Isu Kudeta Partai Demokrat
15 Tahun Kenal SBY, Pendiri Demokrat Ungkap Alasannya Bungkam Tak Pernah Protes: Sudah Maklum
Pendiri Partai Demokrat Tri Yulianto mengungkap alasannya tidak dapat menyampaikan kritik kepada Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Penulis: Brigitta Winasis
Editor: Claudia Noventa
TRIBUNWOW.COM - Pendiri Partai Demokrat Tri Yulianto mengungkap alasannya tidak dapat menyampaikan kritik kepada mantan Ketua Umum yang kini menjabat sebagai Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Dilansir TribunWow.com, hal itu ia sampaikan dalam kanal YouTube Akbar Faisal Uncensored, Kamis (4/3/2021).
Tri Yulianto diketahui telah dipecat karena diduga terlibat Gerakan Pengambilalihan Kekuasaan Partai Demokrat (GPK-PD) alias kudeta.

Baca juga: Dipecat dari Demokrat, Tri Yulianto Beberkan Sifat SBY: Kalau Mau Nabok Orang Tidak Langsung
Mulanya, ia mengakui tidak memiliki hak suara karena bukan DPP atau DPC Demokrat.
"Tapi ketika partai ini lama-lama keluar dari jalur, otomatis terpanggil naluri politik saya," kata Tri Yulianto.
"Acuan politik kita partai ini dibangun sebagai partai modern, partai terbuka, humanis, dan bukan partai keluarga. Bukan partai oligarki kekeluargaan, bukan dinasti," ungkapnya.
Yulianto sebagai satu di antara pendiri mengaku tahu persis komitmen awal yang ingin dibentuk dalam Demokrat.
Ia menyinggung elektabilitas Demokrat semakin turun saat ini.
Yulianto menyimpulkan publik memang tidak menerima kepemimpinan partai keluarga.
Diketahui kedua putra SBY, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menjabat sebagai Ketua Umum Partai Demokrat serta Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas) menjabat berbagai posisi strategis di partai.
Baca juga: SBY Disebut Tak Berjasa di Demokrat, Jansen Sitindaon Langsung Beberkan 4 Peran SBY untuk Partai
"Bapaknya ketua umum, anaknya sekjen. Rakyat enggak bodoh, baru pertama dalam sejarah politik Indonesia saat pemilu terbuka 1955, bapaknya ketua umum partai, anaknya sekjen," papar Yulianto.
"Terus kemarin hasil KLB (kongres luar biasa), bapaknya ketua majelis tinggi, anaknya ketua umum, anaknya yang satu menjadi ketua fraksi, merangkap wakil ketua umum, wakil banggar," lanjut mantan anggota DPR ini.
Yulianto mengklaim banyak daerah yang merasakan kerisauan dan menyampaikan aspirasi mereka melalui politikus senior Demokrat.
Ia mengakui memang tidak pernah secara langsung protes kepada SBY.
Alasan utamanya adalah tidak pernah ada kesempatan berbicara kepada SBY, bahkan setelah 15 tahun saling mengenal.
"Begini, 15 tahun kita kumpul sama Pak SBY, saya enggak mau tambah enggak mau kurang. Yang namanya dipanggil ke Cikeas, tidak ada yang namanya dialog interaktif," ungkap Yulianto.
"Jadi kita diundang ke Cikeas hanya mendengar nasihat atau pidato Pak SBY, setelah itu bubar. 15 tahun, Pak, kalau saya sudah maklum banget," tambahnya.
Lihat videonya mulai menit ke-15.00:
Pengamat Politik soal Era AHY: Banyak Kericuhan
Pakar politik Siti Zuhro menyebut banyak terjadi kericuhan dalam tiap suksesi kepemimpinan Partai Demokrat.
Dilansir TribunWow.com, hal itu ia sampaikan dalam tayangan Kabar Petang di TvOne, Minggu (28/2/2021).
Menurut Siti, komunikasi dalam internal Demokrat tidak berjalan sehingga memunculkan berbagai konflik.
Baca juga: Marah ke SBY, Marzuki Alie Tak Terima Difitnah Demokrat di TV: Lucu Menuduh tapi Tak Bisa Buktikan
Seperti diketahui, isu kudeta dan desakan senior politikus untuk mengadakan kongres luar biasa (KLB) semakin memanas dalam Demokrat.
"Padahal pada hakikatnya partai politik itu dibentuk dan dibangun antara lain tugasnya itu melakukan komunikasi politik, selain juga sosialisasi politik," papar Siti Zuhro.

Ia menilai ada banyak kesalahpahaman komunikasi yang terjadi.
Ditambah lagi Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) mengumumkan ada upaya kudeta partai.
"Apalagi ketika isu ini keluar, menjadi pengetahuan publik. Ini semakin kompleks masalahnya," singgungnya.
Menurut Siti, hal ini menjadi tantangan selepas mantan Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menjabat.
Ia menyebut konflik ini harus dikelola putra sekaligus Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).
Baca juga: Ketua DPD Demokrat se-Indonesia Bacakan Ikrar Setia pada AHY, Minta Pecat Kader yang Berkhianat
"Sebetulnya ini tantangan yang luar biasa pasca-kepemimpinan Pak SBY. Ini tantangan pertama yang harus dihadapi Mas AHY dalam mengelola partai politik," komentar Siti.
"Apalagi ini bukan pertama kali dialami Partai Demokrat. Ini sudah keberapa kali, hampir setiap suksesi kepemimpinan senantiasa kita menyaksikan ada kericuhan di situ meskipun saat pemilihan tidak ada hiruk-pikuk," ungkitnya.
Ia mengingatkan saat pergantian ketua umum dari Anas Urbaningrum menjadi SBY yang disertai konflik pada 2013 lalu.
Siti menilai para petinggi Demokrat harus menilik kembali AD/ART dalam menjalankan fungsi partai.
"Ini dulu di era sebelumnya terjadi. Ada eranya Anas Urbaningrum. Kontestasi yang luar biasa yang menimbulkan panjang sekali friksinya dan ini terulang kembali," jelas Siti.
"Artinya hakikat partai politik itu pastinya kita harus membuka lagi AD/ART. Ini yang dituntut para kader, sebetulnya," tambahnya. (TribunWow.com/Brigitta)