Breaking News:

Terkini Daerah

Nasib Pelaku Pungli Tanjung Priok yang Tak Takut Lihat Jokowi Turun ke Lapangan dan Telepon Kapolri

Sebanyak 49 pelaku pungutan liar (pungli) di kawasan Tanjung Priok telah diamankan oleh pihak kepolisian seusai Jokowi menelpon Kapolri.

Penulis: anung aulia malik
Editor: Mohamad Yoenus
Tribunnews/HO/Biro Pers Setpres
Presiden Joko Widodo meninjau Dermaga Jakarta International Container Terminal (JICT) dan Terminal Peti Kemas Koja, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Kamis (10/6/2021). Dalam kesempatan tersebut, Presiden Jokowi mendengarkan langsung keluh kesah para sopir kontainer, terutama soal pungutan liar (pungli) dan tindakan premanisme. Saat itu juga Presiden Jokowi langsung menelepon Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo untuk segera membereskan hal tersebut. 

TRIBUNWOW.COM - Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) bertindak cepat merespons keluhan seorang sopir truk kontainer ketika meninjau Dermaga Jakarta International Container Terminal (JICT) dan Terminal Peti Kemas Koja, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Kamis (10/6/2021).

Mendapat keluhan adanya sopir truk yang mengalami pungutan liar (pungli), Jokowi kala itu langsung menelepon Kapolri Jenderal Listyo Sigit untuk melakukan pengusutan.

Walaupun presiden telah turun langsung mengecek, para pelaku pungli ternyata tidak serta merta langsung bertaubat dan menghentikan aktivitas mereka.

Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Yusri Yunus dalam konferensi pers mengenai penangkapan pelaku pungli dan premanisme di perbatasan Dermaga Jakarta International Container Terminal (JICT) dan Terminal Peti Kemas Koja, Jumat (11/6/2021).
Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Yusri Yunus dalam konferensi pers mengenai penangkapan pelaku pungli dan premanisme di perbatasan Dermaga Jakarta International Container Terminal (JICT) dan Terminal Peti Kemas Koja, Jumat (11/6/2021). (YouTube Kompastv)

Baca juga: Sadar Diincar seusai Jokowi Telepon Kapolri, Pelaku Pungli Tanjung Priok Langsung Saling Peringatkan

Diketahui, para pelaku pungli melakukan aktivitas kriminal mereka seperti biasa setelah Presiden Jokowi pergi dari Tanjung Priok.

Fakta tersebut disampaikan oleh Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Yusri Yunus dalam konferensi pers, Jumat (11/6/2021).

"Kemarin di JICT tersebut (sopir) baru saja mengeluh kepada presiden, kembali presiden (presiden pulang), mereka (pelaku pungli) bermain lagi," ungkap Yusri.

"Jadi memang sudah seperti duri dalam daging, tidak punya rasa takut," sambungnya.

Ke depannya, Yusri berharap agar masyarakat aktif melapor kepada polisi jika menemukan aktivitas pungli.

"Saya mengharapkan adanya dukungan masyarakat, bantuan masyarakat juga untuk menyampaikan semuanya," kata dia.

"Ini bukan saja berhenti sampai sini," lanjutnya.

Yusri menjelaskan, penyelidikan akan terus berlanjut, satu di antaranya adalah memeriksa adanya indikasi sengaja membuat macet jalan supaya pungli lebih mudah dilakukan.

Pihak kepolisian diketahui akan berkoordinasi dengan otoritas pelabuhan yakni Pelindo, dan perusahaan bongkar muat kargo untuk mendalami kasus pungli ini.

Para pelaku pungli kini terancam hukuman penjara dan pemecatan.

"Ini efek jera supaya yang lain jangan coba-coba bermain, apalagi dia status sebagai pegawai," tegas Yusri.

Per Mobil Bayar Rp 13 Ribu

Sebelumnya Yusri menyebut ada dua PT yang karyawannya terlibat dalam aktivitas pungli terhadap sopir truk kontainer di kawasan Tanjung Priok.

Dua PT tersebut adalah PT DKM dan PT GFC.

Total ada 49 orang karyawan dari dua PT itu yang diamankan karena terlibat aktivitas pungli.

Pertama pada karyawan PT GFC, pungli dilakukan di lima pos, mulai dari masuk pelabuhan Tanjung Priok hingga pengangkatan kontainer.

"Di pintu masuk sekuriti harus bayar Rp 2 ribu," jelas Yusri.

"Kemudian pos 2 masuk di bagian survei, itu biasanya masuk lagi Rp 2 ribu."

Baca juga: Kunjungi Pelabuhan Tanjung Priok, Presiden Jokowi Temukan Aksi Premanise: Ditodong Celurit

Selanjutnya di pos ketiga yang merupakan tempat pencucian, sopir membayar lagi sebanyak Rp 2 hingga Rp 5 ribu.

Yusri menambahkan, pungli pada malam hari bisa lebih besar karena pengawasan yang minim.

Selanjutnya saat pengangkatan kontainer oleh crane, sopir harus membayar minimal Rp 5 ribu.

"Terakhir keluar depo harus bayar lagi Rp 2 ribu," kata Yusri.

Yusri mengatakan, satu kendaraan minimal harus membayar uang minimal Rp 13 ribu.

"Satu hari itu bisa 500 kendaraan kontainer," kata Yusri.

Yusri mengatakan, para pelaku pungli total bisa meraup Rp 6,5 juta sehari.

Kemudian di PT DKM terdapat empat pos.

Serupa dengan pungli oleh karyawan PT GFC, di PT DKM, sopir truk membayar total pungli sekira Rp 11 ribu.

"Belum lagi premanisme-premanisme yang ada di luar," kata Yusri.

Yusri menyampaikan, polisi juga turut mengamankan premanisme jalanan berupa anak-anak jalanan, pak ogah, hingga pungli modus mengetok-ngetok kaca sopir ketika macet.

"Ini juga diamankan mereka semuanya," kata dia.

Yusri menegaskan, penangkapan ini bukanlah akhir dari penyelidikan pihak kepolisian.

"Saya katakan ini baru di permukaan," kata dia.

"Perintah Pak Kapolda Metro Jaya membentuk tim."

Yusri mengatakan, ketika 10.30 WIB Presiden Jokowi menerima keluhan soal pungli, polisi langsung bertindak dan mengamankan para pelaku pukul 13.00 WIB.

Baca juga: Debat Berlanjut di Balik Layar Mata Najwa, Rocky pada Anggota DPR: Lu Jengkel, Lu Ajak Gue Debat

Simak videonya mulai menit ke-14.00:

Jokowi Langsung Telepon Kapolri

Sebelumnya diberitakan, Presiden Jokowi mengunjungi salah satu sudut di kawasan Tanjung Priok Jakarta pada Kamis (10/6/2021) siang.

Jokowi mengunjungi kawasan itu seusai mendapati keluhan dari sosial media (sosmed) perihal sopir truk yang kerap mengalami premanisme.

Dalam postingan Instagram pribadinya @jokowi  pada Kamis (10/6/2021) dirinya juga mendapati keluhan berupa pungutan liar (pungli) di depo-depo kontainer saat sopir tersebut sedang bekerja.

Dalam postingannya Jokowi menulis, saat macet, sopir tersebut kerap dinaiki mobilnya, dan ditodong menggunakan celurit.

Sopir-sopir tersebut mengaku tidak ada yang berani menolong, meski di depan belakang ada pekerja lain.

"Dan ternyata benar. Mereka kerap menjadi sasaran tindakan premanisme. 'Begitu keadaan macet, ada ada yang dinaiki mobilnya, bawa celurit atau nodong begitu. Enggak ada yang berani menolong, Pak',"  tulis Presiden Jokowi dalam postingannya.

Seusai mendengar keluhan para sopir kontainer di perbatasan Dermaga Jakarta International Container Terminal (JICT) dan Terminal Peti Kemas Koja, Jokowi langsung memanggil ajudannya.

Dikutip dari Tribunnews.com pada Kamis (10/6/2021) pria kelahiran solo tersebut lantas memanggil ajudannya, Kolonel Pnb. Abdul Haris untuk menelepon Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo.

Dalam percakapannya, Presiden Jokowi meminta kepada Kapolri untuk menyelesaikan soal premanisme dan pungli. 

"Enggak, ini saya di Tanjung Priok, banyak keluhan dari para driver kontainer yang berkaitan dengan pungutan liar di Fortune, di NPCT 1, kemudian di Depo Dwipa. Pertama itu," ucap Jokowi saat menelpon Kapolri.

"Yang kedua, juga kalau pas macet itu banyak driver yang dipalak preman-preman. Keluhan-keluhan ini tolong bisa diselesaikan. Itu saja Kapolri."

Lantas, Kapolri yang saat itu ditelepon memberikan jawaban siap kepada Jokowi.

"Siap Bapak," jawab Kapolri.

Presiden Jokowi sudah menangkap situasi di tempat itu dan berjanji akan terus memantau penyelesaian permasalahan tersebut.

"Perintahnya ke Kapolri biar semuanya jelas dan bisa diselesaikan di lapangan. Nanti akan saya ikuti proses ini," ujarnya.

"Kalau keluhan-keluhan seperti itu tidak diselesaikan, sudah pendapatannya sedikit, masih kena preman, masih kena pungli, itu yang saya baca di status-status di media sosial. Keluhan-keluhan seperti itu memang harus kita selesaikan dan diperhatikan."

(TribunWow.com/Anung/Krisna) 

Sebagian artikel ini telah diolah dari Tribunnews.com dengan judul Dapat Keluhan Maraknya Pungli Kepada Sopir Kontainer, Jokowi Langsung Telepon Kapolri 

Berita lain terkait

Sumber: TribunWow.com
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved