Terkini Internasional
Sosok Ismail Sabri Yakoob PM Baru Malaysia, Kerap Tuai Kontroversi meski Dikenal Low Profile
Raja Malaysia, Sultan Abdullah telah menunjuk Ismail Sabri Yaakob sebagai perdana menteri baru.
Penulis: Jayanti tri utami
Editor: Lailatun Niqmah
TRIBUNWOW.COM - Raja Malaysia, Sultan Abdullah telah menunjuk Ismail Sabri Yaakob sebagai perdana menteri (PM) baru, menggantikan Muhyiddin Yassin yang mengundurkan diri pada Senin (16/8/2021).
Dilansir TribunWow.com, penunjukan Ismail Sabri Yaakob ini cukup mengejutkan warga Malaysia.
Pasalnya, sosok Ismail sebelumnya tak pernah diperhitungkan menjadi orang nomor satu di Negeri Jiran.
Karier Ismail mulai melejit setelah ia diangkap menjadi wajah penanganan Virus Corona.
Baca juga: Ditinggal Suami Kerja Jadi TKI di Malaysia, Istri Malah Selingkuh dengan Pria Lain, Begini Nasibnya
Baca juga: Sosok Muhyiddin Yassin, Menjabat PM Malaysia Cuma 17 Bulan setelah Kini Pilih Mengundurkan Diri
Sebagai Menteri Senior bidang Keamanan, Ismail kerap tampil di televisi menyampaikan perkembangan pandemi di Malaysia.
Meski dikenal sebagai sosok low profile, Ismail juga tak lepas dari sejumlah kontroversi.
Ismail sempat memicu amarah warga Malaysia non-Melayu pada 2015 lalu.
Sebagai tokoh ideologi nasionalis Melayu, Ismail pernah meminta suku Melayu memboikot toko-toko milik suku Tionghoa Malaysia.
Ismail juga pernah mengkritik pebisnis Tionghoa Malaysia yang enggan menurunkan harga produk saat harga minyak dunia terus meroket.
Masih pada 2015, Ismail juga menuai kontroversi setelah mengusulkan pembangunan pusat perbelanjaan yang menjual barang elektronik dan teknologi informasi yang dikelola pedagang pribumi Malaysia.
Ismail membantah jika pembangunan mal yang diberi nama MARA Digital Mall itu menunjukkan rasisme yang dilakukannya pada warga Tionghoa Malaysia.
"Saya mengusulkan mal ini untuk menolong kaum Bumiputera," katanya.
Kontroversi yang dibuat Ismail tak berhenti sampai di situ.
Terbaru pada September 2020, Ismail menuai kritik setelah membuat kebijakan warga Malaysia yang menempuh perjalanan dari Malaysia Barat menuju negara bagian Sabah dan sebaliknya tidak perlu menjalani karantina.
Saat itu, Sabah tengah menggelar pemilu negara bagian sehingga memicu politisi serta warganya berlomba-lomba berkampanye dan memberikan suara.