Terkini Nasional
Din Syamsuddin Dituding Radikal, Jusuf Kalla Justru Beri Pujian: Lebih Hebat daripada Menlu
Wakil Presiden ke- 10 dan 12, Jusuf Kalla tanggapi tudingan radikal terhadap Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Din Syamsuddin.
Penulis: Elfan Fajar Nugroho
Editor: Rekarinta Vintoko
TRIBUNWOW.COM - Wakil Presiden ke- 10 dan 12, Jusuf Kalla tanggapi tudingan radikal terhadap Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Din Syamsuddin.
Dilansir TribunWow.com, Jusuf Kalla langsung pasang badan dan justru memberikan pujian kepada Din Syamsuddin.
Dirinya menjadi saksi bahwa Din Syamsuddin adalah seorang tokoh perdamaian antar agama.

Baca juga: Beberkan Tudingan Bukti Din Syamsuddin Diduga Radikal, Ade Armando: Din Sekarang Bukan Din yang Dulu
Baca juga: Din Syamsuddin Dilaporkan GAR ITB dengan Tudingan Radikal, Pengamat: Yang Lapor Mestinya Malu
Bahkan dikatakannya tidak hanya di Indonesia melainkan sudah level internasional.
Atas perannya tersebut, Jusuf Kalla lantas membandingkan dengan pekerjaan seorang Menteri Luar Negeri (Menlu).
"Pertama kalau radikal, itu sangat tidak mungkin. Pak Din adalah pelopor daripada perdamaian di Indonesia, dia berdialog antara agama dan secara internasional," ujar Jusuf Kalla seperti dikutip dari tayangan YouTube Kompascom Reporter on Location, Selasa (16/2/2021).
"Saya sering katakan 'Pak Din Anda ini lebih hebat daripada Menlu, selalu keliling dunia hanya untuk berdiskusi, bermusyawarah dalam hal perdamaian, dalam hal interreligious," ungkapnya.
Oleh karenanya, Jusuf Kalla menegaskan bahwa tidak ada bukti-bukti yang menyatakan Din Syamsuddin radikal.
"Orang begitu tidak radikal, sama sekali tidak radikal," tegasnya.
Lebih lanjut, terkait pelaporan dari Gerakan Anti Radikalisme Alumni Institut Teknologi Bandung (GAR ITB) yang menyoal Din Syamsuddin melanggar etika sebagai seorang ASN, Jusuf Kalla berikan bantahan.
Menurutnya, tidak ada larangan bagi Din Syamsuddin untuk tetap menyampaikan kritik, meski yang bersangkutan adalah berstatus sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN).
Baca juga: Komentar Refly Harun Din Syamsuddin Dipolisikan atas Dugaan Radikalisme: Adu-mengadu, Aduh Ampun
Ketua Umum Palang Merah Indonesia (PMI) itu menambahkan, ASN yang tidak berhak untuk mengkritik pemerintah adalah mereka yang berada di struktur pemerintah.
"Yang kedua soal etis berpendapat ASN, saya ingin jelaskan, ASN itu terbagi dua."
"Ada ASN yang berada di struktur pemerintah, itu tidak boleh mengkritik pemerintah," kata Jusuf Kalla.
"Ada ASN akademis, nah itu Pak Din di sini. Dia mengkritik itu bukan soal etika, itu adalah profesi dia, menggunakan keilmuannya untuk membicarakan sesuatu," jelasnya menutup.
Simak videonya mulai menit awal:
Ade Armando: Din Sekarang Bukan Din yang Dulu
Pakar komunikasi politik Ade Armando mengungkapkan ada sejumlah bukti yang menguatkan mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin dengan tuduhan sikap radikal.
Dilansir TribunWow.com, hal itu ia sampaikan melalui kanal YouTube Cokro TV, Senin (15/2/2021).
Diketahui Din Syamsuddin dilaporkan Gerakan Anti Radikalisme (GAR) Alumni Institut Teknologi Bandung (ITB) atas dugaan pelanggaran disiplin dan etika sebagai seorang Aparatur Sipil Negara (ASN).
Baca juga: Ade Armando Sebut Pendukung Din Syamsuddin yang Memelintir Isu Radikal, Imbas Pernyataan Jokowi
Awalnya, Ade Armando menjelaskan radikalisme berbeda dengan ekstremisme dan terorisme.
Radikalisme mengacu kepada paham yang ingin menciptakan perubahan mendasar, berjangka panjang, dan mendalam, termasuk dengan melandaskan diri pada ajaran agama tertentu.
"Din memang dikenal dulu sebagai tokoh muslim moderat yang menjadi penjembatan ideologi antarumat," ungkap Ade Armando.
Walaupun begitu, ia menilai sikap Din Syamsuddin kini patut dipertanyakan.
"Namun Din sekarang bukanlah Din yang dulu. Kini kebencian atau kekecewaannya pada pemerintah tampaknya sudah membuatnya menjadi membabi buta," kata Ade.
Ade menilai Din tidak lagi sekadar kritis, tetapi sudah sampai pada tahap menyebarkan kebencian dan perpecahan bangsa.
"Misalnya saja pada 5 Oktober 2020, dia menyebarkan surat kepada publik yang seolah ditujukan kepada Presiden Jokowi. Di dalamnya dia menyebarkan tuduhan ada teror terhadap lambang, simbol, dan pemuka Islam," ungkapnya.
"Dia menuduh ada rentetan tindak kekerasan, penganiayaan, hingga pembunuhan ulama, imam, dai, dan tokoh agama," lanjut dia.
Saat itu Din mengancam tidak mustahil para ulama akan melawan dengan caranya sendiri jika kehilangan kesabaran.
"Masalahnya, dia cuma asal bicara," kata dosen komunikasi ini.
Baca juga: Din Syamsuddin Dilaporkan GAR ITB, Dedi Mulyadi hingga Mahfud MD Tepis soal Tudingan Radikal
Menurut Ade, tuduhan ini tidak didasari fakta sehingga justru berpotensi memecah belah bangsa.
"Pada 2019 Din berkomentar pedas terhadap Mahkamah Konstitusi (MK) yang menolak gugatan kubu Prabowo untuk membatalkan hasil Pilpres 2019," kata Ade mengungkap bukti lainnya.
Saat itu Din Syamsuddin menuduh ada ketidakjujuran dan ketidakadilan dalam keputusan MK.
Menurut Ade, argumen ini pun tidak dipersiapkan dengan matang.
Alih-alih menuai simpati masyarakat, justru banyak yang mengecam argumen Din.
Contoh lainnya adalah komentar Din terhadap konser amal yang digelar BPIP untuk menggalang dana bagi masyarakat yang terdampak pandemi.
Din menyebut konser itu membuat kesan pemerintah bergembira di atas penderitaan rakyat.
"Karena itu apa yang disampaikan GAR ITB sangat masuk akal," simpul Ade Armando.
Lihat videonya mulai menit 6.00:
(TribunWow/Elfan/Brigitta)