Terkini Nasional
Soroti Sikap Prabowo Subianto yang Pilih Tahan Diri, Refly Harun: Kenapa Masuk dalam Pemerintahan?
Pakar Hukum Tata Negara, Refly Harun memberikan sorotan terhadap sikap dari Ketua Umum Partai Gerindra sekaligus Menteri Pertahanan Prabowo Subianto.
Penulis: Elfan Fajar Nugroho
Editor: Claudia Noventa
TRIBUNWOW.COM - Pakar Hukum Tata Negara, Refly Harun memberikan sorotan terhadap sikap dari Ketua Umum Partai Gerindra sekaligus Menteri Pertahanan Prabowo Subianto.
Dilansir TribunWow.com, Refly Harun tidak membenarkan sikap Prabowo yang memilih banyak diam dan menahan diri.
Dirinya lantas mempertanyakan alasan Gerindra dan juga Prabowo masuk ke dalam pemerintahan jika hanya untuk diam.
Hal itu disampaikannya dalam kanal YouTube pribadinya, Refly Harun, Rabu (10/2/2021).

Baca juga: Prabowo Minta Kadernya Jangan Gaduh, Effendi Ghazali Singgung Fadli Zon hingga Pendesak Anies Mundur
Baca juga: Prabowo Minta Kader Gerindra Berkorban demi Kekuasaan: Kita Siap Menahan Diri, Dizalimi, Difitnah
Sebelumnya dalam pidatonya di HUT ke-13 Gerindra, Prabowo mengatakan banyak menahan diri untuk kepentingan yang lebih besar.
"Soal Prabowo Subianto bahwa dia diam karena ada kepentingan yang lebih besar, tentu pertanyaannya adalah apa kepentingan yang lebih besar itu," ujar Refly Harun.
"Apakah memenangkan Gerindra pada 2024 apakah memenangkan Prabowo Subianto dalam Pilpres 2024," imbuhnya.
Refly Harun lantas mempertanyakan sikap dan pemikiran dari Prabowo tersebut.
Karena menurutnya, dengan hadirnya di dalam pemerintah diharapkan bisa memberikan andil terkait jalannya pemerintahan.
Termasuk ikut menyelesaikan persoalan-persoalan yang terjadi.
"Sering kali kita mendengar sebuah apologi seperti ini, karena kita belum menang, maka kita belum bisa berbuat apa-apa," ucap Refly Harun.
Baca juga: Ade Armando Sebut Jokowi Tak Baperan saat Dikritik, Singgung Rocky Gerung hingga Refly Harun
Refly Harun menyebut bahwa sekelas Gerindra harusnya bisa memberikan pengaruh yang cukup besar, baik dalam urusan pemerintahan maupun politik.
"Padahal Gerindra partai yang sangat signifikan, yaitu dari sisi suara nomor dua terbesar setelah PDIP, memang di kursi parlemen kalah dengan Golkar, tapi perolahan suaranya lebih banyak," terangnya.
"Nomor dua saja keep silent, apalagi nomor yang buncit, apalagi partai-partai opisisi," imbuhnya.
"Jadi sangat aneh ketika ada apoligi semacam ini."