Terkini Internasional
Tuai Kritik Warga hingga Pakar, China Bunuh 3 Kucing Peliharaan seusai Positif Virus Covid-19
Tiga kucing peliharaan di China dibunuh tanpa persetujuan, setelah positif Covid-19 dan dikhawatirkan membahayakan. Warga dan pakar beri kritik.
Penulis: Alma Dyani Putri
Editor: Rekarinta Vintoko
TRIBUNWOW.COM - Pihak berwenang di China membunuh tiga kucing peliharaan seusai dinyatakan positif virus Covid-19, hingga memicu kritik keras masyarakat setempat dan para ahli.
Dilansir dari South China Morning Post, kucing itu milik seorang wanita pasien Covid-19 bermarga Liu, yang dikonfirmasi tinggal di Harbin, China.
Liu tertular virus Covid-19 pada 21 September lalu dan dirawat di rumah sakit sehingga harus meninggalkan kucingnya di rumah dengan tetap menyediakan stok makanan dan air.

Baca juga: China Bayar Pasangan di Desa untuk Punya Banyak Anak, Langkah Hadapi Krisis Demografi
Baca juga: Ilmuwan China Sebut Kemungkinan Besar Covid-19 Sudah Menyebar di AS sebelum Kasus Pertama di Wuhan
Pekerja sosial komunitas juga membantunya merawat kucing-kucing tersebut, kata The Beijing News melaporkan.
Liu kemudian menerima pemberitahuan dari pekerja komunitas itu, bahwa kucingnya telah dinyatakan positif Covid-19 pada Senin (27/9/2021).
“Karena tidak ada contoh perawatan kucing sebelumnya, mereka ingin membunuh kucing itu dan ingin saya memberi mereka izin tertulis, saya tidak setuju,” kata Liu.
Dia ingin kucingnya bisa menerima perawatan.
Pekerja komunitas mengatakan kepada surat kabar bahwa tidak ada perawatan profesional yang tersedia untuk hewan dan mereka memberi tahu Liu bahwa kucingnya akan di-eutanasia atau diberikan suntikan untuk ‘ditidurkan’.
Terlepas dari penolakan Liu, tiga kucing miliknya ‘ditidurkan’ pada Selasa (28/9/2021) malam oleh pihak berwenang di Harbin, China, yang mengatakan tidak ada obat untuk menyembuhkan infeksi virus Covid-19 pada hewan.
"Saya tidak pernah ingin menyalahkan siapa pun, saya hanya ingin memberi mereka (kucingnya) kesempatan untuk tetap hidup, tetapi kesempatan itu tidak pernah diberikan," tulis Liu di akun media sosial China, Weibo.
Pihak berwenang juga mengklaim bahwa kucing yang terinfeksi dapat membahayakan pemilik dan penghuni kompleks perumahan lainnya, menurut laporan setempat, dikutip dari The Independent pada Kamis (28/9/2021).
Kasus itu kemudian menuai kontroversi publik dan dipandang sebagai tindakan keras serta ekstrem yang dilakukan otoritas China untuk mengendalikan penyebaran virus Covid-19.
"Saya sangat tidak setuju dengan pendekatan ini! Terus terang, ini adalah bentuk manajemen yang kasar, sederhana dan malas, hanya untuk menghindari tanggung jawab," kata salah satu pengguna media sosial di Weibo.
Baca juga: Media Partai Komunis Minta China Atur Iklan Operasi Kecantikan yang Klaim Bisa Ubah Nasib
Seorang profesor di City University of Hong Kong, Dr Vanessa Barrs, meminta pihak berwenang untuk mencari solusi lain, selain membunuh hewan.
Dr Vanessa Barrs menyatakan belum ada laporan yang dikonfirmasi terkait penularan infeksi virus Covid-19 dari kucing ke manusia.
"Sejauh ini, di seluruh pandemi, belum ada laporan yang dikonfirmasi tentang infeksi kucing ke manusia, tidak seperti kasus cerpelai yang dibudidayakan di Eropa, di mana terjadi penularan dari cerpelai yang terinfeksi Covid-19 ke manusia," katanya.
Dia juga menyatakan situasinya sangat berbeda untuk kucing dan anjing peliharaan karena ada solusi lain yang dapat diterapkan.
Hal serupa juga dinyatakan seorang profesor virologi, Dr Rachel Tarlinton, yang mengajar di Universitas Nottingham, Inggris.
“Tampaknya tidak realistis bahwa kucing akan mencemari lingkungan dengan sangat buruk sehingga berisiko bagi pemiliknya untuk tertular kembali Covid-19,” ungkapnya.
Baca juga: Dianggap Merusak Pemandangan, China Habiskan Rp 342 Miliar untuk Pindahkan Patung Raksasa
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) mengatakan virus yang menyebabkan Covid-19 dapat ditularkan dari manusia ke hewan, terutama jika terjadi kontak dekat.
Namun, risiko hewan menyebarkan virus tersebut “dianggap rendah”, kata CDC.
Sejak pandemi pertama kali merebak tahun lalu, telah terjadi perdebatan internasional tentang apakah hewan peliharaan dapat tertular virus Covid-19 dan bahaya yang mungkin ditimbulkan bagi manusia.
Ada kekhawatiran signifikan dari kelompok kesejahteraan hewan di mana pemilik dapat membuang atau membunuh hewan peliharaan mereka karena takut menyebarkan virus.
Tahun lalu, pakar veteriner pemerintah Hong Kong yang mengamati dan menguji 52 hewan dalam karantina, menyimpulkan hewan peliharaan tidak dapat secara signifikan menyebarkan virus Covid-19.
Dokter hewan di Departemen Pertanian, Perikanan, dan Konservasi juga menguji 32 anjing, 18 kucing, dan dua hamster yang dikarantina untuk periode yang berbeda-beda sejak Februari.
Ditemukan hanya ada dua anjing dan satu kucing yang dinyatakan positif virus Covid-19.
Mereka menyimpulkan bahwa hewan peliharaan tidak mudah terinfeksi virus tersebut dan tidak menularkan virus ke hewan peliharaan lain atau pun manusia.
Tak hanya di China, beberapa hewan di negara lain juga sempat dikonfirmasi positif virus Covid-19, termasuk gorila di kebun binatang AS yang telah diumumkan bulan lalu. (TribunWow.com/Alma Dyani P)
Berita terkait China lain