Breaking News:

Pembunuhan di Subang

Autopsi Ulang Kasus Subang, Polisi Libatkan Ahli dari Polda Jateng: Polwan Pertama Dokter Forensik

Hasrty terlihat mengunggah Instastory yang memperlihatkan suasana di sekitar makam korban, di Tempat Pemakaman Umum Istuning, Desa Jalancagak

Penulis: Afzal Nur Iman
Editor: Elfan Fajar Nugroho
(KOMPAS/ P RADITYA MAHENDRA YASA)
Ahli Forensik Polri dr Sumy Hastry Purwanti Spf. Kini dirinya menjabar sebagai Kabid Dokkes Polda Jateng, dan terlibat dalam autopsi ulang kasus Subang pada Sabtu (2/10/2021). 

TRIBUNWOW.COM - Kabid Dokkes Polda Jawa Tenggah (Jateng) Kombes Pol Sumy Hastry Purwanti terlihat hadir saat proses autopsi ulang jasad Tuti Suhartini (55) dan Amalia Mustika Ratu (23) yang jadi korban pembunuhan di Subang, Jawa Barat.

Hastry terlihat mengunggah Instastory yang memperlihatkan suasana di sekitar makam korban, di Tempat Pemakaman Umum Istuning, Desa Jalancagak, Kabupaten Subang. 

Baca juga: Kades Jalancagak Ungkap Alasan Yosef Minta Surat Ahli Waris terkait Kasus Pembunuhan Subang

Baca juga: Yakin Pembunuhan Ibu dan Anak di Subang Terungkap, Ini Keterangan Ahli Forensik soal Autopsi Korban

"Ini lagi selesai nih, TKP Subang, pasti terungkap," katanya lewat Instagram miliknya @hastry_forensik, diunggauh Minggu (3/10/2021),

"Demi kemanusiaan, almarhumahnya menunggu," lanjutnya. 

Autopsi ulang itu sendiri dilakukan pada Sabtu (2/10/2021), segala proses di lokasi dilakukan secara tertutup.

Proses pembongkaran hingga pengembalian kedua jasad ke makamnya sendiri berlangsung selama tiga jam antara pukul 14.00 WIB hingga pukul 17.00 WIB. 

Dari unggahan Hastry diketahui bahwa proses autopsi masih akan dilanjutkan di lain tempat. 

Dilansir dari Kompas.com, diketahui bahwa Hasrty merupakan polwan pertama yang menjadi dokter forensik. 

Hastry menekuni bidang forensik karena mendapat saran dari Kepala Satuan Reserse Kriminal Poltabes Semarang Ajun Komisaris Purwo Lelono.

”Ketika mendapat saran itu, saya termotivasi karena keahlian forensik ketika itu belum dimiliki polwan lain. Saya adalah polwan pertama yang menjadi dokter forensik,” katanya dalam Kompas Edisi 2015.

Ketua Bidang Kedokteran dan Kesehatan Polda Jawa Tengah Kombes Pol dr Sumy Hastry Purwanti, yang juga ikut dalam autopsi ulang pada kasus tersebut menyampaikan jika kasus pasti terungkap, Minggu (3/10/2021).
Ketua Bidang Kedokteran dan Kesehatan Polda Jawa Tengah Kombes Pol dr Sumy Hastry Purwanti, yang juga ikut dalam autopsi ulang pada kasus tersebut menyampaikan jika kasus pasti terungkap, Minggu (3/10/2021). (Instagram/@hastry_forensik)

Sejak saat itu, Sumi bergabung dalam berbagai operasi tim Identifikasi Korban Bencana atau Disaster Victim Identification (DVI) Polri.

Tugas pertamanya ialah mengidentifikasi korban bom Bali I pada tahun 2002.

Sumi Hastry kemudian melanjutkan studi kedokteran forensik di Universitas Diponegoro antara tahun 2002-2005.

Baca juga: Kades Jalancagak Ungkap Alasan Dampingi Yoris dan Danu saat Pemeriksaan Kasus Subang: Saya Khawatir

Hastry juga diketahui terus menjalani pendidikan untuk mengasah kemampuannya seperti mengikuti kursus DVI di Singapura pada 2006, kursus DNA di Malaysia (2007) dan kursus identifikasi luka ledakan di Perth, Australia (2011).

Hastry juga pernah mengikuti sejumlah pertemuan ahli forensik dunia untuk mewakili Indonesia.

Kata-katanya yang terkenal adalah terkait akurasi identitas jenazah ketika autopsi.

”Saya lebih memilih tidak mengidentifikasi jenazah dibandingkan melakukan identifikasi yang salah,” kata dia.

Hastry menyebutkan, kendala Tim DVI Indonesia terletak pada keinginan pihak keluarga atau pemerintah untuk segera mengetahui hasil identifikasi dalam waktu singkat.

"Ada dugaan, kami mempersulitlah. Padahal, semua membutuhkan proses agar hasil identifikasi kami dapat dipertanggungjawabkan," ujarnya.

Diketahui dia juga terlibat dalam beberapa kasus penting seperti:

Mengidentifikasi korban bom Kedutaan Besar Australia di Jakarta (2004), kecelakaan pesawat Mandala di Medan (2005), dan bom Bali II (2005).

Gempa bumi Yogyakarta (2006), bom Hotel JW Marriott, Jakarta (2009), identifikasi jenazah teroris Noordin M Top (2009), gempa bumi Padang, Sumatera Barat (2009), dan kecelakaan pesawat Sukhoi SSJ-100 di Gunung Salak, Bogor, Jawa Barat (2012).

Proses Autopsi di Lokasi

Ini merupakan autopsi kedua setelah ebelumnya, autopsi pernah dilakukan di RS Sartika Asih Bandung setelah kedua korban ditemukan tewas.

Terlihat polisi mendirikan tenda kotak untuk ukuran sekitar 3x3 yang membuat prosesnya nya tidak bisa terlihat dari luar tenda. 

Proses autopsi ulang dilakukan secara tertutup. 

Saat proses pembongkaran makam juga tidak terlihat ada keluarga yang menyaksikannya. 

Bahkan penggali kubur juga tidak diperkenankan melihat apa yang dilakukan pihak kepolisian. 

Tukang gali kubur setempat yang membantu polisi, Waryana, menyebut proses penggalian makam hingga kedua jasad itu dikembalikan ke makam tidak berlangsung lama.

"Autopsinya pertama gali jam 2, selesai kira-kira setengah tiga, yang ibunya terus anaknya," ucap Waryana saat di lokasi, dikutip dari Tribun Jabar. 

Dia dan bersama lima orang lainnya ditugaskan untuk menggali makam dan memakamkan kembali kedua jasad korban. 

Proses yang dimulai sekitar pukul 14.00 WIB itu selesai pada pukul 17.00 WIB untuk kedua jenazah, atau sekitar tiga jam.

"Bu Tuti yang pertama, yang kedua anaknya, satu-satu, sudah selesai ibunya langsung dikubur lagi, lalu menggali makam anaknya langsung," katanya.

Waryana mengatakan jika prosesi autopsi tersebut berjalan tertutup. 

Kepada wartawan, Waryana menceritakan bagaimana kondisi jasad Tuti dan Amalia. 

"Kondisinya sudah membusuk dan mengeluarkan bau menyengat,"

Untuk diketahui, kasus ini bermula sejak jasad kedua korban yaitu Tuti Suhartini (55) dan Amalia Mustika Ratu (23) ditemukan di rumahnya di Desa Jalancagak, Subang, Jawa Barat pada Rabu (18/8/2021). 

Suami Tuti, Yosef merupakan orang pertama yang datang ke TKP dan menemukan rumahnya sudah dalam keadaan berantakan dan berceceran darah. 

Dia kemudian melaporkan ke polisi di Mapolsek Jalancagak karena mengira ada perampokan di rumahnya. 

Selain menghubungi polisi, diketahui dia juga menghubungi anaknya Yoris, dan kakak Tuti, Lilis. 

Polisi kemudian menemukan jasad tersebut bertumpuk di dalam bagasi sebuah mobil yang terparkir di TKP.

Pihak kepolisian menyimpulkan bahwa kasus ini merupakan kasus pembunuhan berencana, karena hampir tidak ada barang berharga yang hilang di TKP. 

Hanya ponsel Amalia yang diketahui hilang dan hingga kini tidak diketahui keberadaannya. 

Akses masuk ke rumah TKP juga tidak ada tanda-tanda kerusakan.

Ada dugaan bahwa pelakunya adalah orang dekat korban. (Tribunwow.com/Afzal Nur Iman)

Baca Artikel Terkait Pembunuhan di Subang Lainnya

Artikel ini diolah dari Kompas.com yang berjudul Mengenal Sumi Hastry Purwanti, Polwan Pertama yang Jadi Dokter Forensik dan Tribun Jabar yang berjudul  Autopsi Ulang Mayat Tuti dan Amalia, Penggali Kubur: Diminta Keluar dari Tenda, tak Boleh Lihat

Sumber: Kompas.com
Tags:
Pembunuhan di SubangPolda JatengSumy Hastry PurwantiTuti SuhartiniAmalia Mustika Ratu
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved