Isu Kudeta Partai Demokrat
Ruhut Sitompul Ungkap Alasan Keluar dari Demokrat, Mengaku Terkait Pilgub DKI Jakarta 2017
Politisi PDI Perjuangan, Ruhut Sitompul mengungkapkan alasannya keluar dari Partai Demokrat.
Penulis: Elfan Fajar Nugroho
Editor: Lailatun Niqmah
TRIBUNWOW.COM - Politisi PDI Perjuangan, Ruhut Sitompul mengungkapkan alasannya keluar dari Partai Demokrat.
Dilansir TribunWow.com, Ruhut mengatakan bahwa alasanya keluar dari Demokrat tidak terlepas dengan pemilihan gubernur DKI Jakarta pada 2017.
Hal itu disampaikannya dalam kanal YouTube Akbar Faizal Uncensored, Kamis (11/3/2021).

Baca juga: Tak Ingin jadi Kacang Lupa Kulit, Ruhut Sitompul Sedih Moeldoko Dituduh Demokrat: Jangan Halu KLB
Baca juga: Bahas Kudeta, Ruhut Wanti-wanti Demokrat soal Jhoni Allen: Udah Berdarah-darah, Jangan Dirasanin
Dalam kesempatan itu, Ruhut mulanya mengaku sedih melihat kondisi yang terjadi di tubuh Partai Demokrat saat ini, yakni terkait dualisme kepemimpinan.
Meski sudah menjadi kader PDIP, Ruhut mengaku bangga pernah berada di Partai Demokrat.
"Saya sedih bahkan saya pernah bicara dengan lantang, Demokrat bukan partai pertama, tapi partai yang terakhir bagi saya," ujar Ruhut.
Hanya saja, karena ada persoalan perbedaan dengan Partai Demokrat, dengan berat hati ia memutuskan untuk keluar dari partai berlambang bintang mercy tersebut.
"Tapi dengan berat hati, sebenarnya kalau saya dulu keluar kaitan dengan Pilgub Jakarta," ungkapnya.
"Saya apapun aturan organisasi dalam hal ini AD/ART, saya orang yang sangat loyal."
Ia mengakui tidak mendukung calon yang dijagokan oleh Partai Demokrat di Pilgub DKI 2017.
Sebagaimana diketahui, Partai Demokrat menjagokan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).
Sedangkan Ruhut sendiri mengaku mendukung Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.
Sama halnya juga ketika ia mengaku mendukung Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Baca juga: Tak Akui KLB, Ketua DPD Demokrat Sulsel Sebut Tak Lebih dari Arisan: Orangnya Tak Hadir Kan Diulang
"Saya pamit dengan Pak SBY, saya walaupun di partai, tapi saya kebetulan pamit karena tidak mendukung jagonya Demokrat," kata Ruhut.
"Saya mendukung hati saya, saya mau Pak Jokowi. Saya bangga melihat Pak SBY, beliau 'Oh iya, itu namanya demokrasi, silakan saja," imbuhnya.
"Saya diizinkan, walaupun semua minta saya dipecat pada waktu itu."
Terkait perbedaan pilihan di Pilgub DKI, Ruhut mengatakan juga sudah meminta izin langsung kepada Ketua Umum Partai Demokrat saat itu, yakni Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
"Tapi pada Pilgub DKI, saya pamit lagi, 'Pak ini saya mau mendukung Ahok'. Pak SBY merestukan saya. Beliau katakan 'Oh iya Hut, saya juga lihat Ahok itu bagus," ungkapnya.
"Tiba-tiba last minute pendaftaran terakhir AHY maju. Saya sedih, saya paling sayang dengan AHY," pungkasnya.
Simak videonya mulai menit ke- 18.05:
Soal KLB Demokrat, Ruhut Tak Ingin Jadi Kacang Lupa Kulit
Politikus PDIP Ruhut Sitompul mengakui dirinya merasa sedih dengan polemik Partai Demokrat yang menyeret nama Kepala Kantor Staf Presiden (KSP) Moeldoko.
Dilansir TribunWow.com, hal itu ia sampaikan dalam tayangan Mata Najwa di kanal YouTube Najwa Shihab, Rabu (10/3/2021).
Diketahui Moeldoko terpilih menjadi Ketua Umum Partai Demokrat versi kongres luar biasa (KLB) di Deliserdang, Sumatera Utara akhir pekan lalu.
Baca juga: Khawatirkan Nama Jokowi Dibawa-bawa, Ade Armando Dukung Moeldoko Mundur dari KSP: No Big Deal
Menurut Ruhut, sosok Moeldoko terlalu diserang oleh kubu Partai Demokrat yang tidak mendukung KLB Deliserdang.
"Kejadian ini, kenapa sih Pak Moeldoko terlalu dipojokkan? Bagi kita kader Partai Demokrat, bahkan kita terima kasih," singgung Ruhut Sitompul.
Meskipun kini berkiprah di PDIP, Ruhut mengaku tidak dapat melupakan Demokrat yang membesarkan namanya.
Ia menyinggung hal itu berkat jasa mantan Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
"Tapi kacang tidak bisa lupa dengan kulit," jelas advokat senior ini.
"Saya terima kasih SBY ikut membesarkan saya. Saya die hard-nya SBY. Lawan politik mengatakan Ruhut anjing penjaga SBY dan Partai Demokrat, karena begitulah saya memperjuangkan Partai Demokrat," kata Ruhut.
Ruhut mengaku sedih melihat perpecahan Demokrat saat ini dengan dua versi ketua umum dan dua kubu yang berseberangan.
Baca juga: Tantang Dilakukan Polling Pemenang Antara AHY dan Moeldoko, Andi Mallarangeng: Saya Justru Kasihan
Selain itu, ia merasa sedih karena urusan internal partai dibawa ke publik.
"Hari ini aku menangis melihat dua tokoh Demokrat," ucap Ruhut.
"Kenapa ini kita bawa ke ruang publik? Ini yang saya sedih," jelasnya.
Ia mengaku sudah mengetahui adanya hal itu saat ada satu pihak di Demokrat yang memberitahu akan adanya perpecahan.
"Saya sedih. Saya waktu kawan-kawan ini cerita, saya ini orang hukum. Saya tahu AD/ART," tuturnya.
"Jangan-jangan halu ini kawan-kawan mau KLB," lanjut Ruhut.
Ruhut mengaku sempat diminta membujuk Moeldoko agar mau menjadi ketua umum.
"Mereka bahkan bilang, 'Abang 'kan dekat dengan Pak Moeldoko, kawan-kawan maunya Pak Moeldoko jadi ketua umum untuk menyelamatkan partai ini'," ungkap mantan Ketua DPP Demokrat ini.
"Yang benar? Saya telepon Pak Moeldoko. Di situ saya sedih. Moeldoko ini di mana dosanya?" tanya Ruhut. (TribunWow/Elfan/Brigitta)