Breaking News:

Vaksin Covid

Sindiran WHO ke Negara Kaya Pemborong Vaksin Covid-19: Kegagalan Moral Buat Pandemi Tak Kunjung Usai

Direktur Jenderal (Dirjen) WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengkritik sikap negara kaya yang memborong vaksin Covid-19.

Penulis: Brigitta Winasis
Editor: Rekarinta Vintoko
AFP/Fabrice Coffrini
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengkritik sikap negara kaya yang memborong vaksin Covid-19. 

TRIBUNWOW.COM - Direktur Jenderal (Dirjen) Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization atau WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus mengkritik sikap negara kaya yang memborong vaksin Covid-19, Senin (18/1/2021).

Dilansir TribunWow.com, Tedros mendesak banyak negara dan perusahaan pembuat vaksin melakukan distribusi yang lebih adil ke seluruh negara.

Ia menyebut dunia sedang di ambang "kegagalan moral yang kacau" akibat vaksin Covid-19 yang diperebutkan banyak negara.

ILUTRASI VAKSINASI NAKES - Vaksinator saat akan melakukan vaksinasi kepada tenaga kesehatan RS Husada Utama, Jumat (15/1).
ILUTRASI VAKSINASI NAKES - Vaksinator saat akan melakukan vaksinasi kepada tenaga kesehatan RS Husada Utama, Jumat (15/1). (SURYA/AHMAD ZAIMUL HAQ)

Baca juga: Respons Mayor Sugeng saat Dikabarkan Meninggal setelah Suntik Vaksin, Pilih Lapor Polisi: Saya Sehat

Menurut Tedros, kemungkinan rencana distribusi vaksin yang dipetakan Covax bulan depan dalam risiko serius.

Diketahui Covax adalah program bantuan WHO untuk menyediakan vaksin Covid-19 bagi negara-negara miskin.

Ia menyinggung 44 perjanjian bilateral telah disahkan akhir tahun 2020 dan setidaknya 12 perjanjian telah ditandatangani pada 2021 ini.

"Hal ini dapat menunda pengiriman Covax dan mewujudkan skenario distribusi Covax yang paling dihindari, dengan adanya penimbunan, bisnis vaksin, respons yang tidak terkoordinasi, dan disrupsi sosial serta ekonomi," kata Tedros, dikutip dari Aljazeera.com.

Ia menyebut negara-negara yang lebih mengutamakan kepentingannya sendiri akan meninggalkan banyak negara miskin.

Negara-negara miskin diketahui justru lebih rentan terdampak pandemi Covid-19.

"Pada akhirnya sikap semacam ini hanya akan membuat pandemi tidak kunjung usai," ucap Tedros.

Baca juga: Ganjar Pranowo Singgung Banyak Orang Takut Divaksin Covid-19, Dokter: Karena Tidak Peduli

Ia memberi contoh ada ketidakmerataan pembagian vaksin.

Lebih dari 39 juta dosis vaksin telah terdaftar akan dikirim ke 49 negara berpenghasilan tinggi, sementara hanya 25 dosis yang diberikan ke negara miskin.

Sebelumnya Tedros juga menegur perusahaan pembuat vaksin dan negara maju agar berhenti membuat perjanjian bilateral terkait vaksin.

Ia menyebut hal ini akan membuat usaha yang dilakukan Persatuan Bangsa-bangsa (PBB) tidak menghasilkan apa-apa.

Diketahui berdasarkan penelitian People's Vaccine Alliance bahwa sebanyak 90 persen populasi di negara-negara miskin akan ketinggalan mendapatkan vaksin Covid-19.

Sementara itu negara-negara kaya yang dapat memborong vaksin sebanyak 3 kali lipat dari jumlah populasi penduduk mereka.

Banyak Orang Takut Divaksin Covid-19, Dokter: Karena Tidak Peduli

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo meminta penjelasan ahli terkait banyaknya orang yang takut atau enggan divaksin untuk mencegah penularan Covid-19.

Dilansir TribunWow.com, hal itu ia sampaikan melalui kanal YouTube Ganjar Pranowo, Minggu (17/1/2021).

Diketahui Ganjar telah menerima vaksin buatan Sinovac pada Kamis (14/1/2021) lalu.

Baca juga: Vaksin Sinovac Tak Jadikan Pasien Kebal Covid-19, Kemenkes: Kemungkinan Sakit 35 Persen

Ia kemudian mengundang peneliti vaksin Covid-19 dr Yetty Movieta Nency untuk menjelaskan manfaat program vaksinasi.

Mulanya ia menunjukkan lengannya yang sudah disuntik vaksin.

"Banyak orang bertanya, 'Pak, medeni (menakutkan)'," singgung Ganjar Pranowo.

"Sebenarnya harus takut enggak sih, Bu?" tanya dia.

Petugas medis menunjukkan contoh (dummy) vaksin covid saat simulasi vaksinasi Covid-19 yang dilakukan di RSI Jemursari, Kota Surabaya, Jawa Timur, Jumat (18/12/2020).
Petugas medis menunjukkan contoh (dummy) vaksin covid saat simulasi vaksinasi Covid-19 yang dilakukan di RSI Jemursari, Kota Surabaya, Jawa Timur, Jumat (18/12/2020). (Surya/Ahmad Zaimul Haq)

Yetty menjelaskan hal yang paling penting adalah mengedukasi masyarakat tentang vaksin dan manfaatnya.

Ia menilai ada beberapa alasan kemungkinan seseorang menolak divaksin.

"Enggak, ya. Pertama orang itu harus diberi pengetahuan dulu mengenai vaksin," jelas Yetty.

"Kenapa orang takut, orang menolak, orang negatif dulu itu karena mereka tidak paham," katanya.

"Ada yang tidak paham tujuannya atau juga tidak peduli," lanjut peneliti di Universitas Diponegoro ini.

Baca juga: Muncul Wacana Sertifikat Vaksin Covid-19 Jadi Syarat Perjalanan, Benarkah? Ini Kata Kemenkes

Ia kemudian menerangkan ada alasan vaksinasi yang harus dilakukan terhadap seluruh masyarakat.

Yetty mengingatkan, situasi pandemi Covid-19 secara global sudah darurat, bahkan mengkhawatirkan.

"Tujuan vaksin 'kan harus dipahami dulu bahwa itu untuk menimbulkan imunitas. Apalagi sekarang dalam kondisi wabah yang seperti ini, kondisi benar-benar sudah sangat emergency," terangnya.

"Ini sudah pandemi, emergency di seluruh dunia. Angka kematiannya kita lihat saja per minggu ini sudah 23.000 nyawa," singgung Yetty.

Meskipun angka tersebut tidak mencapai 1 persen jumlah penduduk Indonesia, Yetty menyinggung kemungkinan Covid-19 menjangkiti anggota keluarga atau orang yang kita kenal.

"Jangan dilihat penduduk Indonesia sekian, angka segitu sedikit. Enggak begitu," tegasnya.

"Bagaimana kalau satu dari 23.000 itu anggota keluarga kita? Semua orang pasti tidak rela 'kan," jelas Yetty.

Ganjar membenarkan hal tersebut.

"Jadi angka absolutnya tetap harus dilihat," komentar Ganjar.

"Tidak boleh satu pun harusnya meninggal 'kan, harusnya seperti itu," tegas Yetty. (TribunWow.com/Brigitta)

Tags:
VaksinCovid-19Vaksin Covid-19WHOVirus CoronaTedros Adhanom
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved