban pembunuhan tersebut untuk melakukan autopsi ulang.
Kabid Humas Polda Jawa Barat, Kombes Pol Erdi A Chaniago, menyebut autopsi ulang dilakukan demi mencari tahu sejumlah hal seperti senjata yang digunakan pelaku pembunuhan tersebut.
"Ya itu kita mencari apakah luka korban tersebut berasal dari benda tumpul atau benda tajam, terus kemudian untuk waktu-waktu kematiannya, nah itu dari hasil autopsi pasti kita temukan waktu-waktu kematiannya, katanya, dikutip dari kanal Kompas TV yang diunggah pada Senin (4/10/2021).
Selain itu, dari autopsi ulang yang dilakukan pihak kepolisian, reka adegan pembunuhan tersebut juga kemungkinan bisa diketahui.
"Terus kemudian, ya mungkin saja dari hasil autopsi kemarin bisa kita temuka juga apa ada lebam, luka mayat dan sebagainya, kemudian kematian korban ini diduga apakah ada perlawanan atau tidak," katanya.
Autopsi dilakukan di Tempat Pemakaman Umum Istuning, Desa Jalancagak.
Di lokasi tersebut, diketahui polisi mendirikan tenda berukuran 3x3 meter untuk melakukan tugasnya.
Proses pembongkaran makam hingga mengembalikan jasad ke makam berlangsung dari pukul 14.00 WIB hingga 17.00 WIB atau sekitar tiga jam.
Disinggung awak media soal hasil autopsi kedua jasad tersebut, Erdi memberikan penjelasan bahwa hasil tersebut menjadi konsumsi internal penyidik.
"Enggak, enggak bisa (dipublikasikan), hanya untuk kepentingan penyidik," ujar Erdi A Chaniago saat dihubungi, Senin (4/10/2021), dikutip dari Tribun Jabar.
Dia menyebut bahwa proses autopsi tidak berhenti sampai apa yang dilakukan di sekitar makam korban.
Hasil autopsi di lokasi akan dibawa ke laboratorium untuk dilakukan pemeriksaan lanjutan guna mencari kesesuaian penyebab kematian dengan bukti dan petunjuk baru.
"Mereka mengevaluasi dan menganalisis untuk melakukan tindakan ke depannya disesuaikan hasil dari autopsi itu," katanya.
Sayangnya Erdi juga enggan menjelaskan lebih detail terkait penemuan baru apa yang kini dimiliki pihak kepolisian.
"Itu hanya untuk konsumsi penyelidikan. Iya tentu saja (untuk ungkap pelaku)," ucapnya.
Dia menjelaskan apa yang ingin diketahui penyidik adalah kesesuaian dengan petunjuk baru yang ditemukan pihak kepolisian.
Misalnya terkait luka di tubuh korban agar bisa diketahui dugaan kronologi kejadian secara lebih scientifik.
“Kita lakukan autopsi lagi, karena kita sedang mencari kesesuaian antara bukti dan petunjuk yang telah kita temukan yang baru dengan penyebab kematian," jelasnya.
Ini merupakan autopsi kedua setelah sebelumnya, autopsi pernah dilakukan di RS Sartika Asih Bandung.
Keterangan Erdi bisa disimak dalam video di bawah ini:
(Tribunwow.com/Afzal Nur Iman)