Virus Corona
Merasa Bersalah Pasien Covid-19 yang Ditolongnya Meninggal, Wakapolres Jaksel Menangis Minta Maaf
Wakapolres Metro Jakarta Selatan AKBP Antonius Agus Rahmanto tak kuasa menahan tangis, setelah pasien Covid-19 yang ditolongnya meninggal dunia.
Editor: Mohamad Yoenus
TRIBUNWOW.COM - Wakapolres Metro Jakarta Selatan AKBP Antonius Agus Rahmanto tak kuasa menahan tangis, setelah pasien Covid-19 yang ditolongnya meninggal dunia.
Ia bahkan berulang kali menyatakan permohonan maafnya kepada keluarga pasien Covid-19 itu.
Kisah sedih ini bermula saat AKPB Antonius Agus membantu evakuasi pasien Covid-19, Kamus (24/6/2021).
Baca juga: Anies akan Bantu Kirim Makanan hingga Obat untuk Warga Jakarta Isoman Covid, Ini Cara Mendapatkannya
Saat itu, pasien yang bernama Budi (59) sudah dalam kondisi kritis.
AKBP Agus kemudian pergi bersama anggotanya menuju ke rumah pasien di kawasan Jakarsa, Jaksel.
Di sana, Agus tampak memakai alat pelindung diri (APD) lengkap untuk mengevakuasi Budi,
Akan tetapi, takdir berkata lain, Budi kemudian meninggal dunia setelah ambulans yang ditunggu-tunggu tak kunjung datang.
"Mestinya bisa tertolong, coba kalau penanganannya benar itu," kata Agus sembari menangis dalam rekaman video yang diterima TribunJakarta.com.
Agus pun merasa bersalah terhadap keluarga pasien Covid-19 karena telah berjanji membawa pulang Budi dalam keadaan selamat.
"Harusnya Pak Budi bisa kembali ke keluarganya. Untuk Bu Budi, Saya minta maaf bu, saya tadi janji mau bawa bapak sampai selamat. Mohon maaf bu, ibu jaga kesehatan," ujar dia.
Ia sempat mengevakuasi pria tersebut ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pasar Minggu, Jakarta Selatan.
Dibantu petugas kepolisian lainnya, Agus menggotong Budi mengenakan alat pelindung diri (APD) lengkap.
Langkah tersebut diambil karena ambulans yang sudah ditunggu selama satu jam tidak kunjung datang.
"Harusnya bisa tertolong. Tadi nyari ambulans. Ambulans masih tanya lagi mau dibawa ke mana, nggak jalan-jalan juga," kata AKBP Agus.
Dalam kondisi kritis, jelas Agus, Budi akhirnya dievakuasi menggunakan mobil milik salah satu warga sekitar.
"Kami bukan medis bukan apa-apa, hanya membantu. Sekarang beliau dinyatakan sudah tiada," ujar dia.
Ia pun merasa prihatin dengan ketidakpedulian warga dan penanganan yang telat dari tenaga medis.
"Ini beban kita semua, ini tanggung jawab kita semua."
"Saling tolong menolong," tutur Agus.
Tiga Rumah Sakit di DKI Jakarta Dijadikan RS Covid-19
Sementara itu, pada Jumat (25/6/2021), kondisi Jakarta semakin mengkhawatirkan lantaran lonjakan kasus Covid-19 belum mereda.
Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengatakan bahwa pemerintah terus berupaya mengatasi tingkat keterisian tempat tidur atau Bed Occupancy Rate (BOR) di DKI Jakarta yang tinggi dalam beberapa hari terakhir.
Diantaranya dengan mengkonversikan seluruh tempat tidur perawatan di tiga rumah sakit untuk pasien Covid-19.
Ketiga rumah sakit tersebut yakni RS Fatmawati, RSPI Sulianti Saroso, dan RS Persahabatan.
"Kita sudah mengambil beberapa keputusan diantaranya adalah mengkonversikan tiga rumah sakit besar pemerintah yaitu RS Fatmawati, Rumah Sakit Sulianti Saroso, dan Rumah Sakit persahabatan untuk menjadi 100 persen rumah sakit yang menangani Covid-19, " kata Budi dalam Konferensi Pers yang disiarkan Youtube Sekretariat Presiden, Jumat (25/6/2021).
Dengan demikian kata Budi, akan ada tambahan ratusan tempat tidur untuk menangani pasien Covid-19 di Jakarta.
Proses konversi ditargetkan rampung pada pekan ini.
"Ada ratusan tempat tidur baru lengkap dengan peralatan, lengkap dengan dokter-dokter yang berpengalaman, dokter dengan perawat-perawat yang berpengalaman untuk bisa melayani para pasien yang sakit di DKI Jakarta," katanya.
Budi mengatakan bahwa situasi Pandemi di Indonesia sudah mencapai titik yang tinggi dengan 20 ribu kasus per hari pada Kamis (24/6/2021) kemarin.
Pihaknya akan terus memonitor perkembangan di masyarakat agar penanganan dapat dilakukan dengan cepat dan tepat.
"Saya bersama Pak Kapolri, pak Panglima TNI, dan Pak kepala BNPB dan juga pak gubernur selalu mengkoordinasikan untuk memastikan agar jumlah tempat tidur yang ada, cukup dan mengikuti perkembangan jumlah kasus yang masuk," pungkasnya.
Anies Baswedan Sebut Kasus Kali Ini Lebih Parah dari Awal Tahun
Kasus Covid-19 di Indonesia beberapa hari belakangan mengalami peningkatan di berbagai daerah.
Di Jakarta sendiri, kasus mulai mengalami lojakan pada bulan Juni 2021.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan memperingatkan bahwa pandemi Covid-19 pada saat ini lebih buruk dibandingkan puncak pada Januari 2021.
Info tersebut disampaikan oleh Anies dalam akun Instagram miliknya @aniesbaswedan, Kamis (24/6/2021).
Pada unggahan tersebut, Anies mengunggah kegiatan dirinya meninjau tenda darurat di RSUD Kramat Jati.
Sejumlah rumah sakit di Jakarta diketahui sudah over kapasitas sehingga ada pasien yang harus dirawat di lobi.
Merespons kondisi itu, Anies telah menyiapkan tenda-tenda di beberapa rumah sakit.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta juga telah menambah kapasitas rumah sakit yang menangani pasien Covid-19.
Namun, Anies mengingatkan jika pasien Covid-19 terus bertambah maka akan sulit mengatasinya karena keterbatasan personil tenaga kesehatan (nakes).
Anies menyebut, penyebaran kali ini parah karena adanya varian Delta yang diketahui berasal dari India.
Ia juga menyebut, mayoritas pasien yang positif Covid belakangan ini lebih banyak yang memiliki gejala sedang yang menurutnya lebih buruk karena sebelumnya mayoritas pasien hanya mengalami gejala ringan.
Terakhir, Anies berpesan agar masyarakat tidak berkumpul di ruang publik karena mustahil bagi pemerintah untuk terus mengawasi masyarakat.
Baca juga: CEK FAKTA, Virus Corona Varian Delta Disebut Bisa Menular Hanya dengan Berpapasan, Benarkah?

Berikut pesan lengkap yang ditulis oleh Anies:
"Malam ini melakukan inspeksi tenda darurat yg dipasang di halaman RSUD Kramat Jati.
Beberapa RS kita sudah penuh, bahkan lobinya difungsikan sbg tempat rawat inap. Maka kami siapkan tenda2 di RSUD.
Pemprov DKI telah menambah kapasitas Rumah Sakit Covid-19, semula 103 sekarang jadi 140 dari total 193 rumah sakit di Jakarta.
Dari 32 RSUD ada 13 yang menjadi RS khusus Covid-19, seperti RSUD Kramat Jati ini.
Lalu 19 RSUD lainnya 60% kapasitas itu disiapkan utk Covid-19, 40% utk penyakit lain.
Menambah tenda / tempat tidur memang mudah, tapi menambah tenaga kesehatan tak mudah dan tak bisa secepat penambahan kasus Covid-19 ini.
Kalau jumlah pasiennya bertambah terus, kita akan kerepotan.
Mari bantu tenaga kesehatan kita yg terbatas ini dgn mengurangi aktivitas di luar, karena tingginya potensi penularan dan percepatan perburukan dari varian Delta.
Pada puncak bulan Januari masih kita lebih sering temukan gejala ringan, sedangkan di bulan ini lebih banyak kita temukan gejala sedang dgn desaturasi (kekurangan oksigen dalam darah) di bawah 90%. Jauh lebih cepat perburukannya.
Pesan bagi semua, mari kita sama-sama saling jaga. Penularan COVID-19 itu tidak hanya terjadi di ruang publik, tapi saat kita meeting, makan bersama, di kumpul dgn orang yg kita kenal. Itulah potensi terbesar dari ruang privat yg tak mungkin diawasi oleh pemerintah.
Mari jaga diri dgn disiplin 3M & segera divaksinasi. Dengan menjaga diri, teman-teman juga ikut menjaga sesama dan #JagaJakarta." (TribunJakarta.com/Annas Furqon Hakim/Tribunnews.com/Taufik Ismail/TribunWow.com/Anung Malik)
Berita terkait Virus Corona
Artikel ini telah tayang di TribunJakarta.com dengan judul Wakapolres Jakarta Selatan Menangis saat Pasien Covid-19 yang Ditolongnya Meninggal: Saya Minta Maaf, dan di Tribunnews.com dengan judul Pasien Terus Bertambah, Tiga Rumah Sakit di DKI Jakarta Dijadikan RS Covid-19, serta di TribunWow.com dengan judul Anies Baswedan Peringatkan Covid-19 saat Ini Lebih Parah dibanding Awal 2021, Ini Alasannya