Terkini Nasional
Megawati Beri Kode Bakal Turun Tahta di PDIP, Hasto Kristiyanto: Beliau Sebenarnya Kritik
Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto menjelaskan maksud ucapan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri.
Penulis: Brigitta Winasis
Editor: Rekarinta Vintoko
TRIBUNWOW.COM - Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto menjelaskan maksud ucapan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri.
Dilansir TribunWow.com, hal itu Hasto sampaikan dalam tayangan Kabar Petang di TvOne, Sabtu (27/3/2021).
Diketahui dalam sebuah acara peluncuran buku secara virtual, Megawati menyinggung kemungkinan akan segera turun dari jabatannya di partai.

Baca juga: Respons PDIP soal Ganjar Pranowo Ajek di 3 Besar Capres 2024: Buka Kartu Belum Menguntungkan
Ia juga mengungkap nasib partai selanjutnya jika dipimpin orang lain.
Menurut Hasto, ungkapan Megawati itu sebenarnya merupakan kritik internal.
"Kalau kita lihat pernyataan secara utuh dari Ibu Megawati, yang pertama dia sebenarnya memberikan kritik motif orang berpartai terlebih ingin menjadi ketua umum itu karena motif kapital, motif kekuasaan," jelas Hasto.
"Padahal berbeda dengan PDI Perjuangan. Motif yang diinginkan adalah membangun bangsa dan negara," lanjutnya.
Hasto menilai Megawati sebagai ketua umum partai ingin membangun kesadaran banyak orang untuk berpartai dengan alasan yang tepat.
"Bukan sekarang elit yang dia merasa punya dana, punya kepentingan jangka pendek, kemudian masuk mau mengambil alih partai politik," singgung Hasto.
Baca juga: Politikus PDIP Berkelit saat Ditanya soal Perjanjian Batu Tulis antara Prabowo-Mega: Tak Pernah Ada
Selanjutnya ada alasan lain Megawati mengungkapkan sentilan seperti itu, yakni terkait regenerasi kepemimpinan partai.
Hasto menerangkan regenerasi ini berfungsi mempertahankan partai di kemudian hari.
"Kemudian yang kedua kami diingatkan tentang pentingnya proses regenerasi di dalam tubuh partai," papar Hasto.
"Regenerasi ini 'kan fungsi dasar partai politik selain rekrutmen, pendidikan politik, kaderisasi, bagaimana partai mengambil keputusan politik untuk rakyat, bagaimana komunikasi politik dijalankan dengan sebaik-baiknya," jelasnya.
Hasto menyebut mantan Presiden RI kelima itu menyadari suatu saat dirinya akan digantikan dari kursi ketua umum.
"Ibu Megawati juga menyadari bagaimana hukum alam, karena itulah partai sejak awal diminta menyiapkan diri dengan sebaik-baiknya, menjadi wahana bagi hadirnya kepemimpinan yang ideologis," ungkap Hasto.
Menurut dia, kini PDIP fokus kepada mengembangkan kepemimpinan yang kuat dan menyiapkan calon pengganti melalui kongres keenam yang akan segera diselenggarakan.
"Seorang pemimpin dinilai berhasil ketika mempersiapkan suksesornya," tambah Hasto.
Lihat videonya mulai dari awal:
Politikus PDIP Berkelit saat Ditanya soal Perjanjian Batu Tulis antara Prabowo-Mega
Politikus PDIP Andreas Hugo Pareira enggan menjawab tentang Perjanjian Batu Tulis yang pernah dibentuk antara PDIP dengan Partai Gerindra.
Dilansir TribunWow.com, hal itu ia sampaikan dalam Sapa Indonesia Malam di Kompas TV, Senin (22/3/2021).
Diketahui perjanjian tersebut dibentuk Prabowo Subianto yang kala itu menjabat sebagai Ketua DPP Partai Gerindra dan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri.
Baca juga: Prabowo Tak Populer Jadi Capres 2024 di Mata Anak Muda, Burhanuddin Muhtadi: Cari yang Fresh
Baca juga: Dulu Ajukan Jokowi di Pilgub DKI lalu Jadi Rival di Pilpres, Prabowo: Tebak Bagaimana Perasaan Saya
Dalam perjanjian itu terdapat tujuh poin kesepakatan yang menyebut Prabowo akan mendapat dukungan dalam pemilihan presiden (pilpres) 2014.
Namun, Prabowo kemudian merasa dikhianati karena PDIP justru mengusung Joko Widodo (Jokowi) yang saat itu menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta.
Ketika ditanya tentang hal itu, Andreas Hugo mengelak.
"Soal perjanjian, itu sebenarnya sudah masa lalu. Sampai sekarang juga tidak pernah ada pembicaraan," jawab Andreas Hugo Pareira.

Ia menyebut kedua belah pihak akan berfokus pada pilpres 2024 yang akan datang.
"Bicara 2024 kita buka lembaran baru, lah," katanya.
Andreas enggan mengakui adanya pertemuan untuk membicarakan hal itu.
Baca juga: Bantah Megawati Zalimi SBY di Pilpres 2004, Deddy Sitorus Sebut SBY Sudah Ditanya dan Menolak Maju
Menurut dia, perjanjian itu tidak pernah dibicarakan lagi antara PDIP dan Gerindra.
Diketahui pada pilpres 2014 dan 2019, kedua partai itu menjadi rival dengan tokoh yang diusung masing-masing.
"Tidak pernah ada pembicaraan soal itu. Itu 'kan interpretasi teman-teman," kata Andreas mengelak.
"Tidak pernah ada pembicaraan lagi soal itu," tambah dia.
Ia juga membantah terkait draft yang beredar di publik.
Andreas enggan mengonfirmasi keterkaitan antara perjanjian tersebut dengan persaingan PDIP dan Gerindra saat pilpres.
"Apakah benar ada perjanjian atau tidak 'kan yang tahu cuma (Prabowo dan Megawati)," jelas Andreas.
"Itu (perjanjian) untuk menghitung pada waktu itu. Saya kira berkaitan dengan pilpres, yang kemarin juga tidak berlaku," lanjutnya.
Untuk menyongsong 2024, Andreas menyebut pihaknya masih mengamati suasana dinamika politik yang berlangsung.
Ia enggan memberitahu apakah perjanjian tersebut masih berlaku atau tidak.
"Ke depan kita lihat bahwa ini sesuai dengan apa yang ada di referensi dinamika politik dan perkembangan ini," jelas Andreas.
"Belum tahu, karena ini referensi karena dinamika politiknya masih berkembang," tegasnya. (TribunWow.com/Brigitta)