Cerita Selebriti
Komnas Perempuan Soroti Korban Kasus Dugaan Pelecehan oleh Gofar Hilman: Dia Jangan Disudutkan
Komnas Perempuan ikut menanggapi kasus dugaan pelecehan seksual yang diduga dilakukan oleh YouTuber Gofar Hilman.
Editor: Atri Wahyu Mukti
TRIBUNWOW.COM - Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) ikut menanggapi kasus dugaan pelecehan seksual yang diduga dilakukan oleh YouTuber Gofar Hilman.
Komnas Perempuan pun mengapresiasi soal sikap korban yang berani mengungkap pengalaman buruknya tersebut.
Komisioner Komnas Perempuan, Bahrul Fuad menyebut pengungkapan ini bukanlah hal yang mudah.

Baca juga: Beda Sikap Nikita Mirzani dan Uus atas Kasus Dugaan Pelecan yang Dilakukan Gofar Hilman
Dibutuhkan keberanian untuk mengingat kembali pengalaman traumatis yang dialami korban.
Tak hanya itu, korban juga harus bersiap untuk menghadapi serangan balik dari pengungkapannya itu.
"Serangan balik yang paling sering adalah justru menyalahkan korban, penyangkalan bahkan menuntut balik korban," kata Bahrul Fuad melalui keterangan tertulisnya pada Tribunnews, Kamis (10/6/2021).
Dalam kasus pelecehan seksual yang diduga dilakukan oleh Gofar Hilman, yang memprihatinkan adalah sikap sejumlah pihak yang menyetujui dan menyemangati tindakan itu dengan pernyataan-pernyataan yang semakin melecehkan korban.
Fuad menambahkan, kondisi serupa ini sebetulnya kerap ditemukan dalam banyak kasus pelecehan seksual di ruang publik.
Hal ini pula yang menjadi penghambat bagi korban untuk dapat melaporkan kasusnya sedari awal.
Terlebih posisi perempuan rentan mendapat diskriminasi berbasis gender.
Baca juga: Dicurhati Gofar Hilman soal Kasus Pelecehan, Nikita Mirzani Bocorkan Isi Percakapan: Biasalah
"Pada perempuan, kerentanan pada pelecehan seksual dan untuk disalahkan atas tindak tersebut berakar pada diskriminasi berbasis gender.
"Diskriminasi ini yang menyebabkan perempuan dalam posisi subordinat dan obyek seksual," lanjut Fuad.
Posisi perempuan sebagai simbol moralitas di dalam masyarakat patriarkis juga digunakan untuk melemahkan korban.
"Dengan posisi tersebut, perempuan gampang disalahkan dengan menggunakan latar belakang, gerak gerik, dandanan, cara busana dan lingkungan pergaulannya sebagai alasan pembenar tindak pelecehan seksual," lanjut Fuad.