Breaking News:

Gempa Bumi Guncang Sulawesi Barat

Curhat Pengungsi Gempa Sulbar, Rela Hidup di Tenda Sempit: Asal Tak Kena Panas dan Hujan

Pengungsi gempa Majene, Sulawesi Barat (Sulbar), Hersahid, mencurahkan keluh kesahnya.

Masri, Kepala Desa Maliaya
kondisi kandang ayam yang dijadikan sebagai tempat mengungsi warga korban gempa di Sulbar 

TRIBUNWOW.COM - Pengungsi gempa Majene, Sulawesi Barat (Sulbar), Hersahid, mencurahkan keluh kesahnya.

Hersahid menyebut para pengungsi membutuhkan banyak bantuan saat ini.

Mulai dari tenda hingga selimut bagi pengungsi, disebutnya, masih sangat jauh dari layak.

Hal itu diungkapkannya dalam kanal YouTube Apa Kabar Indonesia tvOne, Senin (18/1/2021).

Pantauan udara kondisi terkini kota Mamuju pasca gempa yang direkam oleh Kemensos RI, ditayangkan di YouTube Linjamsos Oke, Senin (18/1/2021).
Pantauan udara kondisi terkini kota Mamuju pasca gempa yang direkam oleh Kemensos RI, ditayangkan di YouTube Linjamsos Oke, Senin (18/1/2021). (YouTube Linjamsos Oke)

Baca juga: Video Angin Kencang Robohkan Ratusan Tenda Pengungsi Gempa Sulbar, Warga Histeris Selamatkan Diri

Baca juga: Langsung Peluk Anak dan Istri saat Gempa, Sertu Palemba Jadikan Punggung untuk Tahan Reruntuhan

Menurut Hersahid, cuaca di wilayah pengungsian sangat buruk.

"Kondisi sekarang sudah dua malam, apalagi cuaca tidak mendukung," ujar Hersahid.

"Kadang hujan, kadang angin, gempa susulan."

Tak hanya itu, sejumlah pengungsi juga sudah mengalami penyakit.

Bahkan, Hersahid menyebut anak-anak pengungsi kini membutuhkan obat-obatan.

"Banyak anak kecil yang membutuhkan obat-obatan, ada yang mencret," jelas Hersahid.

"Paling kita kasih apa adanya dalam kondisi begini."

"Apalagi sekarang banyak pengungsi yang berada di ketinggian, yang berada di lokasi terisolir."

Baca juga: Langsung Peluk Anak dan Istri saat Gempa, Sertu Palemba Jadikan Punggung untuk Tahan Reruntuhan

Lebih lanjut, Hersahid menyinggung soal tenda yang dihuni para pengungsi.

Menurut Hersahid, para pengungsi tidur di tenda ala kadarnya.

"Sangat kurang, apalagi sekarang kita ada di tenda ala kadarnya," ucap dia.

"Yang penting tidak kena sinar matahari kalau siang, tidak kena hujan kalau malam."

"Selimut juga agak susah."

Ia bahkan menyebut ada tujuh keluarga dalam satu tenda.

Selain itu, Hersahid juga mengungkapkan kondisi dapur umum bagi pengungsi.

Ia menyebut, dapur umum didirikan oleh warga setempat.

Sementara itu, pemerintah disebutnya belum membangun dapur umum untuk para pengungsi.

"Ada yang tiga kepala keluarga, bahkan ada tujuh kepala keluarga dalam satu tenda," kata Hersahid.

"Jelas kurang sekali, bantuan juga kurang tersentuh sampai di sini, ya tidur tergeletak bersamaan semua di situ."

"Kalau dapur umum kebetulan kita ada keluarga yang berinisiatif yang bikin posko dapur umum."

"Sampai saat ini kalau khusus dari pemerintah belum ada sama sekali," tukasnya.

Simak videonya berikut ini mulai menit ke-0.55:

Tampa Udara Mamuju seusai Gempa 

Bencana gempa bumi baru saja melanda Sulawesi Barat yang terjadi pada Jumat (15/1/2021).

Banyak korban jiwa dan kerugian materiil akibat bencana gempa tersebut.

Dari pantauan udara yang diunggah oleh Kementerian Sosial RI (Kemensos) lewat akun YouTube Linjamsos Oke, nampak banyak terjadi kerusakan di Kota Mamuju.

Baca juga: Penampakan Kandang Ayam Tempat Tinggal Para Pengungsi Gempa Sulbar, Warga di Bawah, Ternak di Atas

Video rekaman tersebut diunggah, Senin (18/1/2021).

Banyak alat berat mulai membersihkan puing-puing reruntuhan bangunan yang rusak dan roboh akibat gempa.

Kemudian nampak sebuah pusat perbelanjaan Maleo Town Square yang rusak berat akibat gempa.

Jalanan nampak sepi dari rutinitas masyarakat.

Di sebuah lapangan sepak bola, nampak berjejer tenda-tenda darurat dari Kemensos.

Dikutip TribunWow.com dari Kompas.com, hingga Senin (18/1/2021) pukul 08.00, sudah ada 19.435 orang yang mengungsi akibat gempa.

Data tersebut dilaporkan oleh Pusat Pengendali Operasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (Pusdalops BNPB).

Sebanyak 15.014 orang adalah pengungsi dari Kabupaten Mamuju, sedangkan 4.421 sisanya berasal dari Kabupaten Majene.

"Tercatat 25 titik pengungsian di Kabupaten Majene tersebar di Desa Kota Tinggi, Desa Lombong, Desa Kayu Angin, Desa Petabean, Desa Deking, Desa Mekata, Desa Kabiraan, Desa Lakkading, Desa Lembang serta Desa Limbua yang masih dalam proses pendataan," kata Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Raditya Jati dalam keterangan tertulis, Senin.

Pantauan udara kondisi terkini kota Mamuju pasca gempa yang direkam oleh Kemensos RI, ditayangkan di YouTube Linjamsos Oke, Senin (18/1/2021).
Pantauan udara kondisi terkini kota Mamuju pasca gempa yang direkam oleh Kemensos RI, ditayangkan di YouTube Linjamsos Oke, Senin (18/1/2021). (YouTube Linjamsos Oke)

Tercatat ada 81 korban meninggal akibat gempa.

Sebanyak 70 korban jiwa berasal dari Mamuju, dan 11 lainnya dari Majene.

Kemudian, korban luka berat mencapai 253 orang, lalu luka ringan sebanyak 679 orang.

"BPBD Kabupaten Majene, Kabupaten Mamuju serta Kabupaten Polewali Mandar terus melakukan pendataan dan berkoordinasi dengan TNI - Polri, Basarnas serta relawan maupun instansi lainnya dalam proses evakuasi masyarakat terdampak," ujar dia.

Suster Tewas Seusai Selamatkan Bayi

Dari banyak korban jiwa akibat gempa, seorang suster di Mamuju bernama Mia turut menjadi korban tewas.

Aksi heroik dilakukan oleh suster Mia sebelum dirinya meregang nyawa seusai menyelamatkan seorang pasien dan bayi saat gempa terjadi.

Dikutip dari TribunToraja,com, suster Mia yang biasa dipanggil Natyselia adalah seorang perawat yang bekerja di Rumah Sakit (RS) Mitra Mamuju.

Kala itu ketika gempa bumi terjadi, seisi rumah sakit panik dan kabur menyelamatkan diri karena goncangan yang begitu kuat.

Namun suster Mia justru lari ke dalam RS menyelamatkan seorang pasien.

Ketika berhasil menyelamatkan pasien tersebut, suster Mia kembali masuk ke dalam dan menyelamatkan seorang bayi yang sedang berada di dalam inkubator.

Kali ini suster Mia gagal keluar karena gedung rumah sakit telah ambruk lebih dulu dan menimpa dirinya serta bayi yang diselamatkannya.

"Saat menyelamatkan bayi ini, Mia terjebak dan tertimpa bahan bangunan yang jatuh," kata rekan korban, Manashe, Sabtu (16/1/2021) malam.

Baca juga: Detik-detik Polisi Selamatkan Nenek saat Banjir di Kalimantan Selatan, Kondisi Terjebak di Rumah

Setelah tertimbun reruntuhan, Mia dan sang bayi baru bisa diselamatkan sekira pukul 12.00 Wita, Jumat kemarin.

Mia dan bayi saat itu langsung dievakuasi ke RS Bhayangkara Mamuju.

Dari kedua korban reruntuhan itu, Mia akhirnya meninggal dunia.

"Saat kami mendampingi ia sempat menyampaikan keluhannya dan badannya terasa dingin hingga meninggal dunia," ungkap Manashe.

Sang bayi kini masih dalam perawatan di RS Bhayangkara. (TribunWow.com/Anung)

Sebagian artikel ini diolah dari Kompas.com dengan judul "UPDATE 18 Januari: 19.435 Orang Mengungsi akibat Gempa Sulbar dan TribunTimur Selamatkan Bayi Saat Gempa Susulan Guncang Majene, Suster Asal Tana Toraja Tewas

Tags:
Gempa SulbarSulawesi BaratMajeneYouTube
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA
KOMENTAR

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved