Terkini Internasional
Pembawa Acara Televisi di Tunisia Ditahan seusai Kritik Presiden dan Sebut sebagai Pengkhianat
Sebut Presiden Tunisia, Kais Saied sebagai pengkhianat, pembawa acara ditangkap atas tuduhan berkonspirasi melawan keamanan dan menghina militer
Penulis: Alma Dyani Putri
Editor: Rekarinta Vintoko
TRIBUNWOW.COM – Kepolisian Tunisia menangkap seorang anggota parlemen dan pembawa acara televisi yang telah mengkritik presiden negara itu, Kais Saied, pada Minggu (3/10/2021).
Hal itu diungkapkan oleh pengacara keduanya, Samir Ben Omar.
Dikutip dari Reuters, Samir Ben Omar menyatakan pengadilan militer Tunisia telah memerintahkan penangkapan atas kedua kliennya.

Baca juga: Ribuan Pedofil Ditemukan di Gereja Katolik Prancis Lecehkan Anak, Hasil Penyelidikan Segera Rilis
Baca juga: Pandora Papers Ungkap Kekayaan Rahasia Para Pemimpin Dunia, Libatkan Puluhan Negara
Keduanya dituduh berkonspirasi melawan keamanan negara dan menghina militer Tunisia setelah muncul dalam sebuah program yang disiarkan di stasiun televisi Zaytouna.
Dalam program tersebut, pembawa acara Zaytouna, Ameur Ayed, dan anggota parlemen, Aloui Abdellatif, mengecam keras Presiden Tunisia Kais Saied dan menyebutnya seorang pengkhianat.
Kepolisian dan militer belum memberikan komentar terkait kasus tersebut.
Presiden Kais Saied telah menangguhkan parlemen, mencabut kekebalan anggotanya dan mengambil alih kekuasaan eksekutif pada 25 Juli 2021.
Dia juga sempat mengatakan bulan lalu, dia akan mengabaikan sebagian besar konstitusi Tunisia dan memerintah negara dengan dekrit untuk periode waktu yang belum ditentukan.
Intervensi yang dilakukan Saied awalnya disambut oleh banyak warga Tunisia, setelah negara itu selama bertahun-tahun mengalami stagnasi ekonomi dan kelumpuhan politik.
Namun, muncul keraguan atas pencapaian demokrasi Tunisia sejak revolusi 2011 yang mengakhiri pemerintahan otokratis dan memicu gelombang Arab Spring.
Saied menegaskan tidak akan menjadi pemimpin diktator.
Dia juga berjanji menegakkan hak dan kebebasan di Tunisia.
Langkah Saied mendapat kecaman dari partai oposisi dan dianggap sebagai kudeta yang mengancam demokrasi Tunisia.
Sementara, Saied menyebut apa yang dilakukannya hanya untuk menyelamatkan negara dari masalah keuangan dan penanganan pandemi Covid-19 yang buruk.
Dilansir dari Al Jazeera, ekonomi dan perpolitikan di Tunisia diperparah oleh kebijakan lockdown yang memicu peningkatan kemiskinan pada tahun lalu.
Di sisi lain, kampanye vaksinasi di negara itu juga berjalan lambat sementara aksi protes berkembang di berbagai daerah.
Banyak orang Tunisia menyalahkan dampak pandemi Covid-19 itu pada elit politik yang korupsi dan mementingkan diri sendiri.
Kemudian, mereka melihat Saied, seorang independen yang terpilih sebagai presiden pada 2019, sebagai sosok yang membela rakyat Tunisia.

Baca juga: Pesawat Hantam Gedung di Milan dan Terbakar, 6 Penumpang Tewas, Termasuk Orang Terkaya di Rumania
Ribuan pendukung Saied berunjuk rasa di ibu kota Tunis untuk menunjukkan dukungan mereka atas intervensi dan penangguhan parlemen pada Minggu (3/10/2021).
Demonstrasi telah diadakan dua kali selama dua minggu terakhir.
Aksi itu dilakukan sebagai tanggapan atas protes yang berkembang melawan tindakan Saied selama menjabat.
Para demonstran mengibarkan bendera Tunisia dan membawa plakat yang mencerca Ennahdha, partai terbesar di parlemen dan telah menjadi pengkritik utama Saied.
“Kami meminta presiden membubarkan parlemen dan meminta pertanggungjawaban mereka yang membuat rakyat menderita selama satu dekade,” kata Salem Ajoudi, salah satu demonstran.
Sementara itu, pemrotes lain, Adel Chemli, mengatakan Presiden Saied adalah orang yang tepat untuk memimpin Tunisia agar bisa segera keluar dari krisis saat ini.
“Hari ini adalah hari bersejarah. Ini adalah pertama kalinya mayoritas rakyat bersama presiden mereka," kata Chemli.
"Saya telah mengenal Saied selama 40 tahun. Saya berada di fakultas hukum bersamanya, saya datang dari Kanada untuk mendukungnya. Saya hampir 60 tahun, saya melakukan ini untuk anak muda demi masa depan mereka,” tambahnya. (TribunWow.com/Alma Dyani P)
Berita Terkini Internasional lain