Isu Kudeta Partai Demokrat
Sosok Moeldoko, Dekat dengan SBY dan Pramono Edhie, Kini Dituding Terlibat Gerakan Kudeta Demokrat
Nama Kepala Staf Presiden, Moeldoko dituding terlibat dalam gerakan kudeta Partai Demokrat.
Penulis: Elfan Fajar Nugroho
Editor: Lailatun Niqmah
TRIBUNWOW.COM - Nama Kepala Staf Presiden (KSP), Moeldoko dituding terlibat dalam gerakan kudeta terhadap Partai Demokrat.
Tudingan tersebut di antaranya dilemparkan oleh politisi Demokrat Andi Arief.
Terlepas dari tudingan tersebut, Moeldoko sendiri justru merupakan sosok yang begitu dekat dengan Susilo Bambang Yudhoyono, mantan Ketua Umum Demokrat sekaligus Presiden ke-6 RI.

Baca juga: Dituding Jadi Dalang Makar Demokrat, Moeldoko Minta Nama Jokowi Tak Dibawa-bawa: Itu Urusan Saya
Baca juga: Sehari Sebelum AHY Umumkan Gerakan Kudeta Demokrat, SBY: Banyak Cara Berpolitik yang Bermoral
Tidak hanya itu, Moeldoko bahkan juga memiliki hubungan dekat dengan keluarga SBY, yakni Pramono Edhie Wibowo yang merupakan kakak ipar SBY.
Dilansir TribunWow.com dari Kompas.com, kedekatan antara Moeldoko dengan SBY bermula saat keduanya menjadi junior dan senior di TNI.
Setelah itu, kedekatan keduanya berlanjut ketika SBY menjadi presiden.
Moeldoko lantas dipercaya oleh SBY menjabat sebagai Panglima TNI pada 2013 lalu.
Sebelum menjadi Panglima TNI, di masa pemerintahan SBY, Moeldoko juga sempat menjabat sebagai Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD).
Pada saat dipilih menjadi KSAD, Moeldoko menggantikan Pramono Edhie Wibowo yang merupakan kakak ipar dari SBY.
Dengan Pramono, Moeldoko juga diketahui memiliki hubungan yang lebih dari antara junior dan senior.
"Satu hal yang sungguh saya hormat dan teladani adalah yang pertama kesederhanaan beliau, kedua integritas antara ucapan dan tindakannya luar biasa," ujar Moeldoko saat menghadiri prosesi pemakaman Pramono Edhie, 14 Juni 2020 lalu.
Baca juga: Sebut Gerakan Kudeta Incar Posisinya di Demokrat, AHY: Tak Ada Satu pun Pemimpin Parpol yang Rela
Diketahui, Moeldoko memimpin TNI pada dua pemerintahan, yakni di bawah pemerinatah SBY dan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Pasalnya, Moeldoko tetap dipertahankan oleh Jokowi menjadi Panglima TNI saat dirinya menjadi presiden pada tahun 2014.
Kondisi itu membuat Moeldoko disebut-sebut sebagai penjembatan antara Jokowi dengan SBY.
Setelah pensiun dari Panglima TNI pada tahun 2015, Moeldoko kembali mendapatkan kepercayaan dari Jokowi.
Tepatnya pada tahun 2018, dirinya ditunjuk oleh Jokowi uuntuk menjabat sebagai Kepala Staf Presiden (KSP).
Tanggapi soal Isu Terlibat Gerakan Kudeta Demokrat
Kepala Staf Kepresidenan (KSP), Moeldoko memberikan tanggapan terkait persoalan gerakan kudeta terhadap Partai Demokrat.
Politisi Demokrat Andi Arief bahkan terang-terangan menyebut namanya termasuk dalam daftar 5 orang mau mengudeta Demokrat.
Dilansir TribunWow.com, Moeldoko meminta untuk tidak sedikit-sedikit disimpulkan atau mengaitkan dengan istana ataupun Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Baca juga: Singgung Sikap PKS dan PAN, Refly Harun: Mengapa Kemudian Demokrat Harus Diambil Alih?
"Poinnya yang pertama jangan sedikit-sedikit istana," ujar Moeldoko.
"Dalam hal ini, saya mengingatkan sekali lagi jangan sedikit-sedikit istana dan jangan ganggu Pak Jokowi," jelasnya.
Moeldoko memastikan bahwa Jokowi tidak tahu menahu soal isu Demokrat.
Dirinya mengaku prihatin atas apa yang tengah dialami oleh partai berlambang bintang bersinar tiga arah tersebut.
"Jadi itu urusan saya, Moeldoko ini, bukan selaku KSP," tegasnya.
"Saya sebenarnya prihatin dengan situasi itu, karena saya juga bagian yang mencintai Demokrat," kata Moeldoko.
Terkait isu yang mengarah pada dirinya, Moeldoko menyebut memang pernah berfoto dengan siapapun termasuk kader dari Demokrat maupun orang-orang yang diduga pelaku gerakan kudeta Demokrat.
Namun menurut Moeldoko, hal itu tidak bisa lantas disimpulkan bahwa dirinya termasuk dalam pihak yang disebut memiliki niatan buruk terhadap Demokrat.
"Muncullah isu kudeta dan seterusnya, mungkin dasarnya foto-foto. Orang ada dari Indonesia timur, dari mana-mana datang ke sini mau foto sama saya, ya saya terima," ungkapnya.
Lebih lanjut, Moeldoko hanya berpesan kepada pemimpin di Demokrat maupun pemimpin lainnya untuk tidak mudah baper.
"Saran saya menjadi seorang pemimpin harus yang kuat, jangan mudah baperan, jangan mudah terombang-ambing dan seterusnya," pungkasnya. (TribunWow/Elfan Fajar Nugroho)