Terkini Daerah
Aktivis Perempuan Dianiaya Gerombolan Orang Bermobil, Dianiaya lalu Hp Dirampas
Seorang aktivis perempuan pembela Hak Asasi Manusia (HAM) di Kabupaten Jombang, Jawa Timur menjadi korban penganiayaan.
Editor: Mohamad Yoenus
Seorang pelaku tiba-tiba menghampiri korban dan membenturkan kepalanya ke tembok.
Baca juga: Fakta Penganiayaan ART di Surabaya, Disuruh Makan Kotoran Kucing hingga Digaji 13 Bulan Sekali
"Ada satu orang lagi mengambil Handphone Vivo milik korban, dirampas (Pelaku, Red) gak ngomong apa-apa. Korban sempat diancam kamu tidak akan selamat," jelasnya.
Menurut dia, sebenarnya intimidasi terhadap korban dan keluarganya berupa ancaman serta upaya mencari keberadaannya itu sudah lama terjadi sejak kasus seksual dengan tersangka putera dari kyai pemilik pondok di Ploso.
"Dia itu pastinya ketakutan tidak berani pulang ke rumah sehingga dia sekarang posisinya diamankan di salah satu tempat yang juga rekomendasi dari LPSK," bebernya.
Kasus penganiayaan ini telah resmi dilaporkan dengan terbitnya Surat Tanda Bukti Laporan Nomor TBL-B/15/III/RES.1.6./2021/RESKRIM/Jombang/SPKT/Polsek Ploso pada 9 Mei 2021.
Korban melakukan visum untuk melengkapi berkas laporan.
Setelah itu, korban kembali didatangi oleh segerombolan orang yang melakukan upaya intimidasi terhadap keluarga korban.
Kedatangan sekelompok orang itu motif dan tujuannya tidak jelas.
"Jadi sebenarnya ini, juga bisa dibilang karena asumsi dari kawan-kawan kami menduga berkaitan kasus dampak dari proses hukum M.Subchi yang tidak segera naik prosesnya," ucap Ana.
Kasus kekerasan seksual yang menyeret nama salah satu putera kyai di Jombang, Pondok Ploso dan korbannya adalah santriwati.
Teridentifikasi ada lima korban yang berani melaporkan, sejak 29 Oktober 2019 di Polres Jombang dan diambil alih oleh Polda Jatim pada awal tahun 2020.
Korban penganiayaan Rani alias MS (23) merupakan mantan santriwati yang dikeluarkan dari Pondok Ploso setelah terbongkarnya kasus kejahatan asusila ini.
Apalagi, korban MS adalah salah satu saksi kunci dari kasus tersebut.
Adanya kejadian penganiayaan ini pihaknya mendesak penegak hukum dan Pemerintah Daerah turun tangan merespon untuk memberikan perlindungan terhadap korban penganiayaan.
Korban merupakan perempuan yang berani menyuarakan kasus kekerasan seksual di Jombang agar segera diusut hingga tuntas sehingga dia layak mendapatkan perlindungan.